Home

Selasa, 17 April 2012

Pembelajaran Mikro

Judul Makalah : Keterampilan Mengelola Kelas



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam Pandangan kontemporer, mengajar tidak lagi diartikan menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan mengajar adalah mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Implikasi dari batasan mengajar tersebut, maka tugas guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran, yaitu menciptakan suasana dan lingkungan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemudahan siswa belajar.
Memperhatikan batasan mengajar tersebut, tugas pokok guru selain menguasai materi pembelajaran, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menciptakan kondisi atau lingkungan pembelajarn, sehingga memudahkan siswa menguasai materi yang diajarkan. Adapun lingkungan pembelajaran sangat luas, diantaranya adalah lingkungan kelas.
Tidak bisa dipungkiri sampai saat ini, kelas merupakan lingkungan belajar utama dan dominan yang digunakan oleh guru dan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, sehingga kelas menjadi tempat belajar yang menyenangkan dan kondusif untuk terjadinya proses pembelajaran bagi siswa.  

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dipahami, maka terdapat rumusan masalah yang dapat dijabarkan di antaranya sebagai berikut:
1.      Bagaimana hakikat pengelolaan kelas ?
2.      Bagaimana tujuan pengelolaan kelas ?
3.      Bagaimana komponen – komponen pengelolaan kelas ?
4.      Bagaimana fungsi pengelolaan kelas ?
5.      Bagaimana penataan pengelolaan lingkungan kelas ?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini di antaranya untuk :
1.     Menjelaskan hakikat pengelolaan kelas.
2.     Menjelaskan tujuan pengelolaan kelas.
3.     Menjelaskan komponen – komponen pengelolaan kelas.
4.     Menjelaskan fungsi pengelolaan kelas.
5.     Menjelaskan penataan pengelolaan lingkungan kelas.

D.    Metode Penulisan
Dalam menulis makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dan searching dari internet.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Hakikat Pengelolaan Kelas
1.        Pengertian
Pengertian pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan (manajemen) dalam pengertian umum menurut Suharsini Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
Secara etimologis, pengelolaan kelas ialah usaha guru untuk menciptakan, memelihara dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif (Udin S. Winataputra). Pengertian ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Winzer yang menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademik dan sosial.
Menurut Depdikbud, 1994/1995, mendefinisikan pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengeturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai.
Menurut Pidarta, pengelolaan kelas adalah keterampilan bertindak seorang guru yang didasarkan pada pengertian tentang sifat – sifat kelas dan kekuatan yang mendorong mereka bertindak, berusaha, memahami dan mendiagnosa kelas, serta kemampuan untuk bertindak efektif dan kreatif dalam memperbaiki kondisi, sehingga dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.  
Menurut PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996, pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar – mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar, dan pengaturan waktu, sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.    
Kesimpulannya dari beberapa definisi tersebut, pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk merancang, menangani, dan menilai situasi dan kondisi kelas agar terwujud kelas yang menyenangkan dan kondusif, sehingga siswa senang belajar, aktif, kreatif dan produktif menghasilkan hasil belajar yang optimal dan bermakna . 
Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut Weber (1997) yaitu berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pendekatan permisif (permissive approach) dan pendekatan modifikasi tingkah laku.
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach) pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (Weber).   
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan – ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah/kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah/kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukkan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Setelah berbagai aturan ditetapkan, guru menekankan kepada siswa agar disiplin mematuhi terhadap aturan tersebut, dan bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi atau hukuman (funishment). Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan, selain sebagai bentuk pengingkaran terhadap kesepakatan, juga dianggap akan mengganggu proses pembelajaran. Oleh karena itu guru memiliki otoritas untuk menerapkan sanksi, sehingga pihak yang melanggar menyadari terhadap perilaku yang salah dan kemudian untuk memperbaikinya terhadap kesalahannya itu.
Kedua, Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa harus merasa takut dan tertekan.
Pendekatan permisif dalam mengelola kelas bukan berarti siswa bebas tanpa batas. Aturan atau ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah tetap ada, hanya aturan tersebut tidak mengekang siswa. Ketika siswa melakukan berbagai aktivitas di dalam kelas/sekolah, tidak dihinggapi perasaan takut serba salah apalagi takut dikenai sanksi atau hukuman.
Ketiga, Pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini didasarkan pada konsep pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku. Gagasan utama dari pendekatan modifikasi tingkah laku adalah pengelolaan kelas merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Dari kektiga pengertian pengelolaan kelas tersebut, masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu ketiganya dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tuntutan yang terjadi di lapangan.
Pendekatan pertama (authory approach) sesuai dengan namanya otoriter. Aturan dibuat untuk mengikat siswa menaatinya, dan jika melanggar harus menerima konsekwensi. Sementara pendekatan kedua (permisif) nampaknya lebih longgar, karena siswa diberi kebebasan beraktivitas. Kalau dilihat secara normatif tentu saja pendekatan ketiga (modifikasi tingkah laku) memiliki peluang yang cocok dan paling sering diterapkan. Pendekatan modifikasi tingkah laku banyak kesesuaian dengan upaya atau tujuan pembelajaran secara khusus dan pendidikan pada umumnya. Melalui aktivitas pembelajaran maupun pendidikan yang lebih luas lagi dimaksudkan sebagi upaya merubah perilaku siswa kearah yang lebih baik.
Meskipun teori ketiga (modifikasi tingkah laku) merupakan jalan tengah dalam pelaksanaan pengelolaan kelas, bukan berarti pendekatan otoriter maupun permisif tidak boleh diterapkan. Keduanya sangat mungkin dan dianggap tepat untuk dilakukan asal disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta selama itu dalam kerangka upaya – upaya proses pembelajaran dan pendidikan.
2.        Pengelolaan dan Pembelajaran
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memiliki fungsi yang sama. Pengelolaan tekanannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pembelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yanga dianggap kurang baik atau tidak pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk materi – materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa memecahkan kesulitan yang dihadapinya itu.    
      
B.       Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, tercapainya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Suharsini Arikkunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak didik di kelas dapat belajar dan bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tujuan keterampilan mengelola kelas ini tidak hanya penting bagi guru sebagai manajer di dalam kelas, tetapi penting pula untuk siswa.
1.    Untuk Guru :
·      Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah – langkah proses belajar mengajar secara efektif.
·      Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
·      Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguan kecil atau ringan, serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah penyimpangan perilaku siswa yang berlebihan atau terus menerus melawan di kelas.  
2.    Untuk Siswa :
·      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
·      Membantu siswa agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.
·      Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai aktivitas – aktivitas.

C.      Komponen – komponen Pengelolaan Kelas   
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun yang dipilih dan dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran tersebut, maka unsur – unsur pengelolaan meliputi tindakan :
1.     Model tindakan
a.       Preventif, yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Mencegah dianggap lebih baik dari pada mengobati. Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal – hal atau gejala – gejala yang dianggap akan mengganggu pembelajaran.
Beberapa upaya utau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk mendukung terhadap tindakan preventif antara lain :  
1)      Tanggap / Peka, sikap tanggap ini ditunjukkan oleh kemampuan guru secara dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang dianggap akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnya sikap maupun sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya. Misalnya, jika sudah melihat gejala siswa datang kesiangan, lalu guru berkesimpulan andai tidak ditegur mungkin siswa akan merasa terbiasa. Oleh karena itu dengan pendekatan preventif, guru segera mengingatkan siswa untuk tidak kesiangan lagi.
2)      Perhatian, yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala yang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk keterampilan dan kebiasaan yang harus dimiliki oleh guru. Ketika siswa yang kesiangan kemudian ditegur oleh gurunya, maka anak akan merasa dirinya diperhatikan, sehingga kedepan ia berusaha untuk tidak kesiangan. Perhatian sifatnya ada yang menyebar, artinya perhatian ditujukan pada semua aspek yang menjadi unsur perhatiannya. Misalnya ketika di dalam kelas perhatian guru menyebar kepada seluruh siswa, dan tidak hanya memfokuskan pada salah seorang siswa saja. Perhatian juga ada yang bersifat terpusat, yaitu perhatian hanya ditujukan pada hal – hal atau objek yang menjadi sasaran pengamatannya. Misalnya bagaimana perhatian guru hanya dipusatkan pada kemampuan ekspresi wajah siswa ketika membaca puisi dalam kelas. Dengan demikian unsur lainnya, sseperti peragaaan busana dan lain sebagainya tidak menjadi sasaran perhatian, karena hanya mencermati pada ekspresi wajahnya saja.      
b.      Refresif, keterampilan refresif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refresif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas, yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
c.       Modifikasi Tingkah Laku
1)      Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul secara positif, guru memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara. Sementara bagi yang menunjukkan perilaku kurang baik, dengan segera mencari sebab – sebabnya dan mengingatkan untuk tidak diulangi lagi bahkan kalau perlu secara edukatif berikan hukuman agar menyadari terhadap perilaku kurang baiknya itu dan memperbaikinya dengan yang lebih positif.
2)      Pengelolaan Kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur yang terkait. Kelas adalah suatu kelompok atau komunitas yang memiliki kepentingan yang sama, yaitu untuk belajar. Oleh karena itu bagaimana setiap unsur yang ada dalam kelas itu dijadikan suatu potensi yang berharga dan dapat menjadi sumber untuk memecahkan permasalahan untuk kepentingan pembelajaran.
3)      Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur – unsur yang menjadi penyebab gangguan maupun unsur – unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran.
2.        Peran guru
Guru sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran memiliki peran yang amat penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran (kelas) yang kondusif untuk pembelajaran, antara lain yaitu :
a.       Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkahlakunya.
b.      Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkahlakunya dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa jika ada teguran dari guru merupakan peringatan dan bukan kemarahan.
c.       Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
3.        Hal – hal yang harus dihindari
Beberapa kekeliruan yang harus dihindari oleh guru dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas antara lain adalah sebagai berikut :  
a.         Campur tangan yang berlebih, sebaiknya guru jangan ikut campur tangan terlampau dengan permasalahan yang sedang dibicarakan oleh para siswa. Misalnya memberikan komentar secara berlebihan sehingga memasuki pada hal – hal yang tidak dikehendaki oleh siswa.
b.         Kesenyapan, dalam keterampilan mengajar tertentu kesenyapan diperlukan dengan harapan untuk membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Adapun kesenyapan yang perlu dihindari dalam pengelolaan kelas adalah proses komunikasi, seperti memberikan komentar, instruksi, pengarahan yang tersendat – sendat ada kesenyapan yang mengakibatkan informasi tidak utuh diterima oleh siswa sehingga akan menjadi gangguan pada suasana kelas.
c.         Ketidaktepatan, yaitu kebiasaan tidak menaati aturan, ketentuan. Misalnya ketidaktepatan datang atau pulang, mengembalikan pekerjaan siswa, dan lain sebagainya yang menunjukan tidak disiplin.
d.        Penyimpangan, yaitu guru terlena membicarakan hal – hal yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan atau pembelajaran yang sedang dijelaskan.
e.         Bertele – tele, yaitu kebiasaan mengulang hal – hal tertentu yang tidak perlu atau penyajian yang tidak simple banyak diselingi oleh humor atau guyon yang tidak mendidik.      
4.      Tanggung jawab guru sebagai pengelola kelas
a.       Pengelolaan tempat belajar
Tempat belajar seperti ruang kelas yang menarik, merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan di kelas, tujuannya untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk bekerja lebih giat lagi. Yang dipajangkan bisa hasil kerja perorangan, berpasangan atau kelompok. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM, karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
b.      Pengelolaan Siswa
Pengelolaan siswa biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa pertimbangan perlu diperhatikan pada saat pengelolaan siswa antara lain : jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Hal yang sangat penting lagi yakni keberagaman karakteristik siswa. Guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan siswa memperoleh peluang yang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya.
c.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran
Guru perlu merancang tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu untuk kemampuan atau merekomendasikan kinerja atau performence sebagai hasil belajar. Tiga hal strategis yang perlu dikuasai oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu : (1) penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi, (2) penyediaan umpan balik yang bermakna, (3) penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa melakukan unjuk perbuatan.
d.      Pengelolaan isi atau materi pelajaran
Dalam mengelola materi pelajaran, guru paling tidak harus menyiapkan rencana operasional KBM dalam wujud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
e.       Pengelolaan sumber belajar
Pengelolaan sumber belajar sebaiknya memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah, dan melibatkan orang – orang yang ada di dalam sistem sekolah tersebut. Sumber belajar meliputi sumber daya sekolah dan sumber daya lingkungan.
f.       Pengelolaan strategi dan evaluasi pembelajaran
Pengelolaan strategi pembelajaran yang akurat dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan scope materi pelajaran, kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.
D.      Fungsi Pengelolaan Kelas
Terdapat empat fungsi pokok pengelolaan kelas, yaitu :
1.    Fungsi preventif atau pencegahan
Yaitu guru melakukan pencegahan timbulnya perilaku siswa yang bermasalah di kelas. Agar guru dapat menjalankan fungsi ini pada saat mengelola kelasnya, seorang guru secara seksama harus mengenal dan memahami sifat – sifat perilaku siswa secara individual.
2.    Fungsi kuratif   
Yaitu menyembuhkan perilaku siswa yang bermasalah. fungsi ini dilakukan oleh guru setelah siswa melanggar aturan atau mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga situasi dan kondisi kelas tidak kondusif. Untuk dapat menyembuhkan perilaku siswa bermasalah, guru harus memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mencari alternatif penyelesaian masalah, sehingga dapat ditemukan bagaimana terapi masalahnya.
3.    Fungsi Pemeliharaan
Yaitu fungsi pokok manajemen, guru memelihara kondisi belajar mengajar di kelas yang positif. Fungsi ini dilakukan setelah guru benar – benar merasakan bahwa situasi dan kondisi kelasnya merangsang siswa untuk belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan.
4.    Fungsi pengembangan
Yaitu guru senantiasa mengembangkan kondisi kelas yang kondusif. Fungsi ini dilakukan oleh guru setelah yakin bahwa kondisi kelas dapat ia pelihara secara positif. Selanjutnya guru mengembangkannya melalui tahap – tahap proses manajemen kelas yang efektif.      

E.       Penataan Pengelolaan Lingkungan Kelas
Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar menarik, aman, nyaman dan kondusif di kelas, keberadaannya ditengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Iklim yang tidak kondusif akan berdampak negative terhadap proses pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah, bosan dan jenuh. Sebaliknya iklim belajar yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah tercapainya tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan bagi peserta didik.
Lingkungan belajar yang aman, nyaman dan tertib, optimalisme merupakan harapan yang tinggi bagi seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah, semangat dan napsu belajar.
Dalam implementasi kurikulum 2004, para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan akademik, baik secara fisik maupun nonfisik lingkungan fisik merupakan kondisi belajar yang harus didukung oleh berbagai sarana, laboratorium dan media lain. Lingkungan nonfisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan guru, dan sesame peserta didik itu sendiri,serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.
a.  Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Kelas yang tidak ditata dengan baik akan menjadi penghambat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Penataan tempat duduk yang mengganggu lalu lintas selama kegiatan pembelajaran, dan penempatan barang-barang yang tidak sesuai dengan fungsinya, dapat menghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, guru harus menata tempat duduk dan barang-barang yang ada di ruangan kelas sehingga dapat mendukung dan memperlancar proses pembelajaran.
Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, dan barang-barang lainnya yang ada di dalam kelas, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara siswa dan guru serta antar siswa, dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu penataan kelas harus memungkinkan guru dapat memantau semua tingkah laku siswa sehingga dapat dicegah munculnya masalah disiplin. Melalui penataan kelas, diharapkan siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran dan akan bekerja secara efektif.
Menurut Louisell, ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Visibility (keleluasan pandangan), artinya penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa sehingga mereka secara leluasa dapat memandang guru, benda, atau kegiatan yang sedang berlangsung.
2.      Accebility (mudah dicapai), artinya barang-barnag atau alat-alat yang biasa digunakan oleh siswa dalam proses pembelajaran mudah dijangkau.
3.      Fleksibilitas (keluwesan), artinya barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.
4.      Kenyamanan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri.
5.      Keindahan, berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan, berpengaruh positif terhadap sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
b.      Penataan Lingkungan Psiko-Sosial Kelas
Iklim psikososial kelas berkenaan dengan hubungan social pribadi antara guru dan siswa, serta antar siswa itu sendiri. Hubungan yang haronis antara guru dan siswa, serta antar siswa akan dapat menciptakan iklim psiko social kelas yang sehat, dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Berkenaan dengan pengelolaan iklim psiko social kelas, Bandura menyatakan bahwa keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko social kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Berikut beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru demi terciptanya iklim psiko social kelas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran.
a.    Disukai oleh siswanya
b.    Memiliki persepsi yang realistik tentang dirinya dan siswanya.
c.    Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa
d.   Bersikap positif terhadap pertanyaan/respon siswa
e.    Sabar, teguh dan tegas
  
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa, dan tugas guru adalah sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal yang berhubungan dengan minat, kehendak, serta sarana dan prasarana pengajaran yang digunakan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
Dalam hal ini pengelolaan kelas di Sekolah Dasar dilakukan oleh guru agar proses belajar mengajar berlangsung secara kondusif, efektif mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa optimal. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran.
Tiga hal yang harus dimiliki seorang guru dalam menghadapi situasi apapun, termasuk tantangan globalisasi (Sardjo Sukardja;2003), yaitu kepribadian yang mantap, wawasan yang luas, dan kemampuan profesioanal yang memadai.

B.       Saran
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi suasana belajar secara nyaman dan kondusif. Maka dari itu dihapkan seorang guru dapat kreatif dan inovatif dalam hal mengembangkan pengelolaan kelas dengan baik sehingga kondisi belajar siswa menjadi kondusif dan nyaman serta siswa merasa termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar