UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS
TASIKMALAYA
Jalan Dadaha
No. 18 Telp. 0265-33160 Tasikmalaya 46115
NASKAH UJIAN
AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/2012
Mata
Kuliah : Konsep Dasar PKn
Kode
: GD 303
Program
: S-1 PGSD Reguler
Semester
: 3 / Kelas A, B, C, dan D
Jenis
Ujian : TAKE HOME
Dosen : Nana Ganda
Petunjuk :
1.
Kerjakan soal dibawah ini dengan rinci dan tepat
2.
Dikumpulkan tanggal 07 Januari 2012 Jam 09.00 – 10.00
WIB
1. Paradigma baru merupakan
model atau kerangka berpikir sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa
dan bernegara menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis, maka
pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran pembangunan karakter bangsa
(National Character Building).
a. Bagaimana proses dan peran
paradigma baru bidang studi di pkn bagi pendidikan anak bangsa guna
mengembangkan pola dinamika kehidupan dimasyarakat.
b. Uraikan secara rinci tentang
karakteristik bidang studi pkn model paradigma baru yang dilandasi oleh esensi
pendidikan demokrasi di indonesia.
2.
Uraikan bentuk dasar bidang
studi PKn bagi mahasiswa PGSD dan bagaimana kewajiban guru dalam mengejar
bidang studi PKn yang membawa misi ruang lingkup butiran dalam hidup
masyarakat.
3.
Proses pembelajaran tidak
boleh over assimilation agar tidak
terjadi ketidaksinambungan yang dapat merubah struktur yang ada. Seperti yang
terdapat di dalam literature pendidikan, bahwa seorang anak mengalami
pertumbuhan yang selama itu pula membutuhkan bimbingan dengan strategi
mengajar, maka guru memiliki pemahaman tentang metode belajar mengajar.
Tugas saudara menjabarkan peran guru di dalam PBM, antara lain:
Tugas saudara menjabarkan peran guru di dalam PBM, antara lain:
a. Guru harus memiliki
keterampilan bagaimana cara menuangkan kurikulum di dalam proses pembelajaran
di kelas yang mengacu pada dunia ranah.
b. Guru yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan adalah guru yang memahami bagaimana teori atau cara
mengajar yang baik.
c.
Apakah guru itu adalah
pekerja potensi.
4.
Dalam proses pengajaran
pragmatic pendidikan tidak monopoli dalam memberi dan mencari informasi,
intervensi pendidik ( guru) adalah berperan sebagai fasilitator, dinamisator,
mediator dan motivasi.
-
Fasilitator bagi anak
didiknya
-
Dinamisator dalam KBM di
kelas
-
Mediator dalam proses
pembelajaran
-
Dalam motivator bagi anak
didik
5.
Secara empiris, demokrasi
dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai pola/sistem pendekatan
pendidikan dan pengajaran konstruktivisme, penelitian tindakan kelas dan
supervise klinis,
a.
Bagaimana pola bentuk
pendekatan yang acuannya pada penelitian tindakan kelas supaya PBM demokrasi
menjadi landasan pemberdayaan warga negara (Citizen empowerment).
b.
Bagaimana totalitas seorang
guru dalam menetapkan pola interkasi demokrasi pada anak didiknya secara
empiris pada lingkungan sekitar?
c. Apakah alasan PBM demokrasi
di negara indonesia tidak bisa berjalan sesuai dengan peran Hidden Curriculum)?
“SELAMAT
BEKERJA”
1.
a)
Proses dan peran paradigma baru bidang studi PKn bagi pendidikan anak bangsa
guna mengembangkan pola dinamika kehidupan dimasyarakat, yaitu mengingat pengertian
p aradigma berarti suatu model atau kerangka berpikir yang digunakan dalam
proses pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Sejalan dengan dinamika
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin
terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia
mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan masyarakat
yang lebih demokratis.
Sehingga tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic knowledge), membina keterampilan warga negara (civic skill) dan membentuk watak warga negara (civic disposition). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.
b) Karakteristik bidang studi PKn model paradigma baru yang dilandasi oleh esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yaitu pada hakekatnya, proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Maka diperlukanlah karakteristik model paradigma baru bidang studi PKn yang dilandasi oleh esensi pendidikan demokrasi di Indonesia, paradigma tersebut yaitu dilihat dari struktur keilmuannya, pendidikan kewarganegaraan paradigma baru mencakup tiga dimensi keilmuan, yaitu dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter atau watak kewarganegaraan (civic dispositions). Selanjutnya, untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma baru PKn. Model pembelajaran yang berbasis portofolio yang lebih dikenal dengan “Proyek belajar Kewarganegaraan Kami Bangsa Indonesia (PKKBI)” dianggap sebagai model pembelajaran yang paling tepat dan sesuai dengan paradigma baru PKn.
Sehingga tugas PKn dengan paradigma barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic knowledge), membina keterampilan warga negara (civic skill) dan membentuk watak warga negara (civic disposition). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.
b) Karakteristik bidang studi PKn model paradigma baru yang dilandasi oleh esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yaitu pada hakekatnya, proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Maka diperlukanlah karakteristik model paradigma baru bidang studi PKn yang dilandasi oleh esensi pendidikan demokrasi di Indonesia, paradigma tersebut yaitu dilihat dari struktur keilmuannya, pendidikan kewarganegaraan paradigma baru mencakup tiga dimensi keilmuan, yaitu dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter atau watak kewarganegaraan (civic dispositions). Selanjutnya, untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang sesuai dengan paradigma baru PKn. Model pembelajaran yang berbasis portofolio yang lebih dikenal dengan “Proyek belajar Kewarganegaraan Kami Bangsa Indonesia (PKKBI)” dianggap sebagai model pembelajaran yang paling tepat dan sesuai dengan paradigma baru PKn.
2. Bentuk
dasar Pkn bagi mahasiswa PGSD
Mata kuliah ini membahas dan mengkaji berbagai hal yang berkaitan hakikat, fungsi, dan tujuan, serta ruang lingkup; karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral; menggambarkan keterkaitan PKn dan IPS SD/MI dan mata pelajaran lain; materi dan prinsip kepribadian nasional, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air; materi HAM; materi penegakan hukum di Indonesia; materi demokrasi dan pendidikan demokrasi; konsep, nilai, moral, dan norma dengan negara, sesama wearga negara dan bela negara; model pembelajaran PKn SD berbasis portofolio; karakteristik WNI dalam konteks pluralistik, serta prosedur dan alat /evaluasi dalam PKn SD berbasis portofolio.
Mata kuliah ini membahas dan mengkaji berbagai hal yang berkaitan hakikat, fungsi, dan tujuan, serta ruang lingkup; karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral; menggambarkan keterkaitan PKn dan IPS SD/MI dan mata pelajaran lain; materi dan prinsip kepribadian nasional, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air; materi HAM; materi penegakan hukum di Indonesia; materi demokrasi dan pendidikan demokrasi; konsep, nilai, moral, dan norma dengan negara, sesama wearga negara dan bela negara; model pembelajaran PKn SD berbasis portofolio; karakteristik WNI dalam konteks pluralistik, serta prosedur dan alat /evaluasi dalam PKn SD berbasis portofolio.
Kewajiban
guru dalam mengajar bidang study Pkn yang membawa misi ruang lingkup butiran
dalam hidup masyarakat
PENDIDIKAN Kewarganegaraan (PKn) merupakan suatu mata pelajaran yang
bertujuan membantu peserta didik menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif,
mandiri, dan pada akhirnya menjadi warga negara yang baik dan bertanggung
jawab. Melihat tujuan PKn, jelaslah bahwa belajar PKn bukan merupakan hal yang
mudah dan tidak cukup hanya dihafalkan.
Guru harus berupaya untuk mengajarkan PKn yang disesuaikan dengan
situasi dan dinamika yang terjadi dalam dunia yang semakin global. Hal ini
memiliki makna bahwa dalam mengikuti kemajuan zaman, mau tidak mau akan hadir
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kalau yang hadir
bersifat positif, akan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan bangsa.
Apabila yang datang bersifat negatif, akan menjadi tantangan bagi semua
komponen di sekolah, khususnya bagi guru PKn.
Berbagai upaya dilakukan oleh guru dalam mengajar PKn supaya lebih
bermakna dan menyenangkan, di antaranya adalah:
1. Guru mempersiapkan bahan ajar yang mudah dimengerti siswa.
2. Saat kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung, guru
menampilkan model pembelajaran yang menyenangkan siswa.
3. Guru menjadi teladan bagi siswa.
4. Guru PKn harus menjadi fasilitator, tutor, dan teman belajar bagi
siswa.
5. Guru PKn harus membuka diri terhadap gejala-gejala yang
diperlihatkan oleh siswa, seandainya siswa/peserta didik membutuhkan motivasi,
semangat, dan curahan hati.
6. Dalam tata tertib, siswa dilarang merokok di lingkungan sekolah
maka guru pun tidak melakukan hal yang sama.
7. Siswa tidak boleh terlambat, dan tentunya guru harus datang lebih
awal.
Prof. Udin Syarifudin (2004) menyatakan, guru PKn adalah arsitek di
sekolah. Artinya, maju-mundurnya akhlak moral peserta didik di desain oleh guru
PKn. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri, bagi guru PKn khususnya. Oleh
karena itu, guru PKn --mau tidak mau-- harus berada pada posisi paling depan di
sekolah pada saat KBM, untuk membawa peserta didik kepada tujuan pembelajaran
yang kita harapkan.
Kewajiban guru PKn adalah menyisipkan materi akhlak budi pekerti
yang mulia dengan cara menjabarkan isi butir Pancasila sebanyak 45 butir yang
tersebar pada contoh di bawah ini:
Sila kesatu: Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, toleransi
antarumat beragama. Contoh: tidak mengganggu pelaksanaan ibadah orang lain.
Sila kedua: Menghargai harkat derajat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Contoh: tawuran antarpelajar, berbuat kekerasan terhadap orang
lain.
Sila ketiga: Menempatkan persatuan, kesatuan bangsa di atas
kepentingan pribadi, kelompok/golongan. Contoh: penggunaan obat-obatan
terlarang.
Sila keempat: Senantiasa melaksanakan musyawarah untuk mencapai
mufakat. Contoh: tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Sila kelima: Tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, peduli kepada
orang yang membutuhkan uluran tangan kita itu.
Dari apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan, dalam
mengajarkan PKn, guru harus tetap mengarahkan siswa untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan
siswa/peserta didik. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan mata pelajaran
PKn, membentuk manusia yang beriman, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab, dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah,
sampai di lingkungan masyarakat.
3. a. cara menuangkan
kurikulum ke dalam proses pembelajaran
Kurikulum
sebagai program atau rencana yang dicita-citakan sedangkan pembelajaran sebagai
implementasi dari apa yang dicita-citakan. Kurikulum dan pembelajaran merupakan
saru kesatuan, dimana kurikulum berbicara pada tatanan konsep, rancangan,
desain, sedangkan pemebelajaran berbicara pada tataran implementasi, proses,
dan aplikasi. Karena keduanya saling menunjang dan saling membutuhkan, maka
untuk hasil pembelajaran terbaik guru harus mampu untuk membuat suatu rancanagn
pembelajaran/rencana pembelajaran yang memuat kurikukum ke dalam proses
pembelajaran.
Guru
merupakan salah satu factor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun
idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk
mengimpementasinya, maka guru itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat
pendidikan dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak
akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasi kurikulum
memegang posisi kunci. Sistem pendidikan nasional adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujun yang isi atau bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar. Ini
berarti kurikulum adalah adalah konsep yang bertujuan agar dapat ditentukan apa
yang harus dicapai, serta apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Cara menuangkan kurikulum di dalam proses pembelajaran di
kelas yang mengacu pada dunia ranah, maka guru harus memiliki keterampilan.
Dalam kurikulum, pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali
peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antara warganegara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, agar
menjadi warganegara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Sesuai dengan
ketentuan di atas maka pendekatan yang digunakan guru dalam pengajaran Pkn
adalah pendekatan pengembangan kemampuan anak. Melalui pengajaran Pkn
diharapkan peserta didik dapat berkembang menjadi warganegara yang bermoral
Pancasila dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negara yang dapat diwujudkan
dalam berperilaku sehari-hari sesuai dengan nilai dan moral Pancasila.
Pendekatan ini tetap memperhatikan pada perlunya peserta didik memperoleh dan
memahami sejumlah pengethuan. Penuangan konsep kurikulum seperti ini didasarkan atas:
1. Taraf perkembangan peserta didik
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pada kelas/tingkat rendah pengembangan kurikulum lebih diarahkan pada kesesuaian dengan taraf perkembangan peserta didik sedangkan di kelas/tingkat yang lebih tinggi diarahkan pada kesesuaian dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Taraf perkembangan peserta didik
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pada kelas/tingkat rendah pengembangan kurikulum lebih diarahkan pada kesesuaian dengan taraf perkembangan peserta didik sedangkan di kelas/tingkat yang lebih tinggi diarahkan pada kesesuaian dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Guru yang baik adalah guru yang memahami bagaimana Teori atau Cara Mengajar
yang baik
Guru yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah guru
yang memahami bagaimana teori atau cara mengajar yang baik karena guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan
tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
profesional. Berbeda dengan profesional dibidang lain, profesionalisme guru
adalah menyebarluaskan kreativitas dan inovitas (semangat belajar) bagi siswa.
Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat
merasakan bahwa mengajar di mana saja
adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan.
Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru
yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan
penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus
meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara mengajar
yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar
guna meningkatkan cara mengajar mereka. Menguasai
Isi Pengajaran Hukum yang
pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi:
“Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri mengetahui dengan
jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan
wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa
tertarik terhadap pelajaran. Mengetahui
dengan Jelas Sasaran Pengajaran Pengajaran
yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok
pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan
mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus
diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1. Inti dari sasaran harus disebutkan
dengan jelas. 2. Ungkapan penting dari sasaran harus
bertitik tolak dari konsep murid. 3. Sasaran harus meliputi hasil belajar. 4. Hasil sasaran yang dapat dicapai.
Contoh: Contoh-contoh di atas
telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan,
pengertian, sikap, dan ketrampilan. Utamakan
Susunan yang Sistematis Pengajaran
yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan
kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak
sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti
pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis. Banyak Gunakan ContohKehidupanPada
saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan
kehidupan sehari-hari atau yang
pernah dialami misalnya
dalamperdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain sebagainyaContoh kehidupan
adalah jembatan antara kebenaran
ilmu dan dunia nyata Cakap Menggunakan Bentuk Cerita Bentuk cerita tidak hanya diutarakan
dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan,
yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan
perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran. Menggunakan
Panca Indera Murid Penggunaan
bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera
murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu
anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku
yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak
penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun
perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan
catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan
persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid
yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%,
sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra
penglihatan dapat mengingat 78%. Melibatkan
Murid dalam Pelajaran Melibatkan
murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan
kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin
terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi
tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya
sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali
dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak
sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada
peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah. Menguasai Kejiwaan Murid Guru yang ingin memberikan pelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa
murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan
masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama
untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran
pengetahuan menjadi lebih efektif. Gunakanlah
Cara Mengajar yang Hidup Sekalipun
memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan
tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid
merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi
dan fleksibel, untuk menambah kesegaran. Menjadikan
Diri Sendiri Sebagai Teladan Masalah
umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan.
Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara
mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup
untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh.
Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek.
Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan
pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.
c.
Guru adalah pekerja potensi
Maksud dari guru sebagai pekerja
potensi yaitu guru sebagai pihak yang bertanggung jawab membantu generasi
muda bangsa keluar dari pekatnya kegelapan (kebodohan) sekaligus
menjadi pribadi yang layak diteladani maka seorang guru haruslah
seorang makhluk pembelajar dengan segala potensi yang dimilik dan terus
dikembangkannya. Makhluk pembelajar adalah setiap orang (manusia) yang
bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal
penting, yakni;
Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya dengan selalu mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial seperti: Siapakah aku? Darimanakah aku datang? Kemanakah aku akan pergi? Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini? Dan kepada siapakah aku percaya?;
Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya dengan caramenjadi dirinya sendiri dan menolak dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang bukan dirinya.
Laku hidup seorang guru harus menunjukkan bahwa ia layak diteladani. Laku hidup yang layak diteladani menuntut guru untuk mau berubah setiap hari. Namun, perlu disadari bahwa mengubah diri sendiri bukanlah pekerjaan membalik telapak tangan. Lebih mudah mengubah seorang siswa dengan kemampuan pas-pasan menjadi lebih pintar dan kompeten karena untuk mengubah pihak lain kita hanya perlu melakukan pendekatan persuasive sehingga mereka percaya dan menciptakan perubahan.Sementara untuk mengubah diri sendiri membutuhkan keberanian, jiwa besar dan kesabaran.
Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya dengan selalu mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial seperti: Siapakah aku? Darimanakah aku datang? Kemanakah aku akan pergi? Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini? Dan kepada siapakah aku percaya?;
Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya dengan caramenjadi dirinya sendiri dan menolak dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang bukan dirinya.
Laku hidup seorang guru harus menunjukkan bahwa ia layak diteladani. Laku hidup yang layak diteladani menuntut guru untuk mau berubah setiap hari. Namun, perlu disadari bahwa mengubah diri sendiri bukanlah pekerjaan membalik telapak tangan. Lebih mudah mengubah seorang siswa dengan kemampuan pas-pasan menjadi lebih pintar dan kompeten karena untuk mengubah pihak lain kita hanya perlu melakukan pendekatan persuasive sehingga mereka percaya dan menciptakan perubahan.Sementara untuk mengubah diri sendiri membutuhkan keberanian, jiwa besar dan kesabaran.
4.
Pendidik
sebagai fasilitator:
harus banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba menemukan sendiri
makna informasi yang ia terima.
Pendidik
sebagai dinamisator: harus berusaha menciptakan
iklim PBM yang dialogis dan berorientasi pada proses nilai-nilai demokratis.
Pendidik
sebagai mediator: harus pandai member rambu-rambu atau
arahan agar peserta didik bebas belajar sesuai dengan sikap dan umurnya.
Pendidik
sebagai motivator: Harus pandai memotivasi
peserta didik mempunyai nilai juang dan peran harapan dalam menuntut ilmu.
5. A. Bentuk pendekatan PKN
a. Pendekatan Evolution (Evolusi)
Di mana siswa diberi kesempatan/kebebasan seluas-luasnya untuk mengutarakan/ mengekspresikan respon/ tanggapan terhadap sesuatu hal yang diutarakan guru (secara verbal atau stimulus tertentu).Siswa boleh bicara secara spontan mengutarakan/ mengklarifikasikan pendapatnya.
b. Pendekatan Inculcation
Siswa tidak diberi kesempatan atau kebebasan memilih seperti di atas (pendekatan evolusi pen.) tetapi diajak untuk berpikir atau berbuat menurut pola-pola yang sudah kita tetapkan (perhitungan secara matang).
c. Pendekatan Awareness (Kesadaran)
Tujuan pendekatan ini adalah agar siswa-siwa mengenali dan menyadari nilai yang ada dalam dirinya tentang sesuatu hal, mengenal nilai dari orang lain serta mampu menyatakan alasan pilihan posisi yang diambilnya terhadap sesuatu.
d. Pendekatan Moral Reasoning (Penalaran Moral)
Tujuan pendekatan ini ialah membina siswa kea rah memberikan penalaran terhadap masalah morah yang kompleks (complex pattern of moral reasoning).Cara pembinaan pelaksanaan pendekatan ini sebagaimana dilakukan Kohlberg melalui pemecahan masalah (problem solving) terhadap suatu kasus yang dimanipulasikan dalam cerita pendek tertentu.
e. Pendekatan Analysis (Analisis)
Pendekatan ini mencoba membina moral seperti Kohlberg tetapi lebih menekankan penggunaan cara berpikir logis dan prosedur penelaahan secara ilmiah (scientific investigation procedures).
f. Pendekatan Clarification (Klarifikasi)
Dalam pendekatan ini siswa dibantu/ dibina untuk menguji diri dan perbuatannya atau kejadian melalui cara-cara yang emosional maupun rasional.
g. Pendekatan Commitment (Kesepakatan)
Di sini siswa diajak dahulu menyepakati suatu pola yang akan dijadikan criteria/ indicator penilaian atau perbuatan.
h. Pendekatan Union (Integral, Peleburan diri)
Pendekatan ini agar siswa memahami betul sesuatu masalah/ hal (termasuk nilai dan moralnya) siswa diintegrasikan ke dalam suatu kancah kehidupan rill.
a. Pendekatan Evolution (Evolusi)
Di mana siswa diberi kesempatan/kebebasan seluas-luasnya untuk mengutarakan/ mengekspresikan respon/ tanggapan terhadap sesuatu hal yang diutarakan guru (secara verbal atau stimulus tertentu).Siswa boleh bicara secara spontan mengutarakan/ mengklarifikasikan pendapatnya.
b. Pendekatan Inculcation
Siswa tidak diberi kesempatan atau kebebasan memilih seperti di atas (pendekatan evolusi pen.) tetapi diajak untuk berpikir atau berbuat menurut pola-pola yang sudah kita tetapkan (perhitungan secara matang).
c. Pendekatan Awareness (Kesadaran)
Tujuan pendekatan ini adalah agar siswa-siwa mengenali dan menyadari nilai yang ada dalam dirinya tentang sesuatu hal, mengenal nilai dari orang lain serta mampu menyatakan alasan pilihan posisi yang diambilnya terhadap sesuatu.
d. Pendekatan Moral Reasoning (Penalaran Moral)
Tujuan pendekatan ini ialah membina siswa kea rah memberikan penalaran terhadap masalah morah yang kompleks (complex pattern of moral reasoning).Cara pembinaan pelaksanaan pendekatan ini sebagaimana dilakukan Kohlberg melalui pemecahan masalah (problem solving) terhadap suatu kasus yang dimanipulasikan dalam cerita pendek tertentu.
e. Pendekatan Analysis (Analisis)
Pendekatan ini mencoba membina moral seperti Kohlberg tetapi lebih menekankan penggunaan cara berpikir logis dan prosedur penelaahan secara ilmiah (scientific investigation procedures).
f. Pendekatan Clarification (Klarifikasi)
Dalam pendekatan ini siswa dibantu/ dibina untuk menguji diri dan perbuatannya atau kejadian melalui cara-cara yang emosional maupun rasional.
g. Pendekatan Commitment (Kesepakatan)
Di sini siswa diajak dahulu menyepakati suatu pola yang akan dijadikan criteria/ indicator penilaian atau perbuatan.
h. Pendekatan Union (Integral, Peleburan diri)
Pendekatan ini agar siswa memahami betul sesuatu masalah/ hal (termasuk nilai dan moralnya) siswa diintegrasikan ke dalam suatu kancah kehidupan rill.
B.
Totalitas guru dalam meneraapkan pola interaksi demokrasi pada anak didik
secara empiris pada lingkungan sekitar
Secanggih apapun kemajuan teknologi yang dicapai oleh
manusia tidak mampu menggantikan peran dan fungsi guru dalam proses pendidikan
anak.
Di antara unsure-unsur pengerak proses pendidikan khususnya pendidikan formal, guru merupakan tumpuan harapan keberhasilan proses transformasi pendidikan. Gurulah tempat tumpuan harapan tercapainya tujuan pendidikan, terbentuknya manusia yang takwa kepada Tuhan YME, cerdas, terampil, tinggi budi pekertinya, kuat kepribadiannya, tebal semangat budi pekertinya, kuat kepribadiannya, tebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air, dapat membangun dirinya, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya.
Dalam segi ketotalitasan guru terhadap penerapan pola interaksi demokrasi pada anak didiknya di lingkungan sekitar yaitu dengan
Di antara unsure-unsur pengerak proses pendidikan khususnya pendidikan formal, guru merupakan tumpuan harapan keberhasilan proses transformasi pendidikan. Gurulah tempat tumpuan harapan tercapainya tujuan pendidikan, terbentuknya manusia yang takwa kepada Tuhan YME, cerdas, terampil, tinggi budi pekertinya, kuat kepribadiannya, tebal semangat budi pekertinya, kuat kepribadiannya, tebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air, dapat membangun dirinya, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya.
Dalam segi ketotalitasan guru terhadap penerapan pola interaksi demokrasi pada anak didiknya di lingkungan sekitar yaitu dengan
C. Alasan PBM demokrasi di Indonesia tidak bias berjalan sesuai dengan Hidden Curruculum
PBM demokrasi tidak berjalan sesuai dengan peran Hidden
Curicullum
Banyak faktor yang menyebabkan PMB demokrasi tidak sesuai dengan peran Hidden Curriculum.Ditinjau dari beberapa sisi, yaitu guru, siswa, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan dan kurikulum.
a. Guru
Beberapa kelemahan guru yang menyebabkan tidak berjalannya PBM demokrasi adalah sebagai berikut:
• Guru PKN tidak bertindak sebagai fasilitator
• Guru PKN lebih banyak tampil sebagai pendidik yang dapat mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional, dan social
• Guru PKN cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pelajaran
• Guru PKN belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal
• Guru PKN belum berkiprah secara langsung terencana membentuk kemampuan berfikir dan system nilai peserta didik
• Guru Pkn lebih banyak bertindak sebagai pengajar sehingga belum banyak bertindak sebagai panutan
• Guru Pkn belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta didik
• Guru PKn tidak diharapkan memonopali interaksi PBM di kelas
• Guru Pkn tidak diharapkan memberikan materi dan informasi tidak ditunjang oleh factual.
b. Siswa
Faktor yang menyebabkan tidak berjalannya PBM demokrasi dari diri siswa adalah motivasi belajar yang rendah, intelegensi siswa, kebiasaan yang buruk dan rasa kurang percaya diri.
Banyak faktor yang menyebabkan PMB demokrasi tidak sesuai dengan peran Hidden Curriculum.Ditinjau dari beberapa sisi, yaitu guru, siswa, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, lingkungan dan kurikulum.
a. Guru
Beberapa kelemahan guru yang menyebabkan tidak berjalannya PBM demokrasi adalah sebagai berikut:
• Guru PKN tidak bertindak sebagai fasilitator
• Guru PKN lebih banyak tampil sebagai pendidik yang dapat mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional, dan social
• Guru PKN cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pelajaran
• Guru PKN belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal
• Guru PKN belum berkiprah secara langsung terencana membentuk kemampuan berfikir dan system nilai peserta didik
• Guru Pkn lebih banyak bertindak sebagai pengajar sehingga belum banyak bertindak sebagai panutan
• Guru Pkn belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta didik
• Guru PKn tidak diharapkan memonopali interaksi PBM di kelas
• Guru Pkn tidak diharapkan memberikan materi dan informasi tidak ditunjang oleh factual.
b. Siswa
Faktor yang menyebabkan tidak berjalannya PBM demokrasi dari diri siswa adalah motivasi belajar yang rendah, intelegensi siswa, kebiasaan yang buruk dan rasa kurang percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar