Home

Senin, 04 Februari 2013

Penelitian SLB N 1 Tasikmalaya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan luar biasa merupakan cabang dari pendidikan umum, sebagaimana disiplin ilmu pendidikan lainnya. Ilmu pendidikan luar biasa telah berkembang secara pesat. Pengembangan yang sangat pesat tersebut disebabkan karena adanya kecenderungan dari para ahli pendidikan melakukan kajian untuk menjadikan ilmu pendidikan luar biasa sebagai disiplin ilmu yang mandiri.
Dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan Luar Biasa adalah Pendidikan “…..  yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental.” Pendidikan tersebut menurut PP No.72 Tahun 1991 bertujuan “…. Membantu peserta didik agar mampu mengembangkan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Pada dasarnya pendidikan luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anak-anak normal pada umumnya. pendidikan luar biasa tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus saja, tetapi juga dapat ditujukan untuk anak-anak normal lainnya melalui sistem layanan pendidikan inklusif.
Namun permasalahan yang ada dilapangan sekarang, kepedulian orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus masih kurang dan belum memahami bagaimana mengatasi anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya kerjasama antara pihak lembaga pendidikan dengan orang tua siswa. Maka dari itu perlu mengkaji lebih dalam tentang anak berkebutuhan khusus. Dalam pengkajian tersebut diperlukan banyak informasi mengenai siapa anak berkebutuhan khusus, penyebab dan cara mengatasinya.

B.     Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil beberapa permasalahan, yaitu:
1.      Apa pengertian pendidikan Sekolah Luar Biasa?
2.      Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?
3.      Bagaimana jenis – jenis anak berkebutuhan khusus?
4.      Bagaimana kondisi objektif pembelajaran dan pelaksanaan manajemen kurikulum di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
5.      Bagaimana hasil analisis terhadap peserta didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
6.      Bagaimana kurikulum SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
7.      Bagaimana metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
8.      Bagaimana solusi penanganan anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya?
C.    Tujuan Observasi
Adapun tujuan dari observasi ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus (BABK). Selain itu bertujuan agar dapat memahami secara mendalam mengenai:
1.      Pengertian Pendidikan Sekolah Luar Biasa.
2.      Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
3.      Jenis – jenis Anak Berkebutuhan Khusus.
4.      Kondisi Objektif Pembelajaran dan Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
5.      Analisis Terhadap Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
6.      Kurikulum SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
7.      Metode yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran Di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.
8.      Solusi Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.

D.    Manfaat Observasi
Adapun manfaat observasi ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi peneliti, meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang pendidikan sekolah luar biasa dan mengetahui anak-anak berkebutuhan khusus serta dapat memberikan layanan yang tepat.
2.      Bagi sekolah, untuk mengevaluasi diri ke arah yang lebih maju dalam meningkatkan pelayanan pendidikan sekolah luar biasa bagi anak – anak berkebutuhan khusus.
3.      Bagi guru, sebagai bahan informasi untuk memperbaiki kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus.
4.      Bagi orang tua,  sebagai bahan informasi untuk memberikan motivasi kepada orang tua dalam meningkatkan layanan pendidikan terhadap anak – anak berkebutuhan khusus menuju ke arah yang lebih baik.
E.     Metode Penulisan
Dalam laporan observasi ini penulis menggunakan metode observasi dan wawancara langsung ke SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya serta melalui metode kepustakaan yaitu membaca hal – hal yang berkaitan dengan materi dari beberapa sumber baik buku maupun internet.
F.     Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
B.  Rumusan Masalah
C.  Tujuan Observasi
D.  Manfaat Observasi
E.   Metode Penulisan
F.   Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
A.      Pengertian Pendidikan Sekolah Luar Biasa
B.       Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
C.       Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
BAB III PEMBAHASAN
A.      Nama Kegiatan
B.       Tempat dan Waktu Pelaksanaan Observasi
C.        Deskripsi Kegiatan
D.       Kondisi Objektif Pembelajaran dan Pelaksanaan Manajemen    Kurikulum di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
E.        Analisis Terhadap Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
F.         Identifikasi Masalah
1.      Kurikulum SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
2.      Metode pembelajaran SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
G.       Solusi
BAB IV PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.       Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
   
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Pendidikan Sekolah Luar Biasa
Dalam Encyclopedia of Disability (2006:257) tentang pendidikan luar biasa dikemukakan sebagai berikut: “Special education means specifically designed instruction to meet the unique needs of a child with disability”. Pendidikan luar biasa berarti pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak yang memiliki kelainan. Ketika seorang anak diidentifikasi mempunyai kelainan, pendidikan luar biasa sewaktu-waktu diperlukan. Hal itu dikemukakan karena siswa yang memiliki kelainan tidak secara otomatis memerlukan pendidikan luar biasa. Pendidikan luar biasa akan sesuai hanya apabila kebutuhan siswa tidak dapat diakomodasi dalam program pendidikan umum. Secara singkat, pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Anak yang memiliki kelainan memerlukan penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, atau strategi mengajar yang khusus. Sebagai contoh, seorang anak yang kurang lihat memerlukan buku yang hurufnya diperbesar; seorang siswa dengan cacat fisik memerlukan kursi dan meja belajar yang dirancang khusus, seorang siswa dengan kesulitan belajar memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Contoh yang lain, seorang siswa dengan kelainan pada aspek kognitifnya akan memperolah keuntungan dari pembelajaran kooperatif yang diberikan oleh satu atau beberapa guru umum bersama-sama dengan guru pendidikan luar biasa.
Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai potensinya secara maksimal. Pendidikan luar biasa diibaratkan sebagai sebuah kendaraan dimana siswa yang memiliki kelainan, meskipun berada di sekolah umum, diberi garansi untuk mendapatkan pendidikan yang secara khusus dirancang untuk membantu mereka mencapai potensi maksimalnya.

B.     Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak – anak secara umum atau rata – rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi ataupun fisik.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan pada aspek:
1.      Fisik motorik
2.      Kognitif
3.      Bahasa dan bicara
4.      Pendengaran
5.      Penglihatan
6.      Sosial emosi
Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan optimal. Anak – anak tersebut akan belajar dengan kecepatan dan cara yang berbeda dari anak – anak normal lainnya. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak – anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama.

C.    Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa kategori anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori tersebut antara lain :
1.      Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra)
Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sbagian, dan walaupun mereka telah diberi pertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap mendapat Pendidikan khusus. Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisi dimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajat yang ringan hingga yang paling berat.
Ada dua kategori besar yang tergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
a.       Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
b.      Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
2.      Anak dengan gangguan pendengaran (Tuna Rungu)
Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi/tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu proses pembelajaran anak.
Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
a.       Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
b.      Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
c.       Ketunarunguan berat, yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
d.      Ketunarunguan parah , yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi visual.
3.      Anak Tuna Grahita
Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. Tuna grahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
a.       Kelompok mampu didik, IQ 68-78
b.      Kelompok mampu latih, IQ 52-55
c.       Kelompok mampu rawat, IQ 30-40
Tunagrahita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah.
American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan keterbelakang mental adalah anak-anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata, terlihat memiliki kesulitan dalam perilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep, keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi pada rentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun.
4.      Anak dengan kelainan fisik (Tuna Daksa)
Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistem persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalah Cerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anak berumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui. Sebagian lagi kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum ‘berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.
5.      Anak Tunalaras
Tunalaras adalah mereka yang mengalami kesulitan  dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan diri sendiri maupun orang lain.
6.      Anak Superior Gifted
Anak Superior Griftted adalah anak yang mempunyai kesulitan dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan mempunyai kecerdasan yang luar biasa (diatas rata-rata normal).
7.      Anak Tunaganda
Anak Tunaganda adalah anak yang mengalami kelainan lebih dari satu jenis kelainan, sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikannya.misalnya selain  mengalami tunadaksa intelegensinya di bawah rata-rata.
8.      Anak Kelainan kurang Perhatian dan Hiperaktif ( ADHD)
ADHD adalah anak yang mempunyai masalah berat untuk mempertahankan perhatiannya yang menunjukan gejala perilaku yang tidak mau diam/hiperaktif, sehingga dengan keadaan seperti ini anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) lebih dikenal dengan istilah hiperaktifitas.
9.      Autis
Autisme mempunyai masalah dengan interaksi sosial dan komunikasi, sehingga mereka mempunyai masalah berbicara dan ketidakmampuan menatap mata ketika berkomunikasi dengan orang lain. Mereka kadang-kadang mempunyai perilaku yang harus mereka lakukan atau yang mereka lakukan secara terus-menerus seperti tidak mampu mendengar sampai  pensilnya  dijatuhkan atau mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang secara terus menerus.
10.  Anak Berkesulitan  Belajar
Istilah kesulitan belajar  adalah istilah yang dipergunakan pada siswa-siswa yang mengalami kesulitan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar disebabkan karena kurangnya intelegensi, kelainan sensoris, ketidak beruntungan atau ketidak cukupan budaya atau bahasa. Macam-macam kesulitan belajar yaitu, Dyslexia (kesulitan dalam membaca), Dysgraphia (kesulitan dalam menulis), Dyscalculia (kesulitan dalam berhitung).

  
BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    Nama Kegiatan
Observasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya Gugus XXV.

B.     Tempat dan Waktu Pelaksanaan Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya yang terletak di  Jl. Pesantren RT. 003/005 Desa/Kel Tanjung Mekar Kec. Jamanis Kab/Kota Tasikmalaya.
Adapun waktu pelaksanaannya yaitu pada hari jumat tanggal 23 Nopember 2012.

C.     Deskripsi Kegiatan
Adapun profil  SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya Gugus XXV :
 Nama Sekolah                      :  SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Status Sekolah                     :  Negeri
NSS                                      :  801 021 235 001
Alamat Sekolah                    :  Jl. Pesantren RT. 003/005
          Desa/Kel Tanjung Mekar Kec. Jamanis
          Kab/Kota Tasikmalaya KP. 46175
          Telp. 0265 456366
Tahun Berdiri                       : 10 Mei 2004
Izin Operasional                   : 421,9/2118/PLB/2004
Status Akreditasi SDLB      : Terkreditasi B
Status Akreditasi SMPLB    : Terakreditsi A
Waktu Penyelenggaraan       : Pagi
Rekening Bank                    : Nama Bank    : Bank BJB Cabang Tasikmalaya
                                               No. Rekening : 0002133393100
                                               Atas Nama   : SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Nama Kepala Sekolah          : H. Endang Rukhiyat, S.Pd
Nama Komite Sekolah         : Agus Danawiria
Motto dan Visi                    
Motto                                   : Mandiri, Terampil dan Religius
Visi                                       : “ SLBN Kabupaten Tasikmalaya menjadi wadah pembinaan terunggul di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2020 dalam membentuk siswa berkebutuhan khusus yang maslahat (mandiri, shaleh, terampil), berjiwa seni dan cerdas lingkungan”
Misi                                      :
1.      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Melatih peserta didik agar memiliki kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.
3.      melaksanakan berbagai bentuk terapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
4.      Menumbuhkembangkan prinsip 5 K (kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan kekeluargaan).
5.      Mengembangkan potensi seni, budaya, keterampilan, dan olah raga pada peserta didik sesuai dengan karakteristik masing-masing.
6.      Memanfaatkan potensi lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran.
7.      Menjalin kerjasama di bidang keterampilan vokasional dan seni dengan instansi terkait.
8.      Mengembangkan keterampilan teknis wirausaha di lingkungan sekolah
9.      Menjalin komunikasi timbal balik dengan pihak orang tua dan pengasuh siswa dalam pelaksanaan program sekolah.
Program Unggulan                  :
Keterampilan dalam membantu Kecakapan Hidup  diri sendiri dan Keterampilan Budidaya Tanaman Hias serta Tanaman Palawija.
(Setiap   siswa   diharapkan   memiliki   kompetensi   pada  bagian - bagian  tertentu  ataupun     keseluruhan dari sebuah proses budidaya tanaman hias atau palawija berikut pemasaran hasilnya
Kecakapan Hidup / Keterampilan :
a.       Keterampilan Tata Boga
b.      Keterampilan Menjahit
c.       Budidaya Tanaman Hias dan Palawija.
d.      Pembuatan Telur Asin
e.       Untuk Kelas 6 SDLB, SMPLB dan SMALB Semua Bagian
f.       Kerajinan Tangan dari Bahan Stik Es Krim, Kertas Duplek, Kayu, Kain, triplek, dll.
g.      Keterampilan Komputer Sederhana
h.      Untuk SMPLB Bagian B dan SMALB
i.        Keterampilan Vokasional Cuci Motor
j.        Keterampilan Pembuatan Hiasan dari bahan gypsum
k.      Keterampilan Membatik
Keadaan Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya :

No
Tingkat/
Kelas
Siswa Jenis Kelainan
Jml
Rombel
Bagian A
Bagian B
Bagian C
Bagian C-1
Bagian D
Autis
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
1
TKLB/1














2
TKLB/2














3
TKLB/3















Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
SDLB/1

2
1
2
4
3
3

1
2
3

21
6
5
SDLB/2


3

5
1
3
3




15
6
6
SDLB/3


2
1
3
4
4
2
1



17
6
7
SDLB/4


1
1
4
5
1
2




14
4
8
SDLB/5


1

2
4

1




8
3
9
SDLB/6
1



3
2


1



7
3

Jumlah
1
2
8
4
21
19
11
8
3
2
3
0
82
27
10
SMPLB/7
1

3


1
2
3




10
4
11
SMPLB/8



2
1
1






4
2
12
SMPLB/9




1


2




3
2

Jumlah
1
0
3
2
2
2
2
5
0
0
0
0
17
8
13
SMALB/10


1
2








3
1
14
SMALB/11




3


1
1



5
3
15
SMALB/12




1

1





2
1

Jumlah
0
0
1
2
4
0
1
1
1
0
0
0
10
5
Jumlah Seluruhnya
1
2
12
8
27
21
14
14
4
2
3
0
109
40





Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya : 

No
PENDIDIK/TENAGA KEPENDIDIKAN
JML
STATUS
PENDIDIKAN TERAKHIR
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kepala Sekolah
1
1






1





2
Guru
18
8



10

3
8
1
6



3
Psikolog














4
Pekerja Sosial














5
Teknisi Sumber Belajar














6
Pustakawan














7
Terapis














8
Tenaga Administrasi/TU
5
1

4




3

2



9
Penjaga Sekolah
2
1



1





2


10
Instruktur/Tutor














11
Tenaga lainnya*)














JUMLAH
26
11

4

11

3
12
1
8
2



Ket : Status Kepegawaian      :  1 = Negeri, 2. Guru Bantu, 3. THL, 4. Swasta,
   5. Honor/Sukwan
Pendidikan Terakhir    : 
1= S3, 2= S2, 3= S1/D4, 4= SGPLB/D3/SARMUD/POLITEKNIK
5= SMA/SMK/MA/MAK,  6= SMP/MTs, 7 = SD/MI., 8= Lain-lain
Sarana dan Prasarana Pendidikan di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya :
1.  Prasarana Pendidikan
    a.  Tanah
No.
Tanah
Luas Tanah
Status Tanah
Keteraangan
(Sertifikat/...)
1
Tanah I
3000 M2
Hak Guna Pakai
Akta Wakaf Pesantren
2
Tanah II



3
Tanah III



4
Dst.




b.      Bangunan dan Ruangan
       1)  Jumlah Bangunan                 : 9 Bangunan
       2)  Luas Bangunan Seluruhnya  : 1043,25 M2
       3)  Jumlah Ruangan                    : 35 ruang
       4)  Status Ruangan#)                  : Milik Sendiri
No.
Nama Ruangan
Jumlah
Luas
Status Ruangan#)
1
Ruang Kelas
8 ruang
240 M2

2
Ruang Perpustakaan
1 ruang
30 M2

3
Ruang Keterampilan
1 ruang
30 M2

4
Ruang Kepala Sekolah
1 ruang
13,8 M2

5
Ruang Guru
1  ruang
23,1 M2

6
Ruang TU
1 ruang
23,1 M2

7
Tempat Beribadah
1 ruang
54 M2

8
Ruang UKS
1 ruang
3,3 M2

9
Ruang BK/Asesmen
1  ruang
6 M2

10
WC/Jamban
10 ruang
9 M2

11
Gudang
1  ruang
6,6 M2

12
Tempat Bermain/Olahraga
1  ruang
21 M2

13
Ruang Program Khusus
1  ruang
6,6 M2

14
Aula
1 ruang
60 M2

15
Ruang Tamu
1 ruang
11,55 M2

16
Rumah Dinas
1 Unit
30 M2


Pengumpulan data peneliti ini melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan. Teknik - teknik yang peneliti gunakan adalah :
1.      Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Suharsimi Arikunto (1993:128) mengemukakan bahwa ” Observasi adalah mengamati gejala-gejala atau objek yang diteliti secara berulang dengan menggunakan alat bantu seperti alat pencatatan”. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang pelaksanaan pendidikan sekolah luar biasa di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya. seperti melihat langsung kegiatan proses pembelajaran di kelas ataupun kegiatan pembiasaan di pagi hari.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan metode yang mendasarkan diri kepada laporan verbal, terdapat hubungan langsung antara peneliti dengan objek yang diteliti. Muhammad Ali menyatakan bahwa ”wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data”. Jadi wawancara dilakukan untuk mengungkapkan data yang tidak  bisa diungkapkan melalui observasi. Peneliti di sini melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya,.
3.      Studi Dokumentasi
Selain observasi dan wawancara dalam penelitian ini juga menggunakan studi dokumentasi yang dapat mendukung hasil penelitian. Dokumentasi di sini digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan hal-hal tertulis. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1993:131) studi dokumentasi yaitu mencari data yang berhubungan dengan benda-benda tertulis, tempat, kertas, atau orang. Dokumentasi ini perlu dilakukan sebagai bukti fisik dalam melakukan penelitian ini seperti foto-foto dan pengambilan video secara langsung terhadap aktivitas dan proses pembelajaran di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya.

D.    Kondisi Objektif Pembelajaran dan Pelaksanaan Manajemen Kurikulum di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Kondisi objektif pembelajaran di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya jika di lihat dari berbagai aspek sudah baik hal ini dapat terlihat dari hubungan guru terhadap para siswa SLB terjalin dengan penuh tali kekeluargaan, disamping itu orang tua siswa sangat mempercayai terhadap pihak sekolah SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya untuk mendidik anak – anak mereka.
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari SLBSD, SLBSMP, dan SLBSMA. SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya ini merupakan salah satu SLB Negeri yang ada di Tasikmalaya dan tempatnya pun cukup luas dan memadai untuk melaksanakan proses pembelajaran dan proses kegiatan pengembangan diri.
Kegiatan proses pembelajarannya pun terlihat baik dan tertib, hal ini dikarenakan guru – guru yang membimbing anak berkebutuhan khusus setiap kelas jumlahnya cukup banyak, jadi tidak satu kelas hanya satu guru melainkan ketika proses pembelajaran berlangsung melibatkan beberapa guru pembimbing, dalam hal ini guru harus menangani anak berkebutuhan khusus itu perbandingannya 1 berbanding 5, artinya sebaiknya yang efektif apabila satu guru minimalnya membimbing 3 orang siswa dan maksimalnya 5 orang siswa. Dengan demikan anak berkebutuhan khusus tersebut bisa lebih dibimbing secara intensif. 
Kegiatan dan metode pembelajaran setiap kelas itu berbeda – beda yaitu disesuaikan dengan jenis kelainan anak berkebutuhan khusus tersebut. Seperti anak tunanetra, akan berbeda dengan anak yang memiliki kelainan tunarungu serta berbeda pula dengan tunagrahita, tunadaksa dan anak autis. Anak tunanetra biasanya dibantu dengan hurup braile yaitu supaya mereka mengerti tentang huruf - huruf yang disediakan secara timbul, kemudian untuk anak tunarungu mereka menggunakan peragaan dan artikulasi dari pembimbing yang diucapakan harus menunjukkan mimik gerakan wajah dan mulut yang sangat jelas, kemudian untuk anak tunagrahita yang memiliki kelainan kecerdasan dibimbing supaya dapat meningkatkan kecerdasannya, sedangkan anak tunadaksa mereka dibantu supaya dapat menggerakan otot – otot motoriknya yang lain agar bisa mengembangkan potensinya, demikian pula dengan anak autis supaya mereka dapat bersoasialisasi dengan baik terhadap teman - teman sebayanya yaitu dengan cara dicampurkan dengan teman – temannya yang lain agar mereka dapat bersosialisasi satu sama lainnya.
Para guru di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya, mereka membimbing anak – anak berkebutuhan khusus secara penuh kesabaran dan intensif sampai mereka dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Guru menerapkan berbagai metode supaya mereka dapat berkembang dan outputnya mereka dapat bersosialisasi dan nantinya dapat hidup berguna di masyarakat. Hal ini terkait pula dengan bimbingan karir dan pengayaan yang diberikan terhadap siswa serta kegiatan eksta kurikuler juga dikembangkan seperti halnya pada kelas – kelas sekolah normal lainnya.
Anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya ini sangat potensial sekali. Mereka memiliki bakat – bakat yang berbeda, dan dari bakat – bakat yang berbeda itu mereka sangat luar biasa, terkadang bakat mereka bisa melebihi anak – anak normal lain pada umumnya. Mereka biasa membuat suatu kerajinan atau keterampilan yang bisa dijual sebagai karya – karya mereka seperti membatik, membuat kerajinan dari kain flanel sampai membuat suatu lukisan yang indah. Contoh anak tunanetra dan tunarungu mereka memiliki bakat dan intelegensi yang luar biasa. Meskipun salah satu memiliki kelainan tetapi mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa. Jadi tidak setiap anak yang memiliki kelainan itu harus terkucilkan, tetapi dibalik kekurangan mereka terdapat kelebihan.
SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya ini disamping melaksanakan proses pembelajaran secara efektif di kelas, mereka juga mengadakan kegiatan program mingguan yaitu berupa program pembiasaan. Program kelas pembiasaan ini biasanya dilaksanakan di mesjid yaitu dengan cara digabungkan semua tingkatan yaitu antara kelas SLBSD, SLBSMP, dan SLBSMA disatukan dimesjid. Materi Pembelajaran yang diberikan untuk pembiasaan yaitu disamakan tiap kelas, yaitu tentang bacaan – bacaan sholat untuk mata pelajaran pendidikan agama islam. Mereka semua diajarkan bagaimana pengenalan bacaan – bacaan sholat sampai mereka tahu dan hafal kemudian mereka juga dapat mempraktikannya secara bersama – sama yaitu setiap program pembiasaan ada siswa yang ditunjuk untuk melaksanakan adzan, ada pula yang kebagian menjadi imam dan yang lainnya sebagai makmum. Jadi kegiatan pembiasaan ini baik diterapkan yaitu untuk  penanaman dan penerapan nilai – nilai agama serta membangun karakter siswa sesuai dengan kurikulum yaitu menciptakan manusia yang bermoral dan berakhlak mulia.

E.     Analisis Terhadap Peserta Didik SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Dalam observasi ini peneliti memfokuskan observasi pada anak di kelas SLB-C1 (Tunagrahita Sedang).
1.      Subjek  Penelitian (Observan)
Adapun salah satu anak berkebutuhan khusus yang saya teliti adalah :
Nama                                : Risky Adzan Putra
Tempat/tanggal lahir        : Tasikmalaya, 26 Desember 2002
Jenis Kelamin                   : Laki-laki
Jenis Kelainan                  : Tunagrahita
Agama                              : Islam
Anak ke                            : 4
Alamat                             : Rajapolah
Kelas                                : 1
NIS                                  : 101
Sekolah                            : SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya
Karakteristik                    :
·      Intelegensi kurang,
·      Agak sulit berkomunikasi
·      Sulit dalam motorik
Nama Ayah                      : H. Ade Jalaludin
Pekerjaan Ayah                : Pensiun PNS

F.       Identifikasi Masalah
1.    Kurikulum SLBSD
Kurikulum SLBSD pada dasarnya sama dengan kurikulum Sekolah Dasar biasa, hanya saja terdapat perbedaan yaitu memiliki suatu program khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Kurikulum pendidikan khusus tersebut terdiri atas delapan mata pelajaran, muatan lokal program khusus dan pengembangan diri.
a.       Mata pelajaran:
1)      Pendidikan Agama
2)      Pendidikan Kewarganegaraan
3)      Bahasa Indonesia
4)      Matematika
5)      Ilmu Pengetahuan Alam
6)      Ilmu Pengetahuan Sosial
7)      Seni Budaya dan Keterampilan
8)      Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
b.      Program Khusus
Program khusus di SLB yang diberikan yaitu disesuaikan dengan jenis kelainan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus. Untuk program khusus yang dikembangkan bagi anak tunagrahita yaitu lebih ditekankan kepada kemampuan merawat diri yang meliputi usaha membersihkan dan merapikan diri, keberhasilan lingkungan dan kesehatan, makan minum, dan menghindari bahaya.
c.       Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, dalam hal ini untuk SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya adalah Keterampilan kerajinan tangan.
d.      Pengembangan diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus di asuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat. Setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Pengembangan diri terutama ditujukan untuk peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya yaitu lebih diarahkan pada karir siswa untuk bisa membuat suatu keterampilan sesuai dengan potensi – potensi yang dimiliki mereka, misalnya potensi membatik, membuat bros dari flannel, menjahit, menyulam, dsb, sehingga mereka dapat menghasilkan karya – karya yang luar biasa.
Dengan demikian kurikulum dapat dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak, dimodifikasi dan dikembangkan oleh para guru. Pemilihan dan memodifikasi kurikulum juga disesuaikan dengan tingkat dan jenis kelainan anak serta kemampuan dan keterbatasan, sehingga anak dapat berkembang secara wajar.
2.      Metode yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran
Keterbatasan kecerdasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita menjadi kendala utama dalam proses pembelajaran. Mereka tidak mampu berkompetisi dalam belajar dengan temannya yang normal sehingga mereka seringkali menjadi bahan olok – olok sebagai anak yang bodoh di kelas. Oleh karena itu guru harus bisa mengatasi anak tunagrahita tersebut dengan cara memberikan metode yang tepat.
Metode mengajar yang tepat yaitu merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dari itu guru harus dapat memilih dan menggunakan berbagai metode sesuai dengan materi, karakteristik dan kebutuhan anak. Seperti di SLB Negeri 1 Kabupaten Tasikmalaya, metode yang digunakan pada anak tunagrahita yaitu sesuai dengan pelaksanaan kurikulum tidak terlepas dari pengajaran bahasa, membaca, menulis dan berhitung.
Materi pelajaran bagi anak tunagrahita ini dalam pelaksanaannya harus terperinci dan sedapat mungkin guru memperkenalkan materi kepada anak harus dimulai dari hal – hal yang konkrit yaitu dimulai dari pemberian suatu contoh – contoh benda yang nyata, mengingat mereka mengalami keterbatasan dalam hal berfikir abstrak. Tetapi disamping itu materi yang bersifat akademik seperti pada Sekolah Dasar biasa harus tetap diberikan sampai mereka memperlihatkan ketidakmampuannya atau kesulitan – kesulitan dalam belajar. Dengan demikian guru dapat mendiagnosa kesulitan – kesulitan apa saja yang dialami oleh anak tunagrahita saat belajar, maka guru akan menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan pembelajarannya kepada anak tunagrahita tersebut.
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita adalah strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar bersama – sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda – beda disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik. Namun demikian dapat pula menggunakan strategi lainnya seperti strategi kooperatif dan strategi modifikasi tingkah laku. Metode mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena dengan praktek rangsangan yang diperoleh melalui motorik akan cepat di pusat berpikir dan tidak mudah dilupakan.

G.      Solusi
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan khusus untuk berbagai jenis ketidakmampuan termasuk anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Maka dari itu beberapa solusi yang harus dilakukan oleh guru dalam penanganan anak tunagrahita diantaranya :
1.      Pertama, membangun lingkungan belajar yang stimulatif, sportif, serta ramah terhadap ragam potensi kecerdasan anak. jadi guru harus memperhatikan keberagaman setiap potensi yang dimiliki oleh anak.
2.      Kedua, mengembangkan kegiatan belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
3.      Ketiga, merancang kegiatan belajar yang memfungsikan seluruh modus berfikir otak seperti memori, kognisi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Jadi harus bersifat menyeluruh
4.      Keempat, mengembangkan program dan kegiatan belajar yang mendorong berkembangnya sikap dan cara berfikir kreatif.
5.      Kelima, membangun pola interaksi sosial di sekolah antara guru dan murid, murid dan murid, guru dan guru, guru dan orang tua yang mendorong perkembangan semua anak secara optimal.
6.      Keenam, menciptakan lingkungan sekolah sebagai taman belajar.
7.      Ketujuh, mengembangkan kegiatan belajar yang mampu membangun karakter positif anak sehingga anak memiliki semangat belajar untuk maju dan berkembang.
8.      Kedelapan, membangun kegiatan belajar yang mampu mengembangkan ragam potensi kecerdasan anak baik segi intelektual, sosial - emosional, fisikal maupun kecerdasan spiritualnya.
























BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan luar biasa merupakan cabang dari pendidikan umum, sebagaimana disiplin ilmu pendidikan lainnya. Pendidikan luar biasa merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai potensinya secara maksimal. pendidikan luar biasa diberikan kepada anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus sendiri adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak yaitu berupa gangguan fisik motorik, kognitif, bahasa dan bicara, pendengaran, penglihatan,dan sosial emosi.
Anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus. Pendidikan yang ideal bagi anak-anak seperti ini salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa. Sekolah Luar Biasa merupakan sekolah yang mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan atau memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Agar penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa berjalan baik, maka pendayagunaan manajemen  sekolah harus dilakukan seoptimal mungkin.  Selain itu, perlu adanya pengembangan kurikulum.
B.     Saran
1.    Hendaknya setelah guru mampu mendeteksi gangguan pada anak berkebutuhan khusus, guru mampu memberikan layanan atau bimbingan kepada mereka sehingga mereka tidak tertinggal jauh dengan anak normal lainnya.
2.    Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan perhatian khusus terhadap anak didiknya, terutama  bagi anak berkebutuhan khusus ini, Disini guru bisa bekerjasama dengan orang tua dan lingkungan sekitar dimana anak itu tinggal.
3.    Orang tua yang peduli terhadap anaknya adalah orang tua yang memahami kondisi dan kebutuhan anaknya maka dari itu orang tua harus bisa lebih memahami dan bekerjasama dengan guru yaitu  terbuka dalam hal perkembangan anaknya. Orangtua harus memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan berbagai keterampilan, memilih jiwa besar atau optimis dalam meningkatkan berbagai potensi anaknya dengan optimal.

























DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Heryana. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : UPI PRESS.
Kartadinata. Sunaryo.1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung. UPI PRESS.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar