Judul Makalah : Layanan Bimbingan & Konseling Di SD
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan kehidupan manusia yang sangat
dinamis membawa dampak berbagai perilaku yang harus diiimbangi dengan berbagai
aspek perencanaan. Demikian pula dengan dunia pendidikan yang melaju dengan berbagai
perubahan, tak luput dari perencanaan untuk menyesuaikan dengan perubahan
tersebut.
Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan
manusia Indonesia bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Penyelanggaraan
Pendidikan yang bermutu tidak cukup hanya melalui transformasi ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, tetapi harus didukung dengan peningkatan profesionalisme dan
system manajemen tenaga pendidikan, serta pengembangan kemampuan peserta didik
(siswa) untuk menolong diri dalam memilih dan mengambil keputusan demi mencapai
cita-cita.
Kemampuan seperti ini tidak hanya menyangkut aspek
akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, social, kematangan
intelektual, dan system nilai siswa. Oleh Karena itu pendidikan yang bermutu
disekolah dasar adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik (siswa) pada
pencapaian akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat
dan optimal.
Keberadaan bimbingan dan konseling dalam system
pendidikan memerlukan berbagai upaya untuk tercapainya perkembangan yang
optimal dari setiap siswa, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai,
serta tercapainya pembangunan manusia Indonesia yang bermutu.
Pada kenyataanya, Pemberian Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar atau Madarasah Ibtidaiyah selama ini secara formal
belum ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan masih melekat
pada guru kelas, sehingga apa yang dilaksanakan dalam mendidik para siswa
sebenarnya sudah merupakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling. Guru kelas
memiliki posisi yang sangat penting dalam pemberian layanan Bimbingan dan
Konseling, sebab guru kelas akan lebih dapat memantau setiap perkembangan yang
terjadi pada setiap siswa. Sehinggsa siswa mampu berkembang secara optimal sesuai dengan tugas-tugas
perkembangan yang diembannya.
Kemampuan akademis dan tugas perkembangan siswa SD
merupakan suatu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SD secara optimal.
Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara manajemen/supervise,
pengajaran, bimbingan dan konseling yang merupakan tiga pilar pendidikan.
Hubungan ketiga pilar pendidikan itu diatur dalam
pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah. Dalam penyelenggaraan
kurikulum tersebut diperlukan kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru
kelas, guru mata pelajaran dan guru praktek. Guru kelas hendaknya menguasai
kompetensi dasar yang meliputi pemahaman, penghayatan dan keterampilan yang
baik dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam layanan Bimbingan
dan Konseling di sekolah.
Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang
Bimbingan dan Konseling tersirat bahwa suatu system layanan bimbingan dan
konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta, terselengggara, dan
tercapai dengan baik apabila tidak memiliki suatu system pengelolaan yang bermutu,
artinya hal itu dilakukan secara jelas, sistematis dan terarah. Untuk itu
diperlukan tenaga pendidik, khususnya guru Bimbingan yang professional dalam
mengelola system layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi di
sekolah.
Penyajian Kurikulum berbasis Kompetensi untuk guru
bimbingan dan konseling di sekolah dengan topic Manjemen Bimbingan dan
Konseling di sekolah didasari oleh kebutuhan akan pentingnya peningkatan
kemampuan guru pembimbing dalam memahami, menghayati, dan melaksanakan dengan
baik Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya
mengenai system layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Strategi yang diguanakan dalam penyajiannya adalah
mengkaji teori/konsep/kontruksi Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang Bimbingan dan
Konseling.
Dalam penyajiannnya guru pembimbing juga dilatih
untuk menyelesaikan soal-soal/studi kasus mengenai pengelolaan program
bimbingan dan konseling berbasis kompetensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2004
Dalam pengembangan kurikulum SD
berbasis kompetensi hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip pengembangan
keterampilan hidup. Dalam pengembangan kurikulum perlu memaskkan unsur
keterampilan hidup, agar siswa memiliki sikap, keterampilan dan perilaku
adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntunan
kehidupan sehari-hari secara efektif.
Untuk mencapai kompetensi dan
keterampilan hidup yang dibutuhkan itu, siswa tidak cukup hanya diberi
pelajaran tentang studi saja, namun diperlukan bimbingan dan konseling. Posisi
bimbingan dan konseling dalam npelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sangat
strategi. Sekolah berkewajiban memeberikan bimbingan dn konseling kepada siswa
untuk mencapai kompetensi pribadi, social, belajar dan karir. Keempat
bidang kompetensi tersebut terangkum dalam tugas-tugas perkembangan yang harus
dicapai siswa SD.
Agar tujuan bimbingan dan konseling
efektif, diperlukan guru pembimbing yang kompeten dan memenuhi kualifikasi
sebagai guru pembimbing yang professional. Pekerjaan guru pembimbing bukanlah
pekerjaan yang mudahdan ringan, sebab individu-individu (siswa) yang ditangani
di SD sehari-hari satu dengan yang lainnya memiliki latar belakang permasalahan
yang berbeda-beda. Setipa individu memiliki keunikan dan kekhasan kepribadian.
Seorang guru pembimbing didalam
menjalankan tugasnya di SD haruslah meiliki kemamp[uan untuk selalu bias
berperan sebagai fasilitator dalam membangkitkan semangat belajr, maupun
mengidentifikasi kesulitan belajar, mampu mengidentifikasi factor-faktor
jesilat belajar, mampu memberikan layanan konseling akademik, mampu bekerjasama
dengan guru/tenaga pengajar lainnya dalam pengajaran remedial, dan mampu
membuat rekomendasi/referral kepada pihak lain yang lebih berkonmpeten untuk
menyelesaikan masalah siswa.
B.
Pengertian dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Visi
bimbingan dan konseling adalah edukatif, pengembangan, dan outreach. Bimbingan
dan konseling perkembangan di SD adalah upaya pemberian bantuan kepada
individu (siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat
memahami dirirnya sehinggga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan SD, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan
pada umumnya. Bimbingan membantu mereka mencapai tugas perkembangan secara
optimal sebagai makhlukl Tuhan, social, dan pribadi.
Tujuan
bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk mencapai:
a) Kebahagiaan hidup pribadi sebagi makhluk
Tuhan
b) Kehidupan yang produktif dan efektif
dalam masyarakat
c) Hidup bewrsama dengan individu-individu
lain
d) Harmoni antara cita-cita mereka dengan
kemampuan yang dimilikinya.
C.
Pinsip-prinsip
Bimbingan Konseling
Dalam melaksanakan
bimbingan dan konseling di SD perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1.
Karena bimbingan dan
konseling berhubungan dengan sikap dan perilaku individu (siswa), maka perlu
diingat bahwa sikap dan perilaku individu terbentuk dari segala aspek
kepribadian yang unik dan rumit.
2.
Perlu dikenal dan
dipahami perbedaan individu orang-orang yang akan dibimbing (siswa). Berikan
bimbingan yang tepat, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh individu yang
dibimbing itu.
3.
Bimbingan adalah suatu
proses membantu individu (siswa) untuk dapat membantu dirinya sendiri dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya.
4.
Bimbingan hendaknya bertitik tolak pada
individu (siswa) yang dibimbing.
5.
Masalah yang tidak dapat
diselesaikan oleh guru pembimbing di SD, harus diserahkan pada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang untuk memecahkannya.
6.
Bimbingan dimulai dengan
identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu (siswa) yang akan
dibimbing.
7.
Bimbingan harus luwes
dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu (siswa) yang dibimbing dan
masyarakat.
8.
Program bimbingan di SD
harus sesuai dengan program di SD yang bersangkutan.
9.
Pelaksanaan program
bimbingan harus dipimpin oleh seorang yang memiliki keahlian dalam bidang
bimbingan dan dapat menggunakan sumber-sumber ang relevan yang berada di luar
SD.
10. Terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian berkala
untuk mengetahui sampai dimana hasil yang telah dicapai dan mengetahui apakah
pelaksanaan program itu sesuai dengan apa yang telah direncanakan semula.
D. Bidang Bimbingan dan
Konseling
Dilihat dari masalah
siswa, ada empat jenis bimbingan yaitu (1) Bimbingan belajar, (2) Bimbingan
social-pribadi, (3) Bimbingan karir, (4) Bimbingan keluarga.
(1) Bimbingan belajar
Yaitu jenis bimbingan
yang membantu siswa dalam menghadapi dan memcahkan masalah-masalah belajar.
Yang tergolong masalah-masalah belajar misalnya: pengenalan kurikulum,
pemilihan jurusan, cara belajar dan perencanaan pendidikan lanjutan.
Bimbingan belajar adalah
upaya pemberian bantuan dari guru pembimbing kepada siswa dengan cara
mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari
kesulitan belajar, dapat menatasi kesulitan belajar, dan dapat mengembangkan
cara belajar yang efektif. Dengan demikian diharapkan tercapai hasil belajar
yang optimal, dan siswa sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan
semua tuntutan SD. Dalam bimbingan belajar, para guru pembimbing berupaya
untukmemfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
(2)
Bimbingan social-pribadi
Yaitu jenis bimbingan
yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
social-pribadi. Yang tergolong masalh-masalh social-pribadi, yaitu masalah
pergaulan, penyelesaian konflik dan penyesuaian diri. Bimbingan social-pribadi
adalah suatu upaya memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan siswa
dalam menangani masalah-masalah social-pribadi. Bimbingan social-pribadi
merupakan suatu jenis layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang mantap
dengan memperhatikan keunikan dan bidang-bidang-bidang permasalahan yang
dialami oleh siswa.
Selanjutnya, bimbingan
social-pribadi diartikan sebagai upaya pengembangan kemampuan siswa untuk
menghadapi dan mengatasi masalah-masalah social-pribadi dengan cara menciptakan
lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman
diri dan sikap-sikap yang positif, serta mengembangkan
keterampilan-keterampilan social-pribadi.
(3) Bimbingan karir
Yaitu jenis bimbingan
yang membantu siswa dalam menghadapi masalah-masalah seperti: pemahaman
terhadap dunia kerja, pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan dan pemahaman
terhadap keadaan dirinya serta kemungkinan pengembangan karir yang sesuai
dengan kemampuan dirinya.
Selanjutnya bimbingan
karir dapat dipandang sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan siswa,
yang harus dilihat sebagai gabian integral dari bagian pendidikan. Maka
diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi. Bimbingan karir
terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif dan afektif. Hal ini termasuk
keterampilan siswa dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses
pengambilan keputusan serta perolehan pengetahuan keterampilan yang akan
membantu dirinya memasuki kehidupan dan tata hidup yang terus berubah.
Mencermati uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap
siswa, agar dapat mengenal dan memmahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan
masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menetukan
dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya. Denagn demikian siswa mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
E. Sifat
dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
1. Sifat Bimbingan dan
Konseling
a.
Pencegahan
Bimbingan dan konseling yang mencegah siswa dari
berbagai masalah yang mungkin timbul, yang dapat menggangu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
b.
Penyembuhan
Bimbingan dan konseling yang mampu mengatasi
nerbagai permasalahan yang dialami oleh siswa.
c.
Perbaikan
Bimbingan dan konseling untuk memperbaiki
kondisi siswa dari permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat berkembang
secara optimal.
d.
Pemeliharaan
Bimbingan dan konseling untuk memelihara kondisi
individu yang sudah baik agar tetap baik.
e.
Pengembangan
Bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
berbagai potensi dan kondisi positif indidvidu dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
2.
Fungsi
Bimbingan
Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakaukan
dalam bentuk upaya pemahaman, pencegahan, pemeliharaan, penyembuhan. Setiap
bentuk upaya tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan sebagai berikut.
1.
Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentinagn pengembangan siswa.
2.
Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan
dalam hal membantu siswa untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, dan
lapangan pekerjaan yang sesuai denagn minat, bakat, dan cirri-ciri kepribadian
lainnya. Kegiatan dalam fungsi penyaluran ini meliputi bantuan untuk
memantapkan kegiatan belajar di SD. Dalam melaksanakan fungsi, guru
pembinmbing/koselor perlu bekerjasama dengan pendidikan yang lainnya di SD
maupun di luar SD.
3.
Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu
petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program
pendidikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik. Dengan
menggunakan imformasiyang memadai mengenai para siswa, guru pembimbing/konselor
dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam
mengelola dan memilih pelajaran yang tepat, atau dalam mengadaptasikan bahan
pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan siswa.
4.
Fungsi
penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam rangka membantu
siswa untuk memperolrh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam
berkembang secara optimal.Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka
mengidentifikasi, memahami, dan memcahkan masalah.
Sesuai dengan tujuan dan fungsinya, bimbingan
dan konseling diarahkan kepada terselenggara dan terpenuhinya keperluan akan
bantuan dalam hal pendataan, imformasi dan orientasi, konsultasi dan
komunikasi kepada siswa dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan demikian akan tercipta kemudahan
bagi terselenggaranya proses dan tercapainya tujuan program pendidikan di SD
yang bersangkutan secara lancer dan berhasil seperti yang diharapkan.
F. Asas-asas
Bimbingan
Pemenuhan asas-asas bimbingan dan konseling akan
memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan bimbingan dan
konseling. Asas-asas yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Kerahasiaan
Segala
sesuatu yang dibicarakan siswa kepada guru pembimbing tidak boleh disampaikan
kepada orang lain. Asas ini akan mendasari kepercayaan peserta didik kepada
guru pembimbing.
2. Kesuksesan
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling berlangsung atas dasar sukarela dari kedua belah pihak.
3. Keterbukaan
Bimbingan
dan konseling dapat berhasil dengan baik jika siswa yang bermasalah mau
menyampaikan masalah yang dihadapi kepada guru pembimbing dan guru pembimbing
bersedia membantunya.
4. Kekinian
Masalah
yang ditangani dalam bimbingan dan konseling adalah masalah sekarang walaupun
ada kaitannya dengan masalah yang lampau dan yang akan dating. Selain itu
hendaknya pembimbing sesegera mungkin menangani masalah siswa.
5. Kemandirian
Bimbingan
dan konseling membantu agar siswa dapat mandiri atau tidak bergantung kepada
pembimbing maupun orang lain.
6. Kegiatan
Bimbingan
dan konseling harus dapat membantu siswa agar berusaha melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7. Kedinamisan
Bimbingan
dan konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baik ke
arah pembaharuan pada diri siswa.
8. Keterpaduan
Bimbingan
dan konseling hendaknya dapat memadukan berbagai aspek kepribadian siswa dan
proses layanan yang dilakukan.
9. Kenormatifan
Usaha
bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma
agama, adat, hukum, negara, ilmu, dan kebiasaan sehari-hari.
10. Keahlian
Bimbingan
dan konseling adalah layanan professional sehingga perlu dilakukan oleh ahli
yang khusus dididik umtuk melakukan tugas ini.
11. Alih
Tangan
Bila
usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya diluar
kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan kepada pihak yang
berwenang.
12. Tutwuri
Handayani
Bimbingan
dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberi rasa aman,
mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa.
G.
Visi dan Misi
1.
Visi
Bimbingan
dan konseling memandang kehidupan manusia sebagai sesuatu yang membahagiakan.
Untuk itu Tuhan Yang Maha Kuasa melengkapi manusia sejak lahir dengan perangkat
potensi yang sangat lengkap. Dengan demikian manusia (individu) sejak lahir
dapat mengembangkan diri mencapai kebahagiannya. Dalam rangka itulah
pendidikan, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling diupayakan agar
perkembangan individu menjadi optimal. Dan hal-hal yang menghambat perkembangan
dan mengganggu pencapaian kebahagiaan dapat ditangani dengan sebaik-baiknya.
2.
Misi
Misi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah menunjang pengembangan diri siswa
untuk dapat menyelenggarakan kehidupan sehari-hari secara efektif. Untuk itu
siswa perlu memiliki kompetensi dalam :
a. Memahami proses perkembangan diri
sendiri dan mengoptimalkan perkembangan tersebut
b. Memahami potensi diri sendiri yang
selayaknya dikembangkan secara optimal
c. Memahami kekuatan dan kelemahan diri
sendiri dan upaya-upaya penanggulangannya
d. Memahami lingkungan, memlihara dan
memanfaatkannya untuk pengembangan diri dan kehidupan bersama
e. Mengambil keputusan untuk pengembangan
diri dan kehidupan sosial
f. Memahami tuntutan hidup dan pengembangan
diri sendiri, serta tuntutan kehidupan sosial-budaya kemasyarakatan yang maju
dan modern, serta melakukan upaya memenuhi tuntutan tersebut
g. Mengantisipasi dan memahami terjadinya
masalah pada diri sendiri serta melakukan upaya menghindari dan mengentaskannya
h. Mengarahkan diri untuk menjadi manusia
dewasa yang cerdas dan bahagia dengan mengemban tugas hidup berkeluarga,
bekerja, bermasyarakat, beragama dan bernegara.
H.
Paradigma Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling merupakan layanan
psiko-pedagogis dalam bingkai budaya. Dengan paradigma ini kegiatan
bimbingan dan konseling harus selalu mengacu kepada upaya pendidikan dalam
pendekatan psikologis yang memadai dan dengan materi sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa.
Arah
kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah mengembangkan kompetensi
siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembangan secara optimal dan
terhindar dari berbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambatnya.
KEGIATAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
A.
Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling
Berdasrkan pada fungsi
dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling
dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam
empat kegiatan utama yaitu (1) Layanan dasar bimbingan; (2) Layanan responsif;
(3) Layanan perencanaan individual dan ; (4) Dukungan sistem.
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan
keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.
Tugas-tugas perkembangan itu adalah :
1. Menanamkan dan mngembangkan kebiasaan
dan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengembangkan keterampilan dasar
membaca, menulis, dan berhitung.
3. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Belajar bergaul dan bekerja dengan
kelompok sebaya
5. Belajar menjadi pribadi mandiri
6. Mempelajari keterampilan fisik sederhana
yang diperlukan baik untuk untuk permainan mau pun kehidupan.
7. Mengembangkan kata hati, moral dan
nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8. Membina hidup sehat, untuk diri sendiri
dan lingkungan.
9. Belajar menjalankan peranan sosial
sesuai dengan jenis kelaminnya
10. Mengembangkan sikap terhadap kelompok
dan lembaga-lembaga sosial
11. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal
untuk merencanakan masa depan.
Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh
siswa, disajikan atau diluncurkan dengan menggunakan strategi klasikal dan
dinamika kelompok.
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang
dirasakan sengat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih
bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah
konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif
adalah : (1) bidang pendidikan; (2) bidang belajar; (3) bidang sosial; (4)
bidang pribadi; (5) bidang karir; (6) bidang tata tertib SD; (7) bidang
narkotika dan perjudian; (8) bidang perilaku sosial; (9) bidang kehidupan
liannya.
Layanan perencanaan individual
adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh peserta didik membuat
dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, dan kehidupan sosial
pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau dan
memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri. Kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencana itu atas dasar hasil pemantauan dan
pemahamannya. Strategi peluncurannya adalah konsultasi dan konseling. Isi
layanan perencanaan individual adalah : (1) Bidang pendidikan dengan
topik-topik sekitar belajar efektif, belajar memantapkan program keahlian
sesuai bakat, minat dan karakteristik kepribadiannya; (2) Bidang karir dengan
topik-topik sekitar identifikasi kesempatan karir yang ada di lingkungan
masyarakat, mengembangkan sikap positif terhadap dunia kerja, dan merencanakan
kehidupan karirnya; (3) Bidang sosial pribadi dangan topik-topik sekitar
pengembangan konsep diri yang positif, pengembangan keterampilan-keterampilan
sosial yang tepat, belajar menghindari konflik, dengna teman, belajar memahami
perasaan orang lian.
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen
yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui
pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan
guru, staf/ahli penasehat, masyarakat yang lebih luas, majemen program,
penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan
utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan
individual, serta memiliki dukungan sistem, dalam implementasinya didukung oleh
beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling berikut : (1) Layanan
pengumpulan data; (2) Layanan informasi; (3) Layanan penempatan; (4) Layanan
konseling; (5) Layanan referal; (6) Layanan penilaian tindak lanjut.
(1) Layanan pengumpulan data
Yaitu kegiatan dalam
bentuk pengumpulan data, pengolahan dan penghimpunan beberapa informasi tentang
siswa beserta latar belakangnya. Tujuan layanan ini untuk memperoleh pemahaman
objektif terhadap siswa dalam membantu mereka mencapai perkembangan optimal.
(2) Layanan informasi
Yaitu layanan dalam
memberikan sejumlah informasi kepada siswa. Layanan ini bretujuan agar iswa memiliki
informasi memadai, baik informasi tentang dirinya maupun infornasi tentang
lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam
membuat keputusan secara tepat.
(3) Layanan penempatan
Yaitu layanan untuk
membantu siswa agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Layanan ini bertujuan agar setiap siswa dapat mencapai prestasi optimal sesuai
dengan potensinya. Setiap siswa diharapkan memperoleh wadah yang tepat untuk
mengembangkan segala kemampuan pribadinya.
(4) Layanan konseling
Yaitu layanan kepada
siswa yang menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling. Layanan
ini bertujuan agar siswa yang mengahadapi masalah pribadi mampu memecahkannya
sendiri.
(5) Layanan referal
Yaitu layanan untuk
melimpahkan kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang apabila masalah
yang ditangani itu di luar kemampuan dan kewenangan personil/gur kelas di SD
tersebut.
(6) Layanan penialian dan tindak lanjut
(7) Yaitu layanan untuk menilai keberhasilan
usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara tidak langsung layanan
ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara
keseluruhan. Hasil penilaian ini selanjutnya dianalisa dan direncanakan tindak
lanjut bimbingan selanjutnya.
Terkait
dengan jenis layanan ini, Prayitno (1997;41) menyebutkan ada 7 jenis layanan
bimbingandan konseling: (1) Layanan Oreiantasi, (2) Layanan penempatan atau
penyaluran, (3) Layanan konseling individu, (4) Layanan konseling kelompok, (5)
Layanan pembelajaran dan (7) Layanan bimbingan kelompok.
Selanjutnya Prayitno (1997;41) menyebutkan selain 7 kegiatan
bibingan dan konseling diatas ada 5 kegiatan yang mendukung kegiatan tersebut
yaitu : (1) aplikasi instrumen bimbingan dan konseling, 92) penyelengggaraan
himpunan data, (3) konferensi kasus, (4) kunjungan rumah, dan (5) alih tangan
kasus.
B. Isi Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Isi Layanan Bimbingan Pribadi – Sosial
Berbasis Kompetensi
1)
Macam
– macam kaidah ajaran agama
2)
Pokok
– pokok ajaran agama yang dianutnya.
3)
Praktek
menjalankan ajaran agama.
4)
Contoh
– contoh hubungan menurut ajaran agama.
5)
Praktek
hubungan berdasarkan ajaran agama.
6)
Fakta
perubahan fisik dan psikis remaja.
7)
Contoh
– contoh sikap penerimaan terhadap perubahan fisik dan psikis.
8)
Konsep
pola hidup sehat.
9)
Contoh
– contoh pola hidup sehat.
10) Cara – cara upaya mengembangkan kondisi
hidup sehat.
11) Praktek cara – cara mengupayakan
pengembangan kondisi hidup sehat.
12) Contoh – contoh pengaruh perubahan fisik
dan psikis terhadap hubungan sosial.
13) Pengembangan pengaruh positif dan
menghindari pengaruh negatif perubahan fisik dan psikis terhadap hubungan
sosial.
14) Konsep empati, contoh – contoh empati
terhadap orang yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis, praktek sikap
empati terhadap orang yang sedang mengalami perubahan.
15) Contoh – contoh peran pribadi dalam
kelompok sebaya sebagai laki – laki atau perempuan, contoh – contoh penerimaan
peran pribadi sebagai laki – laki atau perempuan dalam kelompok sebaya tanpa
membedakan teman laki – laki atau perempuan pada kondisi tertentu, praktek
menjalankan peran dalam kelompok sebaya tanpa membedakan peran laki – laki atau
perempuan pada posisi tertentu.
16) Contoh – contoh hubungan sosial dengan
teman sebaya dalam peranannya sebagai laki – laki atau perempuan, contoh –
contoh pola hubungan sosial dengan teman sebaya tanpa membedakan peran laki –
laki atau perempuan pada posisi tertentu, praktek menjalankan pola hubungan
sosial dengan teman sebaya tanpa membedakan peran laki – laki atau perempuan
pada posisi tertentu.
17) Contoh – contoh nilai dan cara
berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya, praktek menerapkan
nilai dan cara berperilaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
18) Contoh – contoh nilai dan cara
berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya, praktek menerapkan
nilai dan cara berperilaku sosial dalam kehidupan diluar kelompok sebaya.
19) Konsep kemampuan, bakat, minat, karir,
dan apresiasi seni, identifikasi kemampuan, bakat, dan minat diri sendiri,
identifikasi kecendrungan arah karir sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat,
identifikasi arah apresiasi seni (seni rupa, seni lukis, seni sastra, seni
suara, dan lain – lain) tanpa terlalu terikat pada kemampuan, bakat, dan minat
sendiri.
20) Contoh – contoh aspek sosial berkaitan
dengan kemampuan bakat dan minat, contoh – contoh aspek sosial berkaitan dengan
pengembangan karir, contoh – contoh aspek sosial berkaitan dengan apresiasi
seni.
21) Motivasi dan semangat untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah, motivasi dan semangat
untuk mempersiapkan arah karir yang cocok bagi dirinya, motivasi dan semangat
untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
22) Contoh – contoh aspek sosial berbagai
materi yang dipelajari siswa di SD, mewujudkan pengembangan penguasaan aspek
sosial berbagai materi yang dipelajari di SD, contoh – contoh aspek sosial dari
upaya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mewujudkan pengembangan manfaat
aspek – aspek sosial untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, contoh –
contoh aspek sosial dalam mempersiapkan karir, mewujudkan pengembangan aspek –
aspek dalam kehidupan bermasyarakat, mewujudkan pengembangan aspek sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
23) Konsep dan contoh kehidupan mandiri
secara emosional, sosial dan ekonomi, contoh – contoh tentang sikap yang
seharusnya diambil dalam kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan
ekonomi, motivasi untuk melaksanakan sikap dasar dalam kehidupan secara
emosional, sosial, dan ekonomi.
24) Contoh – contoh aspek sosial dari
gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi, cara – cara
bersikap dalam hubungan sosial berkenaan dengan kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, dan ekonomi, praktek cara bersikap dalam hubungan sosial
berkenaan dengan kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
25) Konsep dan contoh – contoh sistem etika
dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga
negara, cara – cara mewujudkan aspek sosial dalam sistem etika dan nilai –
nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara,
serta penerapannya.
2. Isi Layanan Bimbingan Belajar Berbasis
Kompetensi
1)
Contoh
– contoh kegiatan belajar menurut ajaran agama, praktik kegiatan belajar
menurut ajaran agama.
2)
Contoh
– contoh pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar, cara –
cara mengatasi kesulitan akibat perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan
belajar, praktik cara – cara mengatasi kesulitan belajar yang terjadi akibat
perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar.
3)
Contoh
– contoh pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar baik pengaruh
positif maupun pengaruh negatif, cara – cara dan praktik pengembangan pengaruh
positif hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar, cara – cara dan
praktik menghindari dan mengatasi pengaruh negatif hubungan teman sebaya
terhadap kegiatan belajar.
4)
Contoh
– contoh pengaruh nilai dan cara berperilaku pribadi dan sosial dalam kehidupan
yang lebih luas terhadap kegiatan belajar, praktik mengembangkan pengaruh yang
positif dan menghindari yang negatif perilaku pribadi dan sosial dalam
kehidupan yang lebih luas terhadap kegiatan belajar.
5)
Contoh
– contoh pengaruh positif kemampuan, bakat, dan minat sendiri terhadap kegiatan
belajar, cara – cara dan penerapan pengembangan pengaruh positif kemampuan,
bakat, minat, sendiri terhadap kegiatan belajar, contoh – contoh pengaruh
positif kecendrungan karir terhadap belajar, cara – cara dan penerapan
pengembangan pengaruh positif kecendrungan karir terhadap kegiatan belajar,
contoh – contoh pengaruh positif apresiasi kegiatan belajara, cara – cara dan
penerapan apresiasi terhadap kegiatan belajar.
6)
Motivasi,
sikap, kebiasaan dan keterampilan belajar didalam dan diluar kelas, membaca
cepat dan tepat, menyiapkan tugas, karya tulis, ulangan/ujian, belajar mandiri
dan kelompok, menggunakan alat bantu dan sumber belajar (termasuk buku, kamus,
ensiklopedi, jurnal, komputer untuk semua mata pelajaraa), sikap kebiasaandan
keterampilan belajar secara optimal untuk menguasai bekal bagi program
pelajaran lebih lanjut.
7)
Contoh
– contoh pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional,
sosial, dan ekonomi dalam kegiatan belajar; cara – cara mewujudkan pengaruh
positif dari gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi
dalam kegiatan belajar serta penerapannya.
8)
Contoh
– contoh pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara dalam kegiatan belajar; cara – cara
mewujudkan pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara dalam kegiatan belajar serta
penerapannya.
3.
Isi Layanan Bimbingan Karir Berbasis Kompetensi
1) Contoh-contoh pengembangan karir menurut
ajaran agama, praktik kegiatan bekerja yang mengarah pengembangan karir menurut
ajaran agama.
2) Contoh-contoh pengaruh perubahan fisik
dan psikis terhadap pengembangan persiapan karir, cara-cara mengembangkan
kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir, praktik cara-cara
mengembangkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karir.
3) Contih-contoh manfaat teman sebaya dalam
upaya pengembangan persiapan karir, praktik memanfaatkan hubungan teman sebaya
dalam upaya pengembangan persiapan karir, konsep persamaan jender dalam pilihan
dan pengembangan karir.
4) Contoh-contoh keterkaitan antara nilai
dan cara-cara bertingkah laku dalam kehhidupan sosial yang lebih luas terhadap
kondisi dan pengembangan karir, praktik mewujudkan hubungan yang baik antara
nilai, dan cara bertingkah laku pribadi dan sosial terhadap pengembangan karir.
5) Contoh-contoh pengeruh kemampuan, bakat,
dan minat terhadap karir, identifikasi pengaruh kemampuan, bakat, dan minat
sendiri terhadap pilihan karir, identifikasi arah kecenderungan karir sendiri
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat, identifikasi apresiasi berbagai
jenis karir termasuk karir dalam bidang seni tanpa terlalu terikat pada
kemampuan, bakat, dan minat sendiri.
6) Keterkaiatan pengetahuan dan
keterampilan program SD dengan karir-karir tertentu, praktik peningkatan
keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program SD dengan karir-karir
tertentu, keterkaitan pengetahuan dan keterampilan program SD dengan arah
pengembangan karir yang diinginkan, identifikasi pilihan pengembangan persiapan
karir yang diinginkan, identifikasi peranan kehhidupan masyarakat untuk
pengembangan persiapan karir yang diinginkan, praktik peranan kehidupan
masyarakat untuk pengembangan persiapan karir yang diinginkan.
7) Contoh-contoh kehidupan karir sesuai
dengan gambaran tentang kehhidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi,
cara-cara mewujudkan sikap dasar dalam pengembangan karir untuk kehidupan
mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi serta penerapannya.
8) Contoh-contoh penerapan sistem etika dan
nilai dalam pekerjaan dan pengembangan karir.
C.
Pengelolaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Suatu
program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta,
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut: “Management
is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of
organizing members and using all over organization resources to achive stated
organizational goals.”
Berikut
ini diuraikan aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan konseling
yaitu:
1. Perencanaan
Program dan Pengaturan Waktu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Berbagai pengertian
tentang perencanaan telah dikemukakan oleh para ahli. Sehubungan dengan ini,
H.J Burbach dan I.E Decker (1977.32) mengemukakan pendapatnya bahwa perencanaan
adalah suatu proses yang kontinu. Pengertian proses dalam hal ini, mengantisipasi
dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk menentukan dan mengontrol
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Selanjutnya dengan
perencanaan program bimbingan, Edward C. Roeber (1964:79-80) mengemukakan tiga
buah pertanyaan yang perlu dijawab dalam merencanakan suatu program bimbingan
yaitu: What are the guidance needs of the pupils? To what extent are
their needs being meet under present conditions? How can the school better meet
their needs?
Dari berbagai
pengertian perencanaan itu tampak di dalamnya beberapa aspek kegiatan penting.
Sesuai dengan hal ini, Hatch dan Syefflre (1961) berpendapat bahwa proses
perencanaan adalah :
(a) The presences of a need, (b) an analysis of
the situations, (c) a review of alternate possibilities, (d) the choice of
course of action.
Adapun
manfaat dilakukannya perencanaan program secara matang, yaitu:
(a)
Adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan (b) Adanya
kemudahan
mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan
yang
dilakukan, dan (c) Terlaksananya program kegiatan bimbingan secara
lancar,
efisisen, dan efektif.
Dalam
hubungannya dengan perencanaan program layanan bimbingan dan
konseling
di SD, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu
dilakukan
yaitu: (a) Analisa kebutuhan dan permasalahan siswa,
(b)Penentuan
tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai, (c)
Analisa
situasi dan kondisi di sekolah, (d) Penentuan jenis-jenis kegiatan
yang
akan dilakukan, (e) Penetapan metode dan teknik yang
akandigunakan
dalam kegiatan, (f) Penetapan personil-personil yang akan
melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, (g) Persiapan
fasilitas
dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang
direncanakan,
serta (h) Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan
ditemui
dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi
hambatan-hambatan.
Satu
hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan program bimbingan
dan
konseling adalah faktor waktu. Dalam perencanaan program
bimbingan
dan konseling, guru pembimbing hars dapat mengatur waktu
untuk
menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisa, dan menindak
lanjuti
program kegiatan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan:
(1) Semua jenis program bimbingan dan
konseling (tahunan, catur wulan, bulanan, mingguan, dan harian);
(2) Kontak langsung dengan siswa yang
dilayani;
(3) Kegiatan bimbingan dan konseling tidak
merugikan waktu belajar di sekolah;
(4) Kegiatan bimbingan dan konseling di luar
jam sekolah dapat sampai 50%.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan guru
pembimbing dalam merencanakan program bimbingan dan konseling, mereka harus
mampu membuat jadwal kegiatan bimbingan dan konseling di dalam dan diluar jam
belajar sekolah untuk memenuhi minimal tugas wajib mingguan.
Tidak seperti pelaksanaan program kegiatan guru mata
pelajaran dan guru praktek yang selaruh kegiatan mengajarnya/latihannya
terjadwal secara tepat didalam jam pelajaran sekolah (sesuai alokasi jam
pelajaran dalam kurikulum), pelaksanaan program kegiatan guru pembimbing pada
awalnya sukar dijadwalnya sejak semula. Lebih-lebih kalau diingat bahwa dalam
kurikulum yang berbasis kompetensi tidak tertera alokasi waktu jam secara
khusus untuk program kegiatan bimbingan
dan konseling.
Dalam kaitan
seperti itu, ada beberapa hal yang perlu diupayakan.
Pertama, sekolah mengusahakan agar ada waktu
tertentu dalam jam
pelajaran sekolah untuk kegiatan bimbingan. Kedua,
guru pembimbing
harus jeli melihat waktu luang yang ada didalam jam
pelajaran sekolah
untuk kegiatan bimbingan.
Dalam kaitannya dengan waktu untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling, SK Mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan
bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan didalam atau diluar
jam pelajaran sekolah. Kegiatan
bimbingan dan konseling didalam jam sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari
keseluruhan kegiatan bimbingna dan konseling untuk siswa disekolah itu, atas
persetuajuan kepala sekolah. Dalam kaitan itu guru pembimbing harus membuat
perencanaan program satuan layanan dan kegiatan pendukung yang masing masing
dapat dilakukan didalam atau diluar jam pelajaran sekolah.
Kegiatan diluar jam pelajaran
sekolah terutama adalah kegiatan yang memerlukan tatap muka atau kontak
langsung dengan siswa. Misalnya, kegiatan konseling peroranagan, bimbingan
kelompok dilakukan pada sore hari bagi siswa-siswa yang masuk sekolah pagi, dan
pagi bagi siswa yang masuk sekolah sore hari. Pada waktu hari liburpun dapat
dilakukan kegiatan tertentu asal sepengetahuan dan dikehendaki oleh pihak pihak
yang berkepentingan.
Kegiatan seperti himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah dapat dilakukan didalam jam pelajaran
pelajaran sekolah. Kegiatan-kegiatan lain dapat dicarikan waktunya, baik
didalam maupun diluar jam pelajaran, sesai dengan wakt yang tersedia. Disamping
it berbagai kegiatan seperti membuat rencana layanan atau kegiatan pendudukung,
mempersiapkan bahan untk layanan/pendukung, mengadakan evaluasi dan/analisa
hasil evaluasi, dan atau merencananakan program tindak lanjut, dapat dilakukan
didalam jam pelajaran sekolah.
Semua kegiatan tersebut baik yang
diselenggarakan didalam maupun diluar jam pelajaran sekolah, harus
diadministrasikan secara jelas dan cermat untuk dapat dipertanggung jawabkan
secara utuh.
Khusus mengenai perencanaanprogram
layanan atau pendukung, hal-hal yang perlu dilakukan adalah
1) Menetapkan materi layanan atau pendukung
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan atau masalah siswa yang menjadi sasaran
layanan atau pendukung.
Materi
tersebut juga harus dikaitkan dengan taraf perkembangan siswa dan bidang
bimbingan tertentu. Lebih jauh materi itu perlu bersumber dari atau diperluas
dengan tuntutan dan atau kondisi lingkungan sekolah, perkembangan, tuntutan dan
kondisi lingkungan, (lingkungan sekitar dan masyarakat, kondisi yang menjurus
ke arah globalisasi), serta perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni,
serta dunia kerja;
2) Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin
dicapai;
3) Menetapkan sasaran kegiatan, yakni siswa
asuh yang akan dikenai kegiatan layanan atau pendukung yang lainnya;
4) Menetapkan bahan, sumber bahan, dan atau
narasumber, serta personil yang terkait
dan peranannya masing-masing;
5) Menetapkan rencana penilaian;
6) Mempertimbangkan keterkaitan anatara
layanan layanan atau pendukung yang direncanakan itu dengan kegiatan lainnya;
7) Menetapkan waktu dan tempat.
2.
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling
Dibawah
ini dijelaskan tugas personil sekolah yang berkaitan dengan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling disekolah.
a.
Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan
pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan sekolah.
1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pendidikan yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan dan bimbingan
disekolah;
2) Menyediakan dan prasarana yang diperlukan
dalam kegiatan bimbingan dan konseling disekolah;
3) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya
program bimbingan dan konseling di sekolah;
4) Melkuakn supervisi terhadap pelaksanaan
bimbingan dan konseling disekolah;
5) Menetapkan koordinataor guru pembimbing
yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan di sekolah
berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing;
6) Membuat surat tugas guru dalam proses
bimbingan dan konseling pada setiap awal semester;
7) Menyiapkan surat pernyataan melakukan
kegiatan bimbingan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit
bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan
tugas;
8) Mengadakan kerjasama dengan instansi
lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling; dan
9) Melaksanakan bimbingan dan konseling
terhadap minimal 40 siswa, bagi kepala sekolah yang berlatar belakang bimbinagn
dan konseling.
b.
Staf Administrasi
Seperti personil bimbingan lain, staf
administrasi pun adalah personil yang memiliki tugas bimbingan khusus, yaitu:
1) Membantu guru pembimbing dan
koortdinator dalam mengadministrasi seluruh kegiatan bimbingan konseling di
sekolah;
2) Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling;
3) Membantu menyiiapkan sarana yang
diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
c.
Guru Kelas
Guru
kelas adalah personil yang sangat pentingf dalam aktivitas bimbingan.
Tugas-tugasnya adalah:
1) Membantu memasyarakatkan layanan
bimbingan kepada siswa
2) Melakukan kerjasama dengan guru
pembimbing layanan dan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan
3) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan
memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing
4) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan
bimbingan (program perbaikan dan program pengayaan)
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memeperoleh
layanan bimbingan dari guru pembimbing
6) Membantu mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam ranagka penilaian layanan bimbingan
7) Ikut serta dalam program layanan
bimbingan
3. Pelaksanaan
program kegiatan bimbingan dan konseling.
Dalam SK Mempan no. 84/1993
ditegaskanbahwatugaspokok Guru Pembimbingadalahmenyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan bimbingan, menganalisa hasil pelaksanaan bimbingan, dan
tindak lanjut program. Bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi
tanggungjawabnya ( Pasal 4 ).
Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok
guru pembimbing meliputi: (a) Bidang-bidang bimbingan, (b) Jenis-jenis layanan
bimbingan dan konseling, (c) Jenis-jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,
(d) Tahapan pelaksanaan program bimbingan dan konseling, (e) Jumlah siswa
yang menjadi tanggung jawab guru
pembimbing untuk memperoleh pelayanan minimal ( minimal 150 siswa ).
Setiap kegiatan bimbingan dan konseling harus
mencakup unsur-unsur tersebut diatas, yaitu bidang bimbingan dan konseling
jenis layanan atau kegiatan pendukung, dan tahanan terhadap pelaksanaannya.
Dengan demikian, setiap kegiatan
bimbingan dan konseling itu merupakan satu bentuk tiga dimensi dari sub-sub unsure bidang layanan/ pendukung
tahapan itu.
Setiap guru kelas berkewajiban dan bertanggungjawab
atas penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sekurang-kurangnya
150 orang siswa. Siswa-siswa yang berada
dalam tanggung jawab guru pembimbing yang bersangkutan.
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan kedalam
program-program kegiatan. Program-program kegiatan itu perlu terlebih dahulu
disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan merupakan wujud
nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling terhadap siswa asuh.
Selanjutnya program yang telah direncanakan/disusun itu
dilaksanakan melalui :
1) Persiapan pelaksanaan.
a) Persiapan fisik ( tempat dan perabot ),
perangkat keras;
b) Persiapan bahan, perangkat lunak;
c) Persiapan personil;
d) Persiapan keterampilan menerapkan/menggunakan
metode, teknik khusus, media dan alat;
e) Persiapan administrative.
2) Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana
a) Penerapan metode, teknik khusus, media
dan alat;
b) Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam;
c) Pengaktifan narasumber;
d) Efisiensi waktu;
e) Administrasipelaksana.
Dalam pembagian siswa asuh diatur oleh sekolah masing-masing
dengan mempertimbangkan pemerataan, kemudahan, dan keefeltifan pelaksanaan bimbingan
dan konseling. Apabila ada guru pembimbing yang jumlah siswa asuhnya kurang dari
150 orang, maka diusahakan untuk memenuhi
kekurangan yaitu, dengan kegiatan-kegiatan menurut ketentuan sebagaimana diatur
dalam SK Mendikbud No. 025/0/1995.
Selanjutnya jumlah siswa asuh sebesar 150 orang atau
lebih itu dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok kecil (yang masing-masing
beranggotakan 10-15 orang) untuk keperluan kegiatan kelompok dalam bimbingan dan
konseling (seperti layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok).
Sedangkan untuk Sekolah Dasar, guru kelas bertanggung jawab atas sejumlah siswa
yang menjadi tanggung jawabnya di kelas.
Beban tugas yang temuat dalam program kegiatan guru
pembimbing pada dasarnya setara dengan beban tugas guru-guru lainnya. Apabila
guru atas pelajaran memiliki beban minimal wajib mengajar sebesar 18 jam
pelajaran seminggu di SMP maupun di SMA. Maka beban tugas guru kelas dalam
program bimbingan dan konseling di SD merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru kelas. Artinya bias diintegrasikan dalam mata pelajaran
lainnya. Sedangkan alokasi waktu dapat ditambahkan sebagai sarana untuk lebih memperkuat
kepribadian siswa, misalanya penambahan waktu satu jam pebelajaran setiap minggu.
Berkenan dengan beban tugas guru pembimbing, perlu
pula dikemukakan bahwa frekuensi pelaksanaan dari masing-masing jenis layanan dan
kegiatan pendukung, misalnya selama satu semester tidak perlu sama.
Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan maka perlu adanya administrasi
yang baik, teratur dan mantap maka proses pelaksanaan layanan bimbingan akan tidak
mencapai tujuan dari sasaran yang teahditetapkan.
Dengan administrasi
yang baik, teratur dan mantap setiap personil bimbingan mengetahui posisinya
masing-masing, baik itu berupa tugas, tanggung
jawab maupun sewenang. Dengan memahami, mengetahui dan melaksanakan tugas,
tanggung jawab dan wewenang yang dibebankan kepada masing-masing personil bimbingan,
terciptalah suatu mekanisme kerja yang mantap.
Mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling
disekolah sebagai berikut :
a. Pada permulaan memasuki sekolah dilakukan
pencatatan data pribadi siswa dengan menyebarkan
angket, baik yang diisi oleh siswa itu sendiri maupun oleh orang tua. Bagi siswa
yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, data pribadi
yang telah diisi perlu dilengkapi dengan data nilai prestasi belajar sebelumnya,
misalnya buku raport, ijazah/ STTB di SD
serta nilai testing masuk kalau ada. Apabila data yang telah masuk dari masing-masing
siswa sudah dianggap memadai dan lengkap, maka data-data itu dihimpun dalam satu
file, map, buku pribadi untuk masing-masing siswa secara teratur dan sistematis.
b. Catatan kejadian siswa tentang tingkah laku
dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung dibuat oleh guru kelas.
Catatan anekdot yang telah diterima dari masing-masing kelas dihimpun dalam bentuk
laporan observasi mingguan dan laporan observasi mingguan itu dimasukkan ke dalam
buku pribadi siswa.
c. Dari hasil laporan observsi yang telah dibuat
oleh guru kelas dan kemudian dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa oleh petugas
administrasi bimbingan. Materi-materi yang dipelajari oleh guru kelas sering disebut
studi kasus. Bila dipandang masalah itu cukup serius dan menonjol serta mendesak
untuk ditanggulangi, maka siswa (kasus) bersangkutan dipanggil oleh guru kelas untuk
diadakan konseling yang telah diselenggarakan oleh guru pembimbing dianggap belum
cukup memadai untuk memecahkan masalah siswa bersangkutan, maka perlu diselenggarakan
konferensi kasus (case conference). Penyelenggaraan
konferensi kasus harus diketahui serta diikuti oleh kepala sekolah.
d. Hasilb sosiometri yang berupa sosiogram
yang telah diselenggarakan oleh guru kelas dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa
sebagai bahan studi kasus. Apalagi dijumpai masalah-masalah yang menonjol dalam
sosiogram, misalnya ada siswa yang terisolir, maka guru kelas dapat secara langsung
memanggil siswa bersangkutan untuk diadakan konseling.
e. Hasil wawancara, daftar presensi, daftar
nilai raport yang diselenggarakan oleh guru kelas dimasukkan kedalam kartu pribadi
siswa.
f. Hasil kunjungan rumah yang
diselenggarakan oleh guru kelas dipakai sebagai bahan-bahan didalam raat-rapat dengan
kepala sekolah. Hasil-hasil laporan kunjungan rumah yang telah dibuat oleh guru
kelas dihimpun dalam catatan kasus pribadi.
g. Hasil pemeriksaan dari petugas-petugas
khusus/tenaga ahli, misalnya hasil pemeriksaan
fisik/kesehatan dari dokter atau juru rawat dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa
dan juga disampaikan kepada kepala sekolah untuk diketahui.
h. Laporan harian, mingguan, bulanan,
caturwulan, semesteran dan tuntutan tahunan dari kegiatan bimbingan seperti kegiatan
konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, membuat rencana layanan atau kegiatan pendukung,
mempersiapkan bahan untuk layanan/pendukung, mengadakan evaluasi dan atau analisis
hasil evaluasi, dan atau merencanakan program tindak lanjut yang dibuat oleh
guru kelas dilaporkan kepada kepala sekolah untuk diperiksa dan seterusnya dilaporkan
kepada pengawas bimbingan dan konseling sekolah.
i.
Data-data
informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dihimpun dalam buku pribadi,
map pribadi atau komulatif record siswa hendaknya diperiksa oleh kepala sekolah.
Dengan terwujudnya mekasnisme, pola
kerja, atau prosedur kerja yang rapi, teratur dan baik serta dilandasi oleh bentuk-bentuk
kerjasama dengan personil sekolah dalam administrasi pelaksanaan bimbingan dan konseling
disekolah, dapat dihindari kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam program
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.
Selanjutnya, dengan adaministrasi seluruh
kegiatan, personalia, fasilitas, keuangan, pengawasan, pembinaan, dan pengembangan
bimbingan dan konseling secara jelas dan cermat maka dapat dipertanggungjawabkan
secara penuh program bimbingan dan konseling tersebut.
5. Pola
Pengembangan Siswa
Pembinaan siswa dilaksanakan oleh seluruh unsur pendidik
yaitu personil sekolah, orangtua, masyarakat, dan aparat pemerintah,
dengan pola penanganan sebagai berikut.
Seorang
siswa yagn bermasalah, misalnya perkelahian, dapat ditangani oleh guru/petugas
lain, guru piket, guru kelas, bahkan langsung oleh kepala sekolah. Tindakan
tersebut diinformasikan kepada gurukelas siswa yang bersangkutan. Guru kelas
memberikan bantuan berupa nasihat agar tidak berkelahi di sekolah, menjelaskan
bahaya perkelahian bagi siswa dan sekolah.
Sementara
itu guru kelas berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi
sikap dan tindakan perkelahian siswa tersebut. Guru kelas bertugas membantu
menangani masalh perkelahian siswa tersebut dengan meneliti latar belakang
tindakan perkelahian siswa melalui serangkaian wawancara dan pencarian
informasi dari sejumlah sumber data.
6. Pemanfaatan
Fasilitas Pendukung Kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Fasilitas
dan pembiayaan meruoakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu
program bimbingan. Adapun aspek pembiayaan memerlukan perhatian yang lebih
serius karena dalam kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu faktor
penghambat proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sekarang ini.
Tanpa adanya pembiayaan yang memadai, proses pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling cenderung mengalami hambatan.
Apabila telah tersedia gedung dan ruangan serta alat-alat
perlengkapan teknis, maka pos-pos penting lain yang perlu dibiayai adalah :
honorarium personil bimbingan, pemeliharaan sarana fisik, pelaksanaan penataan
bagi personil bimbingan, pengadaan alat-alat tes baku, pengadaan dan majalah
bimbingan serta pengadaan alat-alat tulis.
Mengenai
sumber pembiayaan, Crow dan Crow (1962) berpendapat bahwa setiap siswa
dianjurkan memberikan biaya sekitar 10 sampai 20 dolar per tahun, dan tidak
kurang dari 3% dari seluruh pembiayaan pendidikan dipergunakan untuk layanan
bimbingan dan konseling. Selanjutnya, Hatch dan Steffire (1961) mengemukakan
pendapatnya bahwa susatu porgram bimbingan yang baik membutuhkan sekitar 5%
dari keseluruhan biaya pendidikan di sekolah. Tanpa adanya sumber pembiayaan
yang tetap, sulit diharapkan tercapainya keberhasilan program layanan
bimbingan.
Adapun
fasilitas yag diharapkan tersedia di sekolah ialah ruangan tempat bimbingan
yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya
proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya
sedemikian tupa sehingga di satu segi para siswa yang berkunjung ke ruangan
tesebut merasa senang, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan
layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik
bimbingan dan konseling.
Di
dalam rungan itu hendaknya juga dapat disimpan segenap instrumen bimbingan dan
konseling, himpunan data siswa dan berbagai data dan informasi lainnya. Ruangan
tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan
informasi pendidikan dan jabatan, informasi tentang kegiatan dan ekstra
kulikuler.
Yang
tidak kalah penting ialah, rungan itu hendaknya nyaman sehingga para pelaksana
bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama
bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara.
Sarana
yang diperlukan untuk penunjang pelayanan bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut :
a. Alat
pengumpul data, baik tes dan non tes.
Alat
pengumpul data berupa tes yaitu : tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat
sekolah, tes/invetori kepribadian, tes/inventori minat dan tes prestasi
belajar. Alat pengumpul data berupa non-tes yaitu : pedoman observasi, catatan
anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara,
angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
b. Alat
penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data.
Alat
penyimpan data itu dapat berbentuk katu, buku pribadi, dan map. Bentuk kartu
ini bisa dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukurans erta warna tertentu,
sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk
menyimpan berbagai keterangan, informasi ataupun data untuk masing-masing
siswa, perlu disediakan map pribadi. E=mengingat banyak sekali aspek-aspek data
siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang
dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu bukupribadi.
c. Kelengkapan
penunjang teknik, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu
bimbingan.
d. Perlengkapan
penunjang teknik, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan
kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blako surat, kartu
konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.
Dana diperlukan bagi penyediaan prasarana dan sarana yang
memadai. Juga untuk keperluan lain, seperti perlengkapan administrasi,
kunjungan rumah, penyususunan laporan kegiatan. Dalam hal ini perlu diingatkan
bahwa kekurangan dana tidak selayaknya mengendurkan semangat para pelaksana
untuk menyelenggarakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
7. Pengarahan,
Supervisi, dan Penilaian Kegiatan Bimbingan dan Konseling.
a. Pengarahan.
Pengarahan adalah salah satu aspek penting dalam manajemen
program layanan bimbingan dan konseling. Berikut ini dikemukakan beberapa
konsep pengarahan. Hatch dan Steffre (1961) mengemukakan pengarahan itu sebagai
berikut :
It is phrase of administration concerned with the
coordination, control, dan stimulation of others. It its sometimes thought of
as a process and idnetified as that phase in which commands are given, or in
which others are authorized to act or stimulated to act without command.
Pendapat ini mengemukakan pengarahan sebagai suatu fase
administratif yang mencakup koordinasi, kontrol dan stimulasi terhadap yang
lain. Di satu sisi, hal itu adakalanya dipikrkan sebagai suatu proses dan
merupaka suatu fase pemberian komando, pada sisi lain merupakan wewenang dalam
bertindak atau stimulasi dalam bertindak tanpa komando.
Dalam pengarahan kegiatan bimbingan, koordinasi
sebagaipemimpin lembaga atau unit bimbingan hendaknya memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik yang dapat memungkinkan terciptanya suatu komunikasi
yagn baik dengan seluruh staf yang ada. Personil-personil yang telibat di dalam
program hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap
yang lain, serta memiliki moral yang stabil.
Adapun pentingnya pengarahan dalam program bimbingan ialah :
(a) untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan selutuh staf
bimbingan yang ada, (b) untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya , dan (c) Memungkinkan kelancaran dan efektifitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
b. Supervisi
Kegiatan Bimbingan
Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manajemen
program bimbingan. Berbagai pendapat telah dikemukakan berkenaan dengan
supervisi ini. Stephen Robbins (1978) mengemukakan, Supervision is
traditionally used to refer to the activity of immediately directing the
activities of subordinates.
Menurut Arthur Jones (1970) supervisi itu mencakup dua
bentuk kegiatan, yaitu : (a) sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk
memelihara, menyelenggarakan, dan menentangb perubahan, serta (b) Mengadakan
perubahan, penataan, dan mengadakan perubahan perilaku.
Selanjutnya Crow dan Crow (1962) berpendapat dalam kegiatan
supervisi bimbingan, supervisor hendaknya menerima saran-saran dari para
konselor dalam hubungannya dengan permasalahan-permasalahan perubahan dan
pengembangan kurikulum, penyesuaian kurikulum bagi siswa, memasukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi beberapa siswa atau semua siswa ke dalam
program sekolah.
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan ialah (a)
Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personil bimbingan yaitu bagaimana
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing, (b) Mengontrol
adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personil bimbingan
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, (c) Menugnkinkan dicarinya jalan
keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui,
(d) Memungkinkan terjadinya program bimbingan secara lancar ke arah
pencapaian tujuan sebagaimana telah ditetapkan.
c. Penilaian
Program Layanan Bimbingan
Penialian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan program bimbingan yang telah dilaksanakan.
Penilaian program bibmingan merupakan suatu usaha untuk menilai sejauh mana
pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, keberhasialn program dalam tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak
dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian ini, Shertzer dan Stone (1966)
mengemukakan pendapatnya,evaluation consist of making systeamtic judgements
of the relative effectiveness with which goals are attained in relation to
special standards.
Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya,
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah
mengacu pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan
pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu
siswa melakukan perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling,
penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan terhadap efektifitas layanan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sejauh
mana tingkat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini
dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut utnuk memperbaiki dan
mengembangkan program selanjutnya.
Adapun dua macam kegaitan penilaian program kegiatan
bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
dimaksudkan utnuk mengetahui sampai sejauh mana efektivitas layanan bimbingan
dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksud untuk memperoleh
informasi efektifitas layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain :
1) Kesesuaian
antara program dengan pelaksanaan
2) Pelaksanaan
program
3) Hambatan-hambatan
yag dijumpai
4) Dampak
layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
5) Respon
siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan
6) Perubahan
kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian
tugas-tugas perkembangan, hasil belajar, keberhasilan siswa setelah menamatkan
sekolah baik dalam studi lanjutan atau pun dalam kehidupannya di masyarakat.
Apabila
dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan kosenling lebih bersifat
penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas
siswa dalam kegaitan layanan bimbingan.
2) Mengungkapkan
pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau pemahaman/pendalaman siswa
atas masalah yang dialaminya.
3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi
siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam
kegiatan layanan bimbingan.
4) Mengungkapkan
minat siswa tentang perlunya bimbingan lebih lanjut.
5) Mengamati
perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan
layanan bimbingan yang berkesinambungan).
6) Mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegaitan layanan.
Khusus untuk kesatuan kegiatan
pendukung, evaluasinya dilakukan dengan cara berikut ini :
1) Mengungkapkan
perolehan guru pembimbing sebagai hasil dari kegiatan pendukung yang nantinya
akan dimanfaatkan untuk kegaitan.
2) Mengungkapkan
komitmen pihak-pihak tekait dalam penanganan/pengentasan masalah siswa (butir
ini terutama untuk kegiatan konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan
kasus.
3) Mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan pendukung.
Berbeda dengan hasil evaluasi
pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi
bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang di evaluasi
(yaitu partisipasi aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan layanan menurut
siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan lebih
lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru pembimbing;
komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan
kegiatan). Deskripsi
tersebut mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung
memberikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan
bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap siswa.
Penilaian di tingkat sekolah di bawah tanggung jawab kepala
sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan personil sekolah lainnya. Di
samping itu penilaian kegiatan bimbingan lainnya dilakukan oleh pejabat yang
berwenang dari instansi yang lebih tinggi di wilayah dan kabupaten.
Sumber informasi untuk keperluan penilaian antara lain
siswa, kepala sekolah, para guru kelas, guru mata pelajaran, orangtua, tokoh
masyarakat, para pejabat Depdiknas, organisasi profesi bimbingan, sekolah
lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara
seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisa hasil
kerja siswa, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu.
Kegiatan penilaian, baik proses maupun hasil perlu di analisa untuk kemudian
dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program
layanan bimbingan. Dengan dilakukannya penilaian secara komprehensif, jelas dan
cermat maka diperoleh data informasi tentang proses dan hasil seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk
mempertanggungjawabkan / akuntabilitas pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah.
Dengan
diberalakukannya kurikulum yang berbasis kompetensi, mau tidak mau guru wajib
melakukan perubahan dan pengembanagn kompetensi sebagai pedoman terlaksananya
materi yang akan diberikan dalam bimbingan dan konseling. Agar tercapai apa
yang diinginkan dalam KBK, ada tiga komponen yang dijalankan, yakni: kompetensi
yang akan dicapai, startegi layanan untuk mencapai kompetensi, system evaluasi
digunakan untuk menentukan keberhasilan kompetensi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum SD berbasis kompetensi
hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan hidup.
Dalam pengembangan kurikulum perlu memaskkan unsur keterampilan hidup, agar
siswa memiliki sikap, keterampilan dan perilaku adaptif, kooperatif dan
kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntunan kehidupan sehari-hari
secara efektif.
Untuk mencapai kompetensi dan keterampilan hidup
yang dibutuhkan itu,
siswa tidak cukup hanya diberi pelajaran tentang studi saja, namun diperlukan
bimbingandan konseling. Posisi bimbingan dan konseling dalam npelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi sangat strategi. Sekolah berkewajiban memeberikan
bimbingan dn konseling kepada siswa untuk mencapai kompetensi pribadi, social,
belajar dan karir. Keempat bidang kompetensi tersebut terangkum dalam
tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai siswa SD.
B.
Saran
Bertolak dari peranan layanan
Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar, penyusun memberikan saran sebagai berikut :
1.
Sebaiknya guru lebih
mengembangkan layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar yaitu dengan
melaksanakan program layanan bimbingan itu diaplikasikan kepada anak didik.
2.
Buku – buku layanan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah Dasar terbitan dari pemerintah sebaiknya tidak hanya
dijadikan sebagai pelengkap administrasi sekolah saja melainkan harus
dipelajari oleh guru dan bisa diterapkan kepada anak didik yang membutuhkan
layanan bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiano, akur. 2005. Manajemen Bimbingan Konseling
Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta : Grasindo.