BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pandangan kontemporer, mengajar tidak
lagi diartikan menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan
mengajar adalah mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan
siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Implikasi dari batasan mengajar
tersebut, maka tugas guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran, yaitu
menciptakan suasana dan lingkungan pembelajaran yang dapat memfasilitasi
kemudahan siswa belajar.
Memperhatikan batasan mengajar tersebut,
tugas pokok guru selain menguasai materi pembelajaran, yang tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana menciptakan kondisi atau lingkungan pembelajarn,
sehingga memudahkan siswa menguasai materi yang diajarkan. Adapun lingkungan
pembelajaran sangat luas, diantaranya adalah lingkungan kelas.
Tidak bisa dipungkiri sampai saat ini, kelas
merupakan lingkungan belajar utama dan dominan yang digunakan oleh guru dan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan
mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai
oleh guru, sehingga kelas menjadi tempat belajar yang menyenangkan dan kondusif
untuk terjadinya proses pembelajaran bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang
telah dipahami, maka terdapat rumusan masalah yang dapat dijabarkan di
antaranya sebagai berikut:
1.
Bagaimana hakikat
pengelolaan kelas ?
2.
Bagaimana tujuan
pengelolaan kelas ?
3.
Bagaimana komponen –
komponen pengelolaan kelas ?
4.
Bagaimana fungsi
pengelolaan kelas ?
5. Bagaimana penataan pengelolaan lingkungan
kelas ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini di antaranya
untuk :
1.
Menjelaskan hakikat pengelolaan kelas.
2.
Menjelaskan tujuan pengelolaan kelas.
3.
Menjelaskan komponen – komponen pengelolaan
kelas.
4. Menjelaskan fungsi pengelolaan kelas.
5. Menjelaskan penataan pengelolaan lingkungan kelas.
D. Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penulis
menggunakan metode studi pustaka dan searching
dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Pengelolaan Kelas
1.
Pengertian
Pengertian
pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan (manajemen) dalam pengertian umum menurut Suharsini Arikunto adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas
menurut Oemar Hamalik adalah
suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari guru.
Secara
etimologis, pengelolaan kelas ialah usaha guru untuk menciptakan, memelihara
dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif (Udin S. Winataputra). Pengertian
ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Winzer yang menyatakan bahwa pengelolaan
kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas
agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencapai tujuan akademik dan sosial.
Menurut
Depdikbud, 1994/1995, mendefinisikan pengelolaan kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan
proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada
penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengeturan ruang
belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan
waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan dapat
tercapai.
Menurut
Pidarta, pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru yang
didasarkan pada pengertian tentang sifat – sifat kelas dan kekuatan yang
mendorong mereka bertindak, berusaha, memahami dan mendiagnosa kelas, serta
kemampuan untuk bertindak efektif dan kreatif dalam memperbaiki kondisi,
sehingga dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
Menurut PUOD
dan Dirjen Dikdasmen, 1996, pengelolaan kelas adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur
kegiatan proses belajar – mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah
pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar, dan
pengaturan waktu, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan
kurikulum dapat tercapai.
Kesimpulannya
dari beberapa definisi tersebut, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan
guru untuk merancang, menangani, dan menilai situasi dan kondisi kelas agar
terwujud kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga siswa senang belajar,
aktif, kreatif dan produktif menghasilkan hasil belajar yang optimal dan
bermakna .
Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya
menurut Weber (1997) yaitu berdasarkan pendekatan otoriter (authority
approach), pendekatan permisif (permissive approach) dan pendekatan
modifikasi tingkah laku.
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach)
pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa,
guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan
disiplin secara ketat (Weber).
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam
mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan
berbagai aturan atau ketentuan – ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh
warga sekolah/kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan
yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari
pengelola sekolah/kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa.
Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukkan bagi kepentingan
bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Setelah berbagai aturan ditetapkan, guru menekankan kepada siswa agar
disiplin mematuhi terhadap aturan tersebut, dan bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi atau hukuman (funishment). Pelanggaran terhadap
ketentuan yang ditetapkan, selain sebagai bentuk pengingkaran terhadap
kesepakatan, juga dianggap akan mengganggu proses pembelajaran. Oleh karena itu
guru memiliki otoritas untuk menerapkan sanksi, sehingga pihak yang melanggar
menyadari terhadap perilaku yang salah dan kemudian untuk memperbaikinya
terhadap kesalahannya itu.
Kedua, Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya
yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa melakukan
berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Menurut pandangan
permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman
untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa harus merasa takut dan
tertekan.
Pendekatan permisif dalam mengelola kelas bukan berarti siswa bebas tanpa
batas. Aturan atau ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah
tetap ada, hanya aturan tersebut tidak mengekang siswa. Ketika siswa melakukan
berbagai aktivitas di dalam kelas/sekolah, tidak dihinggapi perasaan takut
serba salah apalagi takut dikenai sanksi atau hukuman.
Ketiga, Pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini didasarkan
pada konsep pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku. Gagasan
utama dari pendekatan modifikasi tingkah laku adalah pengelolaan kelas
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang
bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya
atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Dari kektiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, masing – masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu ketiganya dapat dijadikan
alternatif untuk diterapkan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
tuntutan yang terjadi di lapangan.
Pendekatan pertama (authory approach) sesuai dengan namanya
otoriter. Aturan dibuat untuk mengikat siswa menaatinya, dan jika melanggar
harus menerima konsekwensi. Sementara pendekatan kedua (permisif)
nampaknya lebih longgar, karena siswa diberi kebebasan beraktivitas. Kalau
dilihat secara normatif tentu saja pendekatan ketiga (modifikasi tingkah laku)
memiliki peluang yang cocok dan paling sering diterapkan. Pendekatan modifikasi
tingkah laku banyak kesesuaian dengan upaya atau tujuan pembelajaran secara
khusus dan pendidikan pada umumnya. Melalui aktivitas pembelajaran maupun
pendidikan yang lebih luas lagi dimaksudkan sebagi upaya merubah perilaku siswa
kearah yang lebih baik.
Meskipun teori ketiga (modifikasi tingkah laku) merupakan jalan tengah
dalam pelaksanaan pengelolaan kelas, bukan berarti pendekatan otoriter maupun
permisif tidak boleh diterapkan. Keduanya sangat mungkin dan dianggap tepat
untuk dilakukan asal disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta selama itu
dalam kerangka upaya – upaya proses pembelajaran dan pendidikan.
2.
Pengelolaan dan Pembelajaran
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memiliki fungsi yang
sama. Pengelolaan tekanannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management)
lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat
berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pembelajaran. Pada
akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yanga
dianggap kurang baik atau tidak pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding
karena akan mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut
memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap paling cocok. Adapun
pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
materi – materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan
membantu siswa memecahkan kesulitan yang dihadapinya itu.
B. Tujuan
Pengelolaan Kelas
Tujuan
pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, tercapainya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa.
Suharsini
Arikkunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
didik di kelas dapat belajar dan bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan keterampilan mengelola
kelas ini tidak hanya penting bagi guru sebagai manajer di dalam kelas, tetapi
penting pula untuk siswa.
1. Untuk Guru :
· Mengembangkan pengertian dan keterampilan
dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah – langkah proses belajar
mengajar secara efektif.
· Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa
dan mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada
siswa.
· Memberi respon secara efektif terhadap
tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan kecil atau ringan, serta memahami
dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam
mengatasi masalah penyimpangan perilaku siswa yang berlebihan atau terus
menerus melawan di kelas.
2. Untuk Siswa :
· Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab
individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
· Membantu siswa agar mengerti akan arah
tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan melihat atau merasakan
teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.
· Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri
dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai aktivitas – aktivitas.
C.
Komponen –
komponen Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori
apapun yang dipilih dan dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus
diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif.
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran tersebut, maka unsur – unsur
pengelolaan meliputi tindakan :
1.
Model tindakan
a.
Preventif, yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya
gangguan dalam pembelajaran. Mencegah dianggap lebih baik dari pada mengobati.
Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru
mengidentifikasi hal – hal atau gejala – gejala yang dianggap akan mengganggu
pembelajaran.
Beberapa upaya utau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
mendukung terhadap tindakan preventif antara lain :
1)
Tanggap / Peka, sikap tanggap ini ditunjukkan oleh kemampuan guru secara
dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas
yang dianggap akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnya sikap maupun
sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya. Misalnya, jika
sudah melihat gejala siswa datang kesiangan, lalu guru berkesimpulan andai
tidak ditegur mungkin siswa akan merasa terbiasa. Oleh karena itu dengan
pendekatan preventif, guru segera mengingatkan siswa untuk tidak kesiangan
lagi.
2)
Perhatian, yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas,
lingkungan maupun segala yang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk
keterampilan dan kebiasaan yang harus dimiliki oleh guru. Ketika siswa yang
kesiangan kemudian ditegur oleh gurunya, maka anak akan merasa dirinya
diperhatikan, sehingga kedepan ia berusaha untuk tidak kesiangan. Perhatian
sifatnya ada yang menyebar, artinya perhatian ditujukan pada semua aspek yang
menjadi unsur perhatiannya. Misalnya ketika di dalam kelas perhatian guru
menyebar kepada seluruh siswa, dan tidak hanya memfokuskan pada salah seorang
siswa saja. Perhatian juga ada yang bersifat terpusat, yaitu perhatian hanya
ditujukan pada hal – hal atau objek yang menjadi sasaran pengamatannya.
Misalnya bagaimana perhatian guru hanya dipusatkan pada kemampuan ekspresi
wajah siswa ketika membaca puisi dalam kelas. Dengan demikian unsur lainnya,
sseperti peragaaan busana dan lain sebagainya tidak menjadi sasaran perhatian,
karena hanya mencermati pada ekspresi wajahnya saja.
b.
Refresif, keterampilan refresif tidak diartikan sebagai tindakan
kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan
refresif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas, yang
dimaksud adalah kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi
yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan
pembelajaran.
c.
Modifikasi Tingkah Laku
1)
Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati.
Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul secara positif, guru
memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara.
Sementara bagi yang menunjukkan perilaku kurang baik, dengan segera mencari
sebab – sebabnya dan mengingatkan untuk tidak diulangi lagi bahkan kalau perlu
secara edukatif berikan hukuman agar menyadari terhadap perilaku kurang baiknya
itu dan memperbaikinya dengan yang lebih positif.
2)
Pengelolaan Kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya
dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur
yang terkait. Kelas adalah suatu kelompok atau komunitas yang memiliki
kepentingan yang sama, yaitu untuk belajar. Oleh karena itu bagaimana setiap
unsur yang ada dalam kelas itu dijadikan suatu potensi yang berharga dan dapat
menjadi sumber untuk memecahkan permasalahan untuk kepentingan pembelajaran.
3)
Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur – unsur yang
menjadi penyebab gangguan maupun unsur – unsur yang akan menjadi kekuatan bagi
peningkatan proses pembelajaran.
2.
Peran guru
Guru
sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran memiliki peran yang amat
penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran (kelas) yang kondusif untuk
pembelajaran, antara lain yaitu :
a.
Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap
tingkahlakunya.
b.
Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkahlakunya
dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa jika ada teguran dari guru
merupakan peringatan dan bukan kemarahan.
c.
Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah
laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
3.
Hal – hal yang harus dihindari
Beberapa kekeliruan yang harus dihindari oleh guru dalam menerapkan
keterampilan mengelola kelas antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Campur tangan yang berlebih, sebaiknya guru jangan ikut campur tangan
terlampau dengan permasalahan yang sedang dibicarakan oleh para siswa. Misalnya
memberikan komentar secara berlebihan sehingga memasuki pada hal – hal yang
tidak dikehendaki oleh siswa.
b.
Kesenyapan, dalam keterampilan mengajar tertentu kesenyapan diperlukan
dengan harapan untuk membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Adapun
kesenyapan yang perlu dihindari dalam pengelolaan kelas adalah proses
komunikasi, seperti memberikan komentar, instruksi, pengarahan yang tersendat –
sendat ada kesenyapan yang mengakibatkan informasi tidak utuh diterima oleh
siswa sehingga akan menjadi gangguan pada suasana kelas.
c.
Ketidaktepatan, yaitu kebiasaan tidak menaati aturan, ketentuan. Misalnya
ketidaktepatan datang atau pulang, mengembalikan pekerjaan siswa, dan lain
sebagainya yang menunjukan tidak disiplin.
d.
Penyimpangan, yaitu guru terlena membicarakan hal – hal yang tidak ada
kaitannya dengan pendidikan atau pembelajaran yang sedang dijelaskan.
e.
Bertele – tele, yaitu kebiasaan mengulang hal – hal tertentu yang tidak
perlu atau penyajian yang tidak simple banyak diselingi oleh humor atau guyon
yang tidak mendidik.
4.
Tanggung jawab guru sebagai pengelola kelas
a.
Pengelolaan tempat belajar
Tempat
belajar seperti ruang kelas yang menarik, merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan di kelas, tujuannya untuk memberikan
motivasi kepada siswa untuk bekerja lebih giat lagi. Yang dipajangkan bisa
hasil kerja perorangan, berpasangan atau kelompok. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu
guru dalam KBM, karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
b.
Pengelolaan Siswa
Pengelolaan
siswa biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk seperti individual, berpasangan,
kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perlu diperhatikan pada
saat pengelolaan siswa antara lain : jenis kegiatan, tujuan kegiatan,
keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Hal
yang sangat penting lagi yakni keberagaman karakteristik siswa. Guru harus
memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter berbeda satu sama lain. Untuk itu
perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan
siswa memperoleh peluang yang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan
potensinya.
c.
Pengelolaan kegiatan pembelajaran
Guru perlu
merancang tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan
penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu untuk
kemampuan atau merekomendasikan kinerja atau performence sebagai hasil belajar.
Tiga hal strategis yang perlu dikuasai oleh guru dalam pengelolaan
pembelajaran, yaitu : (1) penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan
berproduksi, (2) penyediaan umpan balik yang bermakna, (3) penyediaan penilaian
yang memberi peluang semua siswa melakukan unjuk perbuatan.
d.
Pengelolaan isi atau materi pelajaran
Dalam
mengelola materi pelajaran, guru paling tidak harus menyiapkan rencana
operasional KBM dalam wujud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
e.
Pengelolaan sumber belajar
Pengelolaan
sumber belajar sebaiknya memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah, dan
melibatkan orang – orang yang ada di dalam sistem sekolah tersebut. Sumber
belajar meliputi sumber daya sekolah dan sumber daya lingkungan.
f.
Pengelolaan strategi dan evaluasi pembelajaran
Pengelolaan
strategi pembelajaran yang akurat dapat mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan
dengan scope materi pelajaran, kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan
dicapai.
D.
Fungsi Pengelolaan
Kelas
Terdapat
empat fungsi pokok pengelolaan kelas, yaitu :
1.
Fungsi preventif atau pencegahan
Yaitu guru
melakukan pencegahan timbulnya perilaku siswa yang bermasalah di kelas. Agar
guru dapat menjalankan fungsi ini pada saat mengelola kelasnya, seorang guru
secara seksama harus mengenal dan memahami sifat – sifat perilaku siswa secara
individual.
2.
Fungsi kuratif
Yaitu
menyembuhkan perilaku siswa yang bermasalah. fungsi ini dilakukan oleh guru
setelah siswa melanggar aturan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar di
kelas, sehingga situasi dan kondisi kelas tidak kondusif. Untuk dapat
menyembuhkan perilaku siswa bermasalah, guru harus memiliki kemampuan
mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mencari alternatif
penyelesaian masalah, sehingga dapat ditemukan bagaimana terapi masalahnya.
3.
Fungsi Pemeliharaan
Yaitu
fungsi pokok manajemen, guru memelihara kondisi belajar mengajar di kelas yang
positif. Fungsi ini dilakukan setelah guru benar – benar merasakan bahwa
situasi dan kondisi kelasnya merangsang siswa untuk belajar aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
4.
Fungsi pengembangan
Yaitu guru
senantiasa mengembangkan kondisi kelas yang kondusif. Fungsi ini dilakukan oleh
guru setelah yakin bahwa kondisi kelas dapat ia pelihara secara positif.
Selanjutnya guru mengembangkannya melalui tahap – tahap proses manajemen kelas
yang efektif.
E. Penataan Pengelolaan
Lingkungan Kelas
Guru adalah
seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan
iklim belajar menarik, aman, nyaman dan kondusif di kelas, keberadaannya
ditengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan
belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Iklim yang tidak kondusif
akan berdampak negative terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai
tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah, bosan dan jenuh.
Sebaliknya iklim belajar yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah
tercapainya tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan
menyenangkan bagi peserta didik.
Lingkungan
belajar yang aman, nyaman dan tertib, optimalisme merupakan harapan yang tinggi
bagi seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang
terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah,
semangat dan napsu belajar.
Dalam
implementasi kurikulum 2004, para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun nonfisik lingkungan fisik
merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana,
laboratorium dan media lain. Lingkungan nonfisik memiliki peran yang besar juga
dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar,
penampilan, sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik,
peserta didik dengan guru, dan sesame peserta didik itu sendiri,serta
organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan peserta didik.
a. Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan
fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif dan mendukung
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Kelas yang tidak ditata dengan baik
akan menjadi penghambat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Penataan
tempat duduk yang mengganggu lalu lintas selama kegiatan pembelajaran, dan
penempatan barang-barang yang tidak sesuai dengan fungsinya, dapat menghambat
berlangsungnya proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan
baik, guru harus menata tempat duduk dan barang-barang yang ada di ruangan
kelas sehingga dapat mendukung dan memperlancar proses pembelajaran.
Tujuan utama
penataan lingkungan fisik kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah
munculnya tingkah laku siswa yang tidak yang tidak diharapkan melalui penataan
tempat duduk, perabot, dan barang-barang lainnya yang ada di dalam kelas,
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara siswa dan guru serta
antar siswa, dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu penataan kelas harus
memungkinkan guru dapat memantau semua tingkah laku siswa sehingga dapat
dicegah munculnya masalah disiplin. Melalui penataan kelas, diharapkan siswa
dapat memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran dan akan bekerja secara
efektif.
Menurut Louisell, ketika menata
lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Visibility (keleluasan pandangan), artinya penempatan
atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa
sehingga mereka secara leluasa dapat memandang guru, benda, atau kegiatan yang
sedang berlangsung.
2. Accebility (mudah dicapai), artinya barang-barnag atau
alat-alat yang biasa digunakan oleh siswa dalam proses pembelajaran mudah
dijangkau.
3. Fleksibilitas (keluwesan), artinya barang-barang yang ada
di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-pindahkan sesuai
dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.
4. Kenyamanan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri.
5. Keindahan, berkenaan dengan usaha guru menata ruangan
kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas
yang indah dan menyenangkan, berpengaruh positif terhadap sikap dan tingkah
laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
b.
Penataan
Lingkungan Psiko-Sosial Kelas
Iklim
psikososial kelas berkenaan dengan hubungan social pribadi antara guru dan
siswa, serta antar siswa itu sendiri. Hubungan yang haronis antara guru dan
siswa, serta antar siswa akan dapat menciptakan iklim psiko social kelas yang
sehat, dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Berkenaan
dengan pengelolaan iklim psiko social kelas, Bandura menyatakan bahwa keberhasilan guru
dalam mengelola iklim psiko social kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru
itu sendiri. Berikut beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi
terciptanya iklim psiko social kelas yang efektif bagi kelangsungan proses
pembelajaran.
a. Disukai oleh siswanya
b. Memiliki persepsi yang realistik tentang
dirinya dan siswanya.
c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan
guru-siswa
d. Bersikap positif terhadap pertanyaan/respon
siswa
e. Sabar, teguh dan tegas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah adalah tempat belajar bagi
siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah
membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal yang berhubungan dengan minat,
kehendak, serta sarana dan prasarana pengajaran yang
digunakan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
Dalam hal ini pengelolaan kelas di Sekolah Dasar dilakukan oleh guru agar
proses belajar mengajar berlangsung secara kondusif, efektif mencapai sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya, dan hasil belajar yang akan dicapai oleh
siswa optimal. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses
pembelajaran.
Tiga hal yang harus dimiliki seorang guru dalam menghadapi situasi
apapun, termasuk tantangan globalisasi (Sardjo Sukardja;2003), yaitu
kepribadian yang mantap, wawasan yang luas, dan kemampuan profesioanal yang
memadai.
B. Saran
Keterampilan mengelola
kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
suasana belajar secara nyaman dan kondusif. Maka dari itu dihapkan seorang guru
dapat kreatif dan inovatif dalam hal mengembangkan pengelolaan kelas dengan
baik sehingga kondisi belajar siswa menjadi kondusif dan nyaman serta siswa
merasa termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar