BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan luar biasa
merupakan cabang dari pendidikan umum, sebagaimana disiplin ilmu pendidikan
lainnya. Ilmu pendidikan luar biasa telah berkembang secara pesat. Pengembangan
yang sangat pesat tersebut disebabkan karena adanya kecenderungan dari para
ahli pendidikan melakukan kajian untuk menjadikan ilmu pendidikan luar biasa
sebagai disiplin ilmu yang mandiri.
Dalam Undang-Undang RI
No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan Luar Biasa adalah
Pendidikan “….. yang khusus
diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau
mental.” Pendidikan tersebut menurut PP No.72 Tahun 1991 bertujuan “…. Membantu
peserta didik agar mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Pada
dasarnya pendidikan luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus sama dengan
pendidikan anak-anak normal pada umumnya. pendidikan luar biasa tidak hanya diperuntukkan
bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus saja, tetapi juga dapat ditujukan untuk
anak-anak normal lainnya melalui sistem layanan pendidikan inklusif.
Namun permasalahan
yang ada dilapangan sekarang, kepedulian orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus masih kurang dan belum memahami bagaimana mengatasi anak berkebutuhan
khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya kerjasama antara pihak lembaga
pendidikan dengan orang tua siswa. Maka dari itu perlu mengkaji lebih dalam
tentang anak berkebutuhan khusus. Dalam pengkajian tersebut diperlukan banyak
informasi mengenai siapa anak berkebutuhan khusus, penyebab dan cara
mengatasinya.
B.
Rumusan
Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis
mengambil beberapa permasalahan, yaitu:
1.
Apa
pengertian
pendidikan Sekolah Luar Biasa?
2.
Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?
3.
Bagaimana jenis – jenis anak
berkebutuhan khusus?
4.
Bagaimana
kondisi objektif pembelajaran
dan pelaksanaan manajemen kurikulum di
SLB Negeri 1 Kabupaten
Tasikmalaya?
5.
Bagaimana
hasil analisis terhadap peserta didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
6.
Bagaimana kurikulum SLB Negeri 1
Kabupaten Tasikmalaya?
7.
Bagaimana metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
8.
Bagaimana solusi penanganan anak
berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
C.
Tujuan
Observasi
Adapun tujuan dari observasi ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
(BABK). Selain itu bertujuan
agar dapat memahami secara mendalam mengenai:
1. Pengertian
Pendidikan Sekolah Luar Biasa.
2. Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
3. Jenis
– jenis Anak Berkebutuhan Khusus.
4.
Kondisi Objektif Pembelajaran
dan Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Di
SLB Negeri 1 Kabupaten
Tasikmalaya.
5. Analisis
Terhadap Peserta Didik SLB
Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
6. Kurikulum
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
7. Metode
yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran Di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
8. Solusi
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
D.
Manfaat
Observasi
Adapun manfaat observasi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi
peneliti, meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang pendidikan
sekolah luar biasa dan mengetahui anak-anak berkebutuhan khusus serta dapat
memberikan layanan yang tepat.
2. Bagi
sekolah, untuk mengevaluasi diri ke arah yang lebih maju dalam meningkatkan
pelayanan pendidikan sekolah luar biasa bagi anak – anak berkebutuhan khusus.
3. Bagi
guru, sebagai bahan informasi untuk memperbaiki kinerjanya dalam memberikan
pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
4. Bagi
orang tua, sebagai bahan informasi
untuk memberikan motivasi kepada orang tua dalam meningkatkan layanan
pendidikan terhadap anak – anak
berkebutuhan khusus menuju ke arah yang lebih baik.
E.
Metode
Penulisan
Dalam laporan
observasi ini penulis menggunakan metode observasi dan wawancara langsung ke
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya serta melalui metode kepustakaan yaitu
membaca hal – hal yang berkaitan dengan materi dari beberapa sumber baik buku
maupun internet.
F.
Sistematika
Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Observasi
D. Manfaat
Observasi
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Pendidikan
Sekolah Luar Biasa
B.
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
C.
Jenis-jenis
Anak Berkebutuhan Khusus
BAB III PEMBAHASAN
A. Nama
Kegiatan
B. Tempat
dan Waktu Pelaksanaan Observasi
C. Deskripsi Kegiatan
D.
Kondisi Objektif Pembelajaran dan Pelaksanaan
Manajemen Kurikulum di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
E.
Analisis
Terhadap Peserta Didik SLB
Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
F.
Identifikasi Masalah
1.
Kurikulum
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
2.
Metode
pembelajaran SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
G. Solusi
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Pendidikan Sekolah Luar Biasa
Dalam Encyclopedia of Disability (2006:257) tentang
pendidikan luar biasa dikemukakan sebagai berikut: “Special education means specifically designed instruction to meet the
unique needs of a child with disability”. Pendidikan luar biasa berarti
pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan yang unik
dari anak yang memiliki kelainan. Ketika seorang anak diidentifikasi mempunyai
kelainan, pendidikan luar biasa sewaktu-waktu diperlukan. Hal itu dikemukakan
karena siswa yang memiliki kelainan tidak secara otomatis memerlukan pendidikan
luar biasa. Pendidikan luar biasa akan sesuai hanya apabila kebutuhan siswa
tidak dapat diakomodasi dalam program pendidikan umum. Secara singkat,
pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk memenuhi
kebutuhan unik dari individu siswa. Anak yang memiliki kelainan memerlukan
penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, atau strategi mengajar yang khusus.
Sebagai contoh, seorang anak yang kurang lihat memerlukan buku yang hurufnya
diperbesar; seorang siswa dengan cacat fisik memerlukan kursi dan meja belajar
yang dirancang khusus, seorang siswa dengan kesulitan belajar memerlukan waktu
tambahan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Contoh yang lain, seorang siswa
dengan kelainan pada aspek kognitifnya akan memperolah keuntungan dari
pembelajaran kooperatif yang diberikan oleh satu atau beberapa guru umum
bersama-sama dengan guru pendidikan luar biasa.
Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam
salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk
mencapai potensinya secara maksimal. Pendidikan luar biasa diibaratkan sebagai
sebuah kendaraan dimana siswa yang memiliki kelainan, meskipun berada di
sekolah umum, diberi garansi untuk mendapatkan pendidikan yang secara khusus
dirancang untuk membantu mereka mencapai potensi maksimalnya.
B.
Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak – anak
secara umum atau rata – rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus
jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut
Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi ataupun fisik.
Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan
dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. mereka yang
digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan
gangguan atau kelainan pada aspek:
1. Fisik
motorik
2. Kognitif
3. Bahasa
dan bicara
4. Pendengaran
5. Penglihatan
6. Sosial
emosi
Anak tersebut
membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat
mencapai perkembangan optimal. Anak – anak tersebut akan belajar dengan
kecepatan dan cara yang berbeda dari anak – anak normal lainnya. Walaupun
mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak – anak secara
umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama.
C.
Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada
beberapa kategori anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun
jenis kategori tersebut antara lain :
1.
Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra)
Tuna netra
adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sbagian, dan
walaupun mereka telah diberi pertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap
mendapat Pendidikan khusus. Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu
kondisi dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat
yang ringan hingga yang paling berat.
Ada dua kategori
besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
a.
Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan
tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari
dekat, penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
b.
Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya
memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab
terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan
pada struktur atau fungsi dari mata.
2.
Anak dengan gangguan pendengaran (Tuna Rungu)
Keadaan
kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat
dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa.
Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan
pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi bahasa melalui
pendengaran, dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat permanen maupun
sementara, yang mengganggu proses pembelajaran anak.
Berdasarkan
tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
a.
Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana orang masih dapat
mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak menyadari bahwa
sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
b.
Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana orang masih dapat
mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam
percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan
atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
c.
Ketunarunguan
berat, yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan
intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila
memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal
praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu
dengar.
d.
Ketunarunguan
parah , yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan
intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada
yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada
komunikasi visual.
3. Anak Tuna Grahita
Adalah individu yang secara
signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ sama
atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga
kelompok :
a.
Kelompok
mampu didik, IQ 68-78
b.
Kelompok
mampu latih, IQ 52-55
c.
Kelompok
mampu rawat, IQ 30-40
Tunagrahita adalah kondisi
kelainan/keterbelakangan mental atau tingkah laku akibat kecerdasan yang
terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah.
American Association on Mental
Retardation mendefinisikan
anak dengan keterbelakang mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi
intelektual di bawah rata-rata, terlihat memiliki kesulitan dalam perilaku
adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep, keterampilan sosial
dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya
yaitu di bawah 18 tahun.
4. Anak
dengan kelainan fisik (Tuna Daksa)
Merupakan gangguan fisik yang
berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem persarafan, sehingga memerlukan
pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP,
Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya
pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP
bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). CP
bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam
kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang
dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui. Sebagian lagi
kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak
sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan
terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum ‘berkembang secara
sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan
oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
5.
Anak
Tunalaras
Tunalaras
adalah mereka yang mengalami kesulitan
dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya, sehingga merugikan diri sendiri maupun orang lain.
6.
Anak
Superior Gifted
Anak Superior Griftted adalah anak yang
mempunyai kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan mempunyai
kecerdasan yang luar biasa (diatas rata-rata normal).
7.
Anak
Tunaganda
Anak
Tunaganda adalah anak yang mengalami kelainan lebih dari satu jenis kelainan,
sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikannya.misalnya selain mengalami tunadaksa intelegensinya di bawah
rata-rata.
8. Anak
Kelainan kurang Perhatian dan Hiperaktif ( ADHD)
ADHD adalah anak yang
mempunyai masalah berat untuk mempertahankan perhatiannya yang menunjukan
gejala perilaku yang tidak mau diam/hiperaktif, sehingga dengan keadaan seperti
ini anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) lebih dikenal dengan istilah
hiperaktifitas.
9.
Autis
Autisme mempunyai masalah
dengan interaksi sosial dan komunikasi, sehingga mereka mempunyai masalah
berbicara dan ketidakmampuan menatap mata ketika berkomunikasi dengan orang
lain. Mereka kadang-kadang mempunyai perilaku yang harus mereka lakukan atau
yang mereka lakukan secara terus-menerus seperti tidak mampu mendengar
sampai pensilnya dijatuhkan atau mengucapkan kalimat yang sama
berulang-ulang secara terus menerus.
10. Anak Berkesulitan Belajar
Istilah
kesulitan belajar adalah istilah yang
dipergunakan pada siswa-siswa yang mengalami kesulitan tidak dapat mengikuti
kegiatan belajar mengajar disebabkan karena kurangnya intelegensi, kelainan
sensoris, ketidak beruntungan atau ketidak cukupan budaya atau bahasa.
Macam-macam kesulitan belajar yaitu, Dyslexia (kesulitan dalam membaca),
Dysgraphia (kesulitan dalam menulis), Dyscalculia (kesulitan dalam berhitung).
BAB III
HASIL OBSERVASI
A.
Nama
Kegiatan
Observasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri
1 Kabupaten Tasikmalaya Gugus XXV.
B.
Tempat
dan Waktu Pelaksanaan Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan di SLB Negeri
1 Kabupaten Tasikmalaya
yang terletak
di Jl.
Pesantren RT. 003/005 Desa/Kel Tanjung Mekar Kec. Jamanis Kab/Kota Tasikmalaya.
Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada hari jumat
tanggal 23 Nopember 2012.
C.
Deskripsi Kegiatan
Adapun profil
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya Gugus XXV :
Status Sekolah : Negeri
NSS : 801 021 235 001
Alamat Sekolah : Jl. Pesantren RT. 003/005
Desa/Kel Tanjung Mekar Kec. Jamanis
Kab/Kota Tasikmalaya KP. 46175
Telp. 0265 456366
Tahun Berdiri : 10 Mei 2004
Izin Operasional :
421,9/2118/PLB/2004
Status Akreditasi SDLB : Terkreditasi
B
Status Akreditasi SMPLB :
Terakreditsi A
Waktu Penyelenggaraan :
Pagi
Rekening Bank : Nama Bank
: Bank BJB Cabang Tasikmalaya
No. Rekening : 0002133393100
Atas Nama
: SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Nama Kepala Sekolah :
H. Endang Rukhiyat, S.Pd
Nama Komite Sekolah : Agus
Danawiria
Motto dan Visi
Motto : Mandiri,
Terampil dan Religius
Visi : “ SLBN Kabupaten Tasikmalaya
menjadi wadah pembinaan terunggul di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2020 dalam
membentuk siswa berkebutuhan khusus yang maslahat (mandiri, shaleh, terampil),
berjiwa seni dan cerdas lingkungan”
Misi :
1.
Meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Melatih
peserta didik agar memiliki kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
3.
melaksanakan
berbagai bentuk terapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
4.
Menumbuhkembangkan
prinsip 5 K (kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan kekeluargaan).
5.
Mengembangkan
potensi seni, budaya, keterampilan, dan olah raga pada peserta didik sesuai
dengan karakteristik masing-masing.
6.
Memanfaatkan
potensi lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran.
7.
Menjalin
kerjasama di bidang keterampilan vokasional dan seni dengan instansi terkait.
8.
Mengembangkan
keterampilan teknis wirausaha di lingkungan sekolah
9.
Menjalin
komunikasi timbal balik dengan pihak orang tua dan pengasuh siswa dalam
pelaksanaan program sekolah.
Program Unggulan :
Keterampilan dalam membantu Kecakapan Hidup diri sendiri dan Keterampilan Budidaya Tanaman
Hias serta Tanaman Palawija.
(Setiap siswa
diharapkan memiliki kompetensi
pada bagian - bagian tertentu
ataupun keseluruhan dari
sebuah proses budidaya tanaman hias atau palawija berikut pemasaran hasilnya
Kecakapan Hidup / Keterampilan :
a. Keterampilan
Tata Boga
b. Keterampilan
Menjahit
c. Budidaya
Tanaman Hias dan Palawija.
d. Pembuatan
Telur Asin
e.
Untuk Kelas 6 SDLB, SMPLB dan SMALB
Semua Bagian
f. Kerajinan
Tangan dari Bahan Stik Es Krim, Kertas Duplek, Kayu, Kain, triplek, dll.
g. Keterampilan
Komputer Sederhana
h.
Untuk SMPLB Bagian B dan SMALB
i.
Keterampilan Vokasional Cuci Motor
j.
Keterampilan Pembuatan Hiasan dari bahan
gypsum
k. Keterampilan
Membatik
Keadaan
Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya :
No
|
Tingkat/
Kelas
|
Siswa Jenis Kelainan
|
Jml
|
Rombel
|
|||||||||||
Bagian A
|
Bagian B
|
Bagian C
|
Bagian C-1
|
Bagian D
|
Autis
|
||||||||||
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
||||
1
|
TKLB/1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
TKLB/2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
TKLB/3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
SDLB/1
|
|
2
|
1
|
2
|
4
|
3
|
3
|
|
1
|
2
|
3
|
|
21
|
6
|
5
|
SDLB/2
|
|
|
3
|
|
5
|
1
|
3
|
3
|
|
|
|
|
15
|
6
|
6
|
SDLB/3
|
|
|
2
|
1
|
3
|
4
|
4
|
2
|
1
|
|
|
|
17
|
6
|
7
|
SDLB/4
|
|
|
1
|
1
|
4
|
5
|
1
|
2
|
|
|
|
|
14
|
4
|
8
|
SDLB/5
|
|
|
1
|
|
2
|
4
|
|
1
|
|
|
|
|
8
|
3
|
9
|
SDLB/6
|
1
|
|
|
|
3
|
2
|
|
|
1
|
|
|
|
7
|
3
|
|
Jumlah
|
1
|
2
|
8
|
4
|
21
|
19
|
11
|
8
|
3
|
2
|
3
|
0
|
82
|
27
|
10
|
SMPLB/7
|
1
|
|
3
|
|
|
1
|
2
|
3
|
|
|
|
|
10
|
4
|
11
|
SMPLB/8
|
|
|
|
2
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
|
4
|
2
|
12
|
SMPLB/9
|
|
|
|
|
1
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
2
|
|
Jumlah
|
1
|
0
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
17
|
8
|
13
|
SMALB/10
|
|
|
1
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
1
|
14
|
SMALB/11
|
|
|
|
|
3
|
|
|
1
|
1
|
|
|
|
5
|
3
|
15
|
SMALB/12
|
|
|
|
|
1
|
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
1
|
|
Jumlah
|
0
|
0
|
1
|
2
|
4
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
10
|
5
|
Jumlah Seluruhnya
|
1
|
2
|
12
|
8
|
27
|
21
|
14
|
14
|
4
|
2
|
3
|
0
|
109
|
40
|
Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya :
No
|
PENDIDIK/TENAGA KEPENDIDIKAN
|
JML
|
STATUS
|
PENDIDIKAN
TERAKHIR
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|||
1
|
Kepala Sekolah
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
Guru
|
18
|
8
|
|
|
|
10
|
|
3
|
8
|
1
|
6
|
|
|
|
3
|
Psikolog
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pekerja Sosial
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Teknisi Sumber
Belajar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pustakawan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Terapis
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Tenaga
Administrasi/TU
|
5
|
1
|
|
4
|
|
|
|
|
3
|
|
2
|
|
|
|
9
|
Penjaga Sekolah
|
2
|
1
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
10
|
Instruktur/Tutor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Tenaga lainnya*)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
JUMLAH
|
26
|
11
|
|
4
|
|
11
|
|
3
|
12
|
1
|
8
|
2
|
|
|
Ket
: Status Kepegawaian : 1 = Negeri, 2. Guru Bantu, 3. THL, 4. Swasta,
5. Honor/Sukwan
Pendidikan
Terakhir :
1=
S3, 2= S2, 3= S1/D4, 4= SGPLB/D3/SARMUD/POLITEKNIK
5=
SMA/SMK/MA/MAK, 6= SMP/MTs, 7 = SD/MI.,
8= Lain-lain
Sarana
dan Prasarana Pendidikan di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya :
1. Prasarana Pendidikan
a.
Tanah
No.
|
Tanah
|
Luas
Tanah
|
Status
Tanah
|
Keteraangan
(Sertifikat/...)
|
1
|
Tanah
I
|
3000
M2
|
Hak
Guna Pakai
|
Akta
Wakaf Pesantren
|
2
|
Tanah
II
|
|
|
|
3
|
Tanah
III
|
|
|
|
4
|
Dst.
|
|
|
|
b. Bangunan
dan Ruangan
1) Jumlah Bangunan : 9 Bangunan
2) Luas Bangunan Seluruhnya : 1043,25 M2
3) Jumlah Ruangan : 35 ruang
4) Status Ruangan#) : Milik
Sendiri
No.
|
Nama
Ruangan
|
Jumlah
|
Luas
|
Status
Ruangan#)
|
1
|
Ruang Kelas
|
8
ruang
|
240
M2
|
|
2
|
Ruang Perpustakaan
|
1
ruang
|
30
M2
|
|
3
|
Ruang Keterampilan
|
1
ruang
|
30
M2
|
|
4
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1
ruang
|
13,8
M2
|
|
5
|
Ruang Guru
|
1 ruang
|
23,1
M2
|
|
6
|
Ruang TU
|
1
ruang
|
23,1
M2
|
|
7
|
Tempat Beribadah
|
1
ruang
|
54
M2
|
|
8
|
Ruang UKS
|
1
ruang
|
3,3
M2
|
|
9
|
Ruang BK/Asesmen
|
1 ruang
|
6
M2
|
|
10
|
WC/Jamban
|
10
ruang
|
9
M2
|
|
11
|
Gudang
|
1 ruang
|
6,6
M2
|
|
12
|
Tempat
Bermain/Olahraga
|
1 ruang
|
21
M2
|
|
13
|
Ruang Program Khusus
|
1 ruang
|
6,6
M2
|
|
14
|
Aula
|
1
ruang
|
60
M2
|
|
15
|
Ruang Tamu
|
1
ruang
|
11,55
M2
|
|
16
|
Rumah Dinas
|
1
Unit
|
30
M2
|
|
Pengumpulan
data peneliti ini melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan
sejumlah data yang diperlukan. Teknik - teknik yang peneliti gunakan adalah :
1. Observasi
Observasi
merupakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diteliti. Suharsimi Arikunto (1993:128) mengemukakan bahwa ” Observasi adalah
mengamati gejala-gejala atau objek yang diteliti secara berulang dengan
menggunakan alat bantu seperti alat pencatatan”. Teknik observasi ini digunakan
untuk mengamati secara langsung tentang pelaksanaan pendidikan sekolah luar
biasa di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya. seperti melihat langsung kegiatan proses
pembelajaran di kelas ataupun kegiatan pembiasaan di pagi hari.
2. Wawancara
Wawancara
merupakan metode yang mendasarkan diri kepada laporan verbal, terdapat hubungan
langsung antara peneliti dengan objek yang diteliti. Muhammad Ali menyatakan
bahwa ”wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan sumber data”. Jadi wawancara dilakukan untuk mengungkapkan data yang
tidak bisa diungkapkan melalui observasi. Peneliti di sini melakukan
wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas di SLB Negeri 1 Kabupaten
Tasikmalaya,.
3. Studi
Dokumentasi
Selain
observasi dan wawancara dalam penelitian ini juga menggunakan studi dokumentasi
yang dapat mendukung hasil penelitian. Dokumentasi di sini digunakan untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan hal-hal tertulis. Sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (1993:131) studi dokumentasi yaitu mencari data
yang berhubungan dengan benda-benda tertulis, tempat, kertas, atau orang.
Dokumentasi ini perlu dilakukan sebagai bukti fisik dalam
melakukan penelitian ini seperti foto-foto dan pengambilan video secara
langsung terhadap aktivitas dan proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Kabupaten
Tasikmalaya.
D. Kondisi Objektif Pembelajaran dan Pelaksanaan Manajemen
Kurikulum di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Kondisi objektif pembelajaran di SLB Negeri
1 Kabupaten Tasikmalaya jika di lihat dari berbagai aspek sudah baik hal ini
dapat terlihat dari hubungan guru terhadap para siswa SLB terjalin dengan penuh
tali kekeluargaan, disamping itu orang tua siswa sangat mempercayai terhadap
pihak sekolah SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya untuk mendidik anak – anak
mereka.
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
terdiri dari SLBSD, SLBSMP, dan SLBSMA. SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya ini
merupakan salah satu SLB Negeri yang ada di Tasikmalaya dan tempatnya pun cukup
luas dan memadai untuk melaksanakan proses pembelajaran dan proses kegiatan
pengembangan diri.
Kegiatan proses pembelajarannya pun
terlihat baik dan tertib, hal ini dikarenakan guru – guru yang membimbing anak
berkebutuhan khusus setiap kelas jumlahnya cukup banyak, jadi tidak satu kelas
hanya satu guru melainkan ketika proses pembelajaran berlangsung melibatkan
beberapa guru pembimbing, dalam hal ini guru harus menangani anak berkebutuhan
khusus itu perbandingannya 1 berbanding 5, artinya sebaiknya yang efektif
apabila satu guru minimalnya membimbing 3 orang siswa dan maksimalnya 5 orang
siswa. Dengan demikan anak berkebutuhan khusus tersebut bisa lebih dibimbing secara
intensif.
Kegiatan dan metode pembelajaran setiap
kelas itu berbeda – beda yaitu disesuaikan dengan jenis kelainan anak
berkebutuhan khusus tersebut. Seperti anak tunanetra, akan berbeda dengan anak
yang memiliki kelainan tunarungu serta berbeda pula dengan tunagrahita, tunadaksa
dan anak autis. Anak tunanetra biasanya dibantu dengan hurup braile yaitu supaya
mereka mengerti tentang huruf - huruf yang disediakan secara timbul, kemudian
untuk anak tunarungu mereka menggunakan peragaan dan artikulasi dari pembimbing
yang diucapakan harus menunjukkan mimik gerakan wajah dan mulut yang sangat
jelas, kemudian untuk anak tunagrahita yang memiliki kelainan kecerdasan dibimbing
supaya dapat meningkatkan kecerdasannya, sedangkan anak tunadaksa mereka
dibantu supaya dapat menggerakan otot – otot motoriknya yang lain agar bisa
mengembangkan potensinya, demikian pula dengan anak autis supaya mereka dapat
bersoasialisasi dengan baik terhadap teman - teman sebayanya yaitu dengan cara
dicampurkan dengan teman – temannya yang lain agar mereka dapat bersosialisasi
satu sama lainnya.
Para guru di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya,
mereka membimbing anak – anak berkebutuhan khusus secara penuh kesabaran dan
intensif sampai mereka dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Guru menerapkan berbagai metode supaya mereka dapat berkembang dan outputnya
mereka dapat bersosialisasi dan nantinya dapat hidup berguna di masyarakat. Hal
ini terkait pula dengan bimbingan karir dan pengayaan yang diberikan terhadap
siswa serta kegiatan eksta kurikuler juga dikembangkan seperti halnya pada
kelas – kelas sekolah normal lainnya.
Anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1
Kabupaten Tasikmalaya ini sangat potensial sekali. Mereka memiliki bakat –
bakat yang berbeda, dan dari bakat – bakat yang berbeda itu mereka sangat luar
biasa, terkadang bakat mereka bisa melebihi anak – anak normal lain pada
umumnya. Mereka biasa membuat suatu kerajinan atau keterampilan yang bisa
dijual sebagai karya – karya mereka seperti membatik, membuat kerajinan dari
kain flanel sampai membuat suatu lukisan yang indah. Contoh anak tunanetra dan
tunarungu mereka memiliki bakat dan intelegensi yang luar biasa. Meskipun salah
satu memiliki kelainan tetapi mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa. Jadi
tidak setiap anak yang memiliki kelainan itu harus terkucilkan, tetapi dibalik
kekurangan mereka terdapat kelebihan.
SLB Negeri
1 Kabupaten Tasikmalaya ini disamping melaksanakan proses pembelajaran secara
efektif di kelas, mereka juga mengadakan kegiatan program mingguan yaitu berupa
program pembiasaan. Program kelas pembiasaan ini biasanya dilaksanakan di
mesjid yaitu dengan cara digabungkan semua tingkatan yaitu antara kelas SLBSD, SLBSMP,
dan SLBSMA disatukan dimesjid. Materi Pembelajaran yang diberikan untuk pembiasaan
yaitu disamakan tiap kelas, yaitu tentang bacaan – bacaan sholat untuk mata
pelajaran pendidikan agama islam. Mereka semua diajarkan bagaimana pengenalan
bacaan – bacaan sholat sampai mereka tahu dan hafal kemudian mereka juga dapat
mempraktikannya secara bersama – sama yaitu setiap program pembiasaan ada siswa
yang ditunjuk untuk melaksanakan adzan, ada pula yang kebagian menjadi imam dan
yang lainnya sebagai makmum. Jadi kegiatan pembiasaan ini baik diterapkan yaitu
untuk penanaman dan penerapan nilai –
nilai agama serta membangun karakter siswa sesuai dengan kurikulum yaitu menciptakan
manusia yang bermoral dan berakhlak mulia.
E. Analisis Terhadap Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Dalam
observasi ini peneliti memfokuskan observasi pada anak di kelas SLB-C1 (Tunagrahita
Sedang).
1.
Subjek Penelitian (Observan)
Adapun
salah satu anak berkebutuhan khusus yang saya teliti adalah :
Nama : Risky Adzan
Putra
Tempat/tanggal
lahir : Tasikmalaya, 26 Desember
2002
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis Kelainan : Tunagrahita
Agama : Islam
Anak ke : 4
Alamat : Rajapolah
Kelas : 1
NIS :
101
Sekolah : SLB Negeri 1
Kabupaten Tasikmalaya
Karakteristik :
·
Intelegensi
kurang,
·
Agak
sulit berkomunikasi
·
Sulit
dalam motorik
Nama
Ayah : H. Ade
Jalaludin
Pekerjaan
Ayah : Pensiun PNS
F. Identifikasi
Masalah
1. Kurikulum SLBSD
Kurikulum SLBSD
pada dasarnya sama dengan kurikulum Sekolah Dasar biasa, hanya saja terdapat
perbedaan yaitu memiliki suatu program khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
Kurikulum pendidikan khusus tersebut terdiri atas delapan mata pelajaran,
muatan lokal program khusus dan pengembangan diri.
a. Mata
pelajaran:
1) Pendidikan
Agama
2) Pendidikan
Kewarganegaraan
3) Bahasa
Indonesia
4) Matematika
5) Ilmu
Pengetahuan Alam
6) Ilmu
Pengetahuan Sosial
7) Seni
Budaya dan Keterampilan
8) Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
b. Program
Khusus
Program khusus di SLB yang diberikan
yaitu disesuaikan dengan jenis kelainan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan
khusus. Untuk program khusus yang dikembangkan bagi anak tunagrahita yaitu
lebih ditekankan kepada kemampuan merawat diri yang meliputi usaha membersihkan
dan merapikan diri, keberhasilan lingkungan dan kesehatan, makan minum, dan
menghindari bahaya.
c. Muatan
Lokal
Kurikulum muatan lokal merupakan
kegiatan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, dalam hal ini untuk SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya adalah
Keterampilan kerajinan tangan.
d. Pengembangan
diri
Pengembangan diri bukan merupakan
mata pelajaran yang harus di asuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat. Setiap peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta
didik. Pengembangan diri terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan hidup
dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri
di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya yaitu lebih diarahkan pada karir siswa
untuk bisa membuat suatu keterampilan sesuai dengan potensi – potensi yang
dimiliki mereka, misalnya potensi membatik, membuat bros dari flannel,
menjahit, menyulam, dsb, sehingga mereka dapat menghasilkan karya – karya yang
luar biasa.
Dengan demikian kurikulum
dapat dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak, dimodifikasi dan
dikembangkan oleh para guru. Pemilihan dan memodifikasi kurikulum juga
disesuaikan dengan tingkat dan jenis kelainan anak serta kemampuan dan
keterbatasan, sehingga anak dapat berkembang secara wajar.
2.
Metode yang Digunakan dalam Proses
Pembelajaran
Keterbatasan
kecerdasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita menjadi kendala utama dalam
proses pembelajaran. Mereka tidak mampu berkompetisi dalam belajar dengan temannya
yang normal sehingga mereka seringkali menjadi bahan olok – olok sebagai anak
yang bodoh di kelas. Oleh karena itu guru harus bisa mengatasi anak tunagrahita
tersebut dengan cara memberikan metode yang tepat.
Metode mengajar
yang tepat yaitu merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Maka dari itu guru harus dapat memilih dan menggunakan berbagai metode sesuai dengan materi, karakteristik dan
kebutuhan anak. Seperti di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya, metode yang
digunakan pada anak tunagrahita yaitu sesuai dengan pelaksanaan
kurikulum tidak terlepas dari pengajaran bahasa, membaca, menulis dan berhitung.
Materi pelajaran
bagi anak tunagrahita ini dalam pelaksanaannya harus terperinci dan sedapat
mungkin guru memperkenalkan materi kepada anak harus dimulai dari hal – hal
yang konkrit yaitu dimulai dari pemberian suatu contoh – contoh benda yang
nyata, mengingat mereka mengalami keterbatasan dalam hal berfikir abstrak. Tetapi
disamping itu materi yang bersifat akademik seperti pada Sekolah Dasar biasa
harus tetap diberikan sampai mereka memperlihatkan ketidakmampuannya atau
kesulitan – kesulitan dalam belajar. Dengan demikian guru dapat mendiagnosa
kesulitan – kesulitan apa saja yang dialami oleh anak tunagrahita saat belajar,
maka guru akan menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan pembelajarannya
kepada anak tunagrahita tersebut.
Strategi
pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita adalah
strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar bersama –
sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi, pendekatan/metode
maupun teknik berbeda – beda disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
peserta didik. Namun demikian dapat pula menggunakan strategi lainnya seperti
strategi kooperatif dan strategi modifikasi tingkah laku. Metode mengajar
hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena dengan
praktek rangsangan yang diperoleh melalui motorik akan cepat di pusat berpikir
dan tidak mudah dilupakan.
G.
Solusi
Guru memegang
peranan penting dalam pendidikan khusus untuk berbagai jenis ketidakmampuan
termasuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Maka dari itu beberapa solusi
yang harus dilakukan oleh guru dalam penanganan anak tunagrahita diantaranya :
1. Pertama,
membangun lingkungan belajar yang stimulatif, sportif, serta ramah terhadap
ragam potensi kecerdasan anak. jadi guru harus memperhatikan keberagaman setiap
potensi yang dimiliki oleh anak.
2. Kedua,
mengembangkan kegiatan belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Ketiga,
merancang kegiatan belajar yang memfungsikan seluruh modus berfikir otak
seperti memori, kognisi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Jadi harus
bersifat menyeluruh
4. Keempat,
mengembangkan program dan kegiatan belajar yang mendorong berkembangnya sikap
dan cara berfikir kreatif.
5. Kelima,
membangun pola interaksi sosial di sekolah antara guru dan murid, murid dan
murid, guru dan guru, guru dan orang tua yang mendorong perkembangan semua anak
secara optimal.
6. Keenam,
menciptakan lingkungan sekolah sebagai taman belajar.
7. Ketujuh,
mengembangkan kegiatan belajar yang mampu membangun karakter positif anak
sehingga anak memiliki semangat belajar untuk maju dan berkembang.
8. Kedelapan,
membangun kegiatan belajar yang mampu mengembangkan ragam potensi kecerdasan
anak baik segi intelektual, sosial - emosional, fisikal maupun kecerdasan
spiritualnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan luar biasa merupakan
cabang dari pendidikan umum, sebagaimana disiplin ilmu pendidikan lainnya. Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen
dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu
untuk mencapai potensinya secara maksimal. pendidikan luar biasa diberikan
kepada anak berkebutuhan khusus.
Anak
berkebutuhan khusus sendiri adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak yaitu
berupa gangguan fisik motorik, kognitif, bahasa dan bicara, pendengaran,
penglihatan,dan sosial emosi.
Anak-anak
berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus. Pendidikan yang ideal bagi anak-anak seperti ini
salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa.
Sekolah Luar Biasa merupakan
sekolah
yang mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan atau memiliki potensi kecerdasan serta
bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Agar
penyelenggaraan Sekolah
Luar Biasa berjalan baik, maka pendayagunaan manajemen sekolah harus dilakukan seoptimal
mungkin. Selain itu, perlu adanya
pengembangan kurikulum.
B.
Saran
1.
Hendaknya setelah guru mampu mendeteksi gangguan pada
anak berkebutuhan khusus, guru mampu memberikan layanan atau bimbingan kepada
mereka sehingga mereka tidak tertinggal jauh dengan anak normal lainnya.
2.
Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan
perhatian khusus terhadap anak didiknya, terutama bagi anak berkebutuhan
khusus ini, Disini guru bisa bekerjasama dengan orang tua dan lingkungan
sekitar dimana anak itu tinggal.
3.
Orang tua yang peduli terhadap anaknya adalah orang
tua yang memahami kondisi dan kebutuhan anaknya maka dari itu orang tua harus bisa
lebih memahami dan bekerjasama dengan guru yaitu terbuka dalam hal perkembangan anaknya.
Orangtua harus memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan berbagai keterampilan,
memilih jiwa besar atau optimis dalam meningkatkan berbagai potensi anaknya
dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Heryana. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung
: UPI PRESS.
Kartadinata.
Sunaryo.1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.
Bandung. UPI PRESS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar