Home

Selasa, 01 November 2011

Media Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Media memiliki banyak jenis dan klasifikasinya. Dilihat dari pengadaan media pembelajaran, dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu media yang sudah tersedia di lingkungan sekolah atau tersedia di pasaran, dalam hal ini media dirancang secara khusus oleh perusahaan terrtentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku, diproduksi secara massal, dan biasanya harganya relatif murah sehingga guru dengan mudah dapat memiliki dan menggunakannya karena media ini sudah siap pakai. Jenis media seperti ini disebut dengan media by utilization. Jenis media yang kedua disebut degan media by design. Jenis media yang kedua ini menuntut guru atau ahli media untuk merancang media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran tertentu. Masing – masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasannya. Kelebihan dari media yang siap pakai adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya untuk mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk kebutuhan tertentu memerlukan banyak waktu, tenaga maupun biaya, karena untuk menghasilkan media – media yang baik diperlukan pengujian kesahihan dan keandalannya melalui serangkaian kegiatan validasi prototipnya. Adapun kelebihan dari media ini adalah kecil kemungkinan untuk ketidak sesuaian antara media dengan kebutuhan dan tujuan yang diharapkan dibandingkan dengan media siap pakai yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan karakteristik materi serta siswa     

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
                       1.          Bagaimana dasar pertimbangan pemilihan media ?
                       2.          Bagaimana kriteria pemilihan media ?
                       3.          Bagaimana prosedur pemilihan media pembelajaran ?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran SD. Selain itu juga bertujuan agar dapat memahami secara mendalam mengenai :
                       1.          Dasar pertimbangan pemilihan media.
                       2.          Kriteria pemilihan media.
                       3.          Prosedur pemilihan media pembelajaran.

D.      Metode Penulisan
Dalam makalah ini penyusun menggunakan metode kepustakaan yaitu membaca hal – hal yang berkaitan dengan tema dari beberapa sumber baik buku maupun internet.
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dasar Pertimbangan Pemilihan Media
1.    Alasan Teoritis Pemilihan Media
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Jika kita lihat prosedur pengembangan desain instruksional pengembangan dari tujuan instruksional umum, kemudian dilanjutkan dengan menentukan materi pembelajaran yang menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai dengan materi, strategi yang digunakan, dan karakteristik siswa. Untuk mengetahui hasil belajar, maka selanjutnya guru menentukan evaluasi yang tepat, sesuai tujuan dan materi. Apabila ternyata hasil belajar tidak sesuai dengan harapan dalam kata lain hasil belajar siswa rendah, maka perlu ditelusuri penyebabnya dengan menganalisis setiap komponen, sehingga kita dapat mengetahui faktor penyebabnya dengan lebih obyektif.
Analisis penyebab rendahnya hasil belajar dapat meninjau ketepatan seluruh komponen diantaranya : mungkin keberhasilan ini disebabkan karena rumusan tujuan tidak sesuai dengan row input dan kemampuan awal siswa “ entery behaviour level ” siswa, bisa jadi tujuan yang ditetapkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam kata lain terlalu tinggi. Penyebab yang lain bisa dari materi kurang sesuai dengan  tujuan, terlalu kompleks, terlalu sulit sehingga tidak dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Apabila dua komponen telah dianalisis yaitu tujuan dan materi ternyata sudah sesuai selanjutnya perlu dikaji penerapan strategi dan penggunaan media pembelajaran. Strategi bisa jadi tidak tepat, membut siswa jadi tidak aktif, menjenuhkan, membosankan, tidak merangsang siswa untuk aktif sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Jika media dan strategi sudah tepat, maka perlu dikaji evaluasi yang digunakan apakah sudah tepat baik bentuknya, jenis, instrumen evaluasi dan prosdur evaluasinya.
Mekanisme tersebut jelas menunjukkan pendekatan sistem dalam pembelajaran dengan pengertian bahwa setiap komponen dalam pembelajaran saling berkaitan satu sama lain, saling berinteraksi, saling berhubungan, saling terobos dan saling ketergantungan. Uraian diatas juga menggambarkan dengan jelas bagaimana kedudukan media dalam pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran. Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan hasil belajar. Dengan demikian pemilihan media menjadi penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.
 
Prosedur pengembangan pembelajaran menurut  Gerlach dan Elly dengan menggunakan pendekatan sistem dapat dijelaskan bahwa perumusan tujuan instruksional merupakan langkah pertama dalam merencanakan pembelajaran sebagai rumusan tingkah laku yang harus dimiliki oleh siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran. Langkah kedua adalah merinci materi pembelajaran yang diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perlu juga dilakukan tes “entering behaviour level” yaitu untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar untuk menentukan darimana guru harus mengawali pembelajaran.
Tujuan, isi dan entery behaviour level menjadi dasar untuk menetapkan komponen pembelajaran yang lainnya, yaitu : menentukan strategi yang harus sesuai dengan karakteristik tujuan maupun materi yang diberikan juga termasuk mengatur dan mengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diselaraskan dengan waktu yang tersedia, dan ruang belajar yang tersedia. Penentuan media yang akan digunakan merupakan langkah selanjutnya. Bagaimana siswa agar mampu menguasai materi sesuai tujuan, media apa yang cocok digunakan, apakah media cetak? Atau media elektronik? Apakah media tersebut digunakan sebagai alat bantu bagi guru seperti OHP, TV, Slide Projector, Multimedia Projector, atau digunakan sepenuhnya oleh siswa dengan bimbingan guru seperti pembelajaran berbasis komputer (CAI dan CBI). Menentukan media yang cocok digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan tujuan, strategi, waktu yang tersedia, dan fasilitas pendukung lainnya. Seluruh kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penilaian terhadap penampilan (performance) siswa disesuaikan dengan tujuan yang ditetapkan, dari penilaian ini guru dapat menentukan umpan balik untuk melakukan revisi rencana dan pelaksanaan pembelajaran.
Pengkajian sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Gerlach dan Elly tersebut merupakan komponen media sebagai bagian integral dalam keseluruhan sistem pembelajaran. Dengan demikian secara teoritis model tersebut menjadi dasar alasan mengapa kita perlu melakukan pemilihan terhadap media, agar memiliki keseriusan dengan tujuan, kesesuaian dengan isi, strategi pembelajaran, dan waktu yang tersedia.
2.      Alasan Praktis Pemilihan Media
Alasan praktis berkaitan dengan pertimbangan – pertimbangan dan alasan si pengguna seperti guru, dosen, instruktur mengapa menggunakan media dalam pembelajaran. Terdapat beberapa penyebab orang memilih media, antara lain dijelaskan oleh Arif Sadiman (1996:84)  sebagai berikut :
a.    Demonstration
Dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dan lain – lain. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran, misalnya seorang dosen sedang menerangkan teknik mengoperasikan Overhead Projector (OHP), pada saat menjelaskannya menggunakan alat peraga berupa OHP, dengan cara mendemonstrasikan dosen tersebut menjelaskan, menunjukkan dan memperlihatkan cara – cara mengoperasikan OHP. Contoh lain, seorang guru kimia akan menjelaskan proses perubahan – perubahan zat dengan menggunakan gelas ukur, sebelum dilakukan praktikum, terlebih dahulu guru tersebut memperagakan bagaimana cara menggunakan gelas ukur dengan baik. Untuk lebih jelas, kita lihat contoh ketiga, seorang guru biologi akan membelajarkan siswa tentang bentuk dan struktur sel dengan menggunakan mikroskop, maka sebelum praktikum dimulai, sebelum siswa meletakan  objek pada mikroskop untuk diamati maka guru tersebut menunjukkan cara kerja mikroskop sesuai dengan prosedur yang benar, cara ini akan memperlancar proses belajar dan menghindari resiko kerusakan pada alat praktikum yang digunakan. Beberapa alasan tersebut sering melandasi pengguna dalam menggunakan media yaitu bertujuan untuk mendemonstrasikan atau memperagakan sesuatu.
b.    Familliarity
Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, sehingga secara terus menerus ia menggunakan media yang sama. Misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan media Over Head Projector (OHP) dan Over Head Transparancy (OHT), kebiasaan menggunakan media tersebut didasarkan atas alasan karena sudah akrab dan menguasai detil dari media tersebut, meski sebaiknya seorang guru lebih variatif dalam memilih media, dalam konsepnya tidak ada satu media yang sempurna, dalam arti kata tidak ada satu media yang sesuai dengan semua tujuan pembelajaran, sesuai dengan semua situasi dan sesuai dengan semua karakteristik siswa. Media yang baik adalah bersifat kontekstual sesuai dengan realitas kebutuhan belajar yang dihadapi siswa. Jika kita lihat pada contoh diatas, media OHP lebih tepat untuk mengajarkan konsep dan aspek – aspek kognitif, dapat digunakan dalam jumlah siswa maksimal 50 orang dengan ruangan yang tidak terlalu besar dan siswa cenderung pasif tidak dapat melibatkan secara optimal potensi mental, emosional dan motor skill, karena kontrol pembelajaran ada pada guru. Tentu saja OHP kurang tepat untuk mengajarkan keterampilan yang menuntut demonstrasi, praktek langsung yang lebih membuat siswa aktif secara fisik dan mental. Alasan familliarity tentu saja tidak selamanya tepat, jika tidak memperhatikan tujuannya. Meski demikian alasan ini cukup banyak terjadi dalam pembelajaran.
c.    Clarity
Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media adalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit. Pada praktek pembelajaran, masih banyak guru tidak menggunakan media atau tanpa media, metode yang digunakan dengan ceramah (ekspository), cara seperti ini memang tidak merepotkan guru untuk menyiapkan media, cukup dengan menguasai materi, maka pembelajaran dapat berlangsung, namun apakah pembelajaran seperti ini akan berhasil ? cara pembelajaran seperti ini cenderung akan mengakibatkan verbalistis, yaitu pesan yang disampaikan guru tidak sama dengan persepsi siswa, mengapa hal ini bisa terjadi ? karena informasi tidak bersifat konkrit, jika guru tidak mampu secara detail dan spesifik menjelaskan pesan pembelajaran, maka verbalistis akan terjadi. Misalnya seorang guru IPA di sekolah Dasar sedang menjelaskan ciri –ciri makhluk hidup, diantaranya bahwa makhluk hidup dapat bernafas dengan insang maka akan membayangkan bentuk – bentuk lain yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Disinilah banyak pengguna media, memiliki alasan bahwa menggunakan media adalah untuk membuat informasi lebih jelas dan konkrit sesuai kenyataannya. Alasan ini lebih tepat dipilih guru dibanding dengan alasan kedua diatas.
d.   Active Learning
Media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaran adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional. Dalam prakteknya guru tidak selamanya mampu membuat siswa aktif hanya dengan cara ceramah, tanya jawab dan lain – lain namun diperlukan media untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. Seperti pendapat Lesle J. Briggs (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “ the physical means of conveying instruction content book, films, videotapes, etc. Lebih jauh Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media, Brown (1970) menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru atau guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas program belajar mengajar. Sebagai contoh seorang guru memanfaatkan teknologi komputer berupa CD interaktif untuk mengajarkan materi fisika. Dengan CD interaktif seorang siswa dapat lebih aktif mempelajari materi dan menumbuhkan kemandirian belajar, guru hanya mengamati, dan mereview penguasaan materi oleh siswa. Cara seperti ini membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar, terlebih kemasan rogram CD interaktif dengan multimedia menarik perhatian dan membuat pesan pembelajaran lebih lengkap dan jelas. Contoh lain dapat dilihat pada pelatihan Emotional Spiritual Question (ESQ), salah satu tujuan pelatihan ini adalah menumbuhkan seoptimal mungkin motivasi peserta untuk berbuat positif dengan spirit yang besar dan optimalisasi potensi individu, diantaranya dengan cara mengkaji proses dan kejadian serta fenomena alam (ayat qauniyyah), untuk mewujudkan tujuan ini digunakan banyak visualisasi (media video) untuk memperlihatkan tayangan – tayangan yang mampu meningkatkan motivasi peserta, dan hasilnya secara empirik terbukti mampu meningkatkan motivasi peserta.
Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa keberadaan media dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan yang sudah ada, baik media realita yaitu media alami yang tersedia di alam sekitar misalnya : gunung, sawah, air, berbagai jenis batuan, hewan, tumbuhan, dan lain – lain. Media juga dapat diperoleh dengan cara pembelian.

§  Pertanyaan pertama, mempermasalahkan tentang kesesuaian antara media dan tujuan, pertanyaan ini ditempatkan paling awal karena dasar pokok pemilihan media adalah kesesuaian dengan tujuan. Jika tujuannya “siswa diharapkan mampu memahami konsep terjadinya hujan” maka didalam media tersebut dinyatakan secara eksplisit tujuan tersebut, selain itu isi media menggambarkan bagaimana proses terjadinya hujan.
§  Pertanyaan kedua, mengingatkan bahwa media harus disertai dengan informasi petunjuk penggunaan media, yang disebut dengan manual book. Informasi ini penting karena pengguna tidak semuanya dapat langsung menggunakan media dengan benar. Beberapa media tertentu, misalnya media elektronik diperlukan juga informasi petunjuk pengoperasian dan cara pemeliharaan (maintenance). Sebagai contoh media OHP, LCD Projector dan kamera Foto / Video sering mengalami kerusakan, padahal belum lama dibeli, kerusakan sering terjadi pada lensa dan kerusakan mekanik, hal ini terjadi karena pengguna tidak mengetahui cara pemeliharaan media, misalnya : simpanlah media tersebut ditempat yang kering hindari kelembaban, gunakan silicon gel untuk menghindari jamur, dengan suhu tertentu dan alat – alat tersebut harus dinyalakan (dihangatkan) meskipun tidak dipakai minimal 5 menit dalam sehari. Petunjuk tersebut tertera dalam manual book ,jika dicermati dan dilaksanakan maka media akan bertahan lama, tidak cepat rusak.
§  Pertanyaan ketiga adalah apakah perlu dibentuk tim ahli dan pengguna media untuk mereview media tersebut. Hal ini dilakukan jika sekolah akan mengadakan media dalam jumlah banyak sehingga membutuhkan biaya besar, untuk menghindari ketidakcocokan media tersebut, maka sebaiknya sekolah membentuk tim yang terdiri dari ahli media (media specialist) dan guru sebagai pengguna yang juga menguasai materi pelajaran (content specialist). Secara teknis, sebelum pembelian maka pihak sekolah mengambil beberapa sampel media untuk dikaji oleh tim ahli, diujicobakan dalam lingkup terbatas oleh pengguna (user) baik guru maupun siswa, temuan dari tim ahli tersebut akan dijadikan sebagai dasar jadi atau tidak pembelian media tersebut.
§  Pertanyaan keempat adalah apakah terdapat media di pasaran yang telah divalidasi atau diujicoba ? sebaik – baik media adalah telah dilakukan validasi, sebab proses validasi dilakukan menggunakan prosedur ilmiah yang hasilnya tidak perlu diragukan lagi. Media yang dijual bebas dipasaran tidak semuanya hasil dari pengujian, akan lebih baik lagi kalau sudah dilakukan riset sebelumnya. Hal ini tentu saja untuk mengantisipasi point pertanyaan ketiga diatas. Jika ternyata media itu sudah dilakukan uji validitas yang dibuktikan dengan data, informasi kalau perlu sertifikasi uji validitas, maka hal itu lebih baik, karena akan lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya, daripada kita membentuk tim ahli, namun demikian kita harus mencermati dengan teliti bagaimana melakukan uji validitas tersebut apakah sudah sesuai dengan prosedur atau tidak.
§  Pertanyaan kelima adalah apakah media tersebut boleh direview terlebih dahulu sebelum membeli ? hal ini kaitannya dengan pertanyaan ketiga ketika pihak sekolah akan membentuk tim, proses pembentukan tim ini dilakukan jika media yang akan dibeli diperbolehkan untuk direview. Jika ya, maka selanjutnya proses review dilakukan oleh tim atau hanya oleh guru sendiri.
§  Pertanyaan keenam adalah apakah terdapat format review yang sudah dibakukan ? pertanyaan tersebut menjadi penting, karena salah satu syarat uji validitas adalah menggunakan instrument yang juga sudah valid. Instrumen yang sudah valid dan sudah dibakukan dapat digunakan oleh siapa saja, tidak harus melibatkan tim ahli lagi. Jika review dilakukan oleh sekelompok guru atau guru secara personal yang memiliki pemahaman terbatas tentang media tersebut, maka hasilnya tidak representatif untuk mengukur kevalidan media, maka dengan kemampuan yang terbatas menjadi tidak masalah jika menggunakan instrumen yang telah dibakukan. Mengapa instrumen tersebut dapat mengukur kevalidan media ? karena instrumen dihasilkan dari serangkaian kegiatan riset, dikaji oleh beberapa ahli media, ahli materi, ahli bahasa dan ahli khusus sesuai dengan karakteristik media tersebut, misalnya media internet, perlu juga dikaji oleh ahli information tecnology (IT) yang hasilnya dapat berupa format instrumen penilaian media internet yang sudah valid, dapat mereview media lain asal masih berkaitan dengan intenet.
B.       Kriteria Pemilihan Media
1.      Kriteria Umum Pemilihan Media
Dasar pertimbangan dalam pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran, jika tidak sesuai dengan kebutuhan  dan tujuan  maka media tersebut  tidak digunakan. Mc. M. Connel (1974) dengan tegas mengatakan if the medium fits use it” artinya jika media sesuai maka gunakanlah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian media :
a.         Tujuan pembelajaran
b.         Karakteristik siswa
c.         Modalitas belajar siswa (auditif, visual, dan kinestetik)
d.        Lingkungan
e.         Ketersediaan fasilitas pendukung
Ada beberapa kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media. Namun demikian secara teoritik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh  kepada efektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum sebagai berikut:



            
§   Kriteria pertama, kesesuaian dengan tujuan (instructional goals). Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa   yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari kajian tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu analisis dapat diarahkan pada taksonomi Bloom, apakah tujuan itu bersifat  kognitif, afektif dan psikomotor. Pada Kurikulum Berbasis kompetensi 2006, kriteria pemilihan media didasarkan atas kesesuaiannya dengan standar kompetensi dan indikator. Sebagai contoh lihatlah penggalan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berikut ini yang diambil dari kurikulum 2006.
Mata Pelajaran                 :  Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Kelas                                :  X
Semester                           : 1
Standar Kompetensi         : Menggunakan Ssistem Operasi (operating System) untuk    manajemen file dan periferal
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pengalaman belajar
Indikator Pencapaian
Media yang dipilih
Melakukan operasi dasar komputer
Menggunakan OS
Peran OS dalam komputer
§  Mencermati prosedur menghidupkan serta mematikan komputer
§  Mengikuti penjelasan peran OS pada program komputer
§  Mengamati secara teliti perintah-perintah OS yang ada
§  Mendemonstrasikan prosedur baku menghidupkan dan mematikan komputer
§  Menunjukan posisi OS dan program aplikasi yang terpasang
§  Mendeskripsikan perintah OS yang terpasang
§  Mengelola program aplikasi yang sedang berjalan
Komputer dan software sistem operasi


Secara eksplisit tujuan pembelajaran akan ditemukan dalam rencana pembelajaran seperti di atas. Dari kolom diatas, dapat kita cermati jika sebuah pembelajaran TIK akan dilaksanakan dengan indikator seperti tampak di atas, maka indikator media yang sesuai adalah apa yang dibutuhkan dalam indikator, jika indikatornya adalah mencermati prosedur menghidupkan serta mematikan komputer, mengikuti penjelasan peran OS pada program komputer , mengamati secara teliti perintah – perintah OS yang ada. Maka media yang tepat adalah seperangkat hardware komputer dan satu CD software operating system.  
§  Kriteria kedua, kesesuaian dengan materi pembelajaran (instructional content), yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana kedalamanan  yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa memprtimbangkan media apa yang sesuai untuk pemyampaian bahan tersebut. Contohnya dapat dilihat pada kolom kriteria dua di atas. Disana tertera dengan jelas materi pembelajaran, misalnya “Peran OS dalam komputer” dengan demikian media yang dianggap tepat adalah sesuai dengan materi yang diajarkan, jika pokok materinya itu maka komputer merupakan media yang dianggap paling tepat.      
§  Kriteria ketiga, kesesuaian dengan karakteristik pebelajar atau siswa. Dalam hal ini media harus familiar dengan karakteristik siswa atau guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang kan digunakan. Terdapat media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok untuk siswa  yang lain. Dengan demikian pemilihan media harus melihat kondisi siswa secara fisik terutama keberfungsian alat indra yang dimiliki. Selain itu perlu juga diperhatikan kemampuan awal siswa, budaya maupun  kebiasaan siswa. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari respon negatif siswa, serta kesenjangan pemahaman antara pemahaman yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajarnya dengan isi materi yang terdapat pada media tersebut.


§  Kriteria keempat, kesesuaian dengan teori. Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap media yang dianggap paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Media harus merupakanbagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran yang fungsinya untukmeningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
§  Kriteria kelima, kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Bobby DePorter (1999: 117) dalam buku Quantum Learning mengemukakan terdapat tiga gaya belajar siswa, yaitu : tipe visual audotorial dan kinestetik. Siswa yang memiliki tipe visual akan mudah memahami materi  jika media yang digunakan adalah media visual seperti  televisi, video,  grafis dan lain-lain. Siswa dengan tipe auditif, lebih menyukai cara  belajar dengn mendengarkan dibanding menulis dan melihat tayangan. Untuk mengidentifikasi tipe auditorial ini dapat dilihat dari kebiasaan belajarnya, misalnya : berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, senang membaca keras dan mendengarkannya, merasa kesulitan dalam menulis namun memiliki kecerdasan dalam berbicara, belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan. Tipe kinestetik lebih suka melakukan dibandingkan  membaca dan mendengarkan. Ciri – ciri tipe ini diantaranya : berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk memperoleh perhatian dari orang lain, belajar melalui manipulasi dan praktek, belajar dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari telunjuk ketika membaca dan lain – lain.
§  Kriteria keenam, kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Dalam pengadaan sebuah media akan lebih bagus apabila didukung oleh waktu dan fasilitas yang tersedia, maka proses pembelajaran pun akan efektif.  Media terkait juga dengan penggunaan, dalam hal ini guru, jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan media tersebut dengan baik maka akan sia-sia, begitu halnya dengsn fasilitas lainnya. Misalnya sekolah di sebuah desa terpencil membeli perangkat komputer untuk mata pelajaran TIK, namun hal itu menjadi tidak berfungsi dengan baik, karena ternyata di sekolah tersebut belum terpasang aliran listrik.   
2.       Kriteria khusus pemilihan media
Erickson (1993) memberi saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan media dalam bentuk check list sebagai berikut :
No
PERTANYAAN
KET
1.
Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?  
2.
Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar ?
3.
Apakah ada kaitannya dan mengenai secara langsung dengan tujuan pembelajaran
4.
Bagaimana format penyajiannya diatur ? Apakah memenuhi tata urutan yang teratur ?
5.
Bagaimana dengan materinya mutakhir dan authentik ?
6.
Apakah konsep dan kecermatannya terjamin secara jelas ?
7.
Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar ?
8.
Apakah penyajiannya objektif ?
9.
Apakah bahannya memenuhi standar kualitas teknis ?
10.
Apakah bahan tersebut sudah melalui pemantapan uji coba atau validasi ?

Tabel di atas menunjukkan cara dalam memilih media dengan memperhatikan aspek – aspek yang dipertanyakan di atas, dalam kata lain medianya sudah tersedia dan kita tinggal melakukan pemilihan dengan cermat.
Sejumlah kriteria khusus dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION yaitu akronim dari: access, cost, technology, interactivity, organization and novelty.


ACCESS
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid?
komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk murid. Dalam hal ini media harus merupakan bagian dalam interaksi dan aktivitas siswa.
COST
Dalam pengadaan media biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak media yang menjadi pilihan, namun pada umumnya media canggih cenderung mahal. Media yang efektif tidak selalu mahal jika guru kreatif dan menguasai betul materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek untuk dijadikan sebagai  media dengan biaya yang murah namun efektif.
TECHNOLOGY
Mungkin saja kita tertarik pada suatu media tertentu,  namun yang perlu dperhatikan adalah ketersediaannya teknologi dan mudah untuk menggunakannya.
INTERACTIVITY
Media yang baik adalah media yang dapat  memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
ORGANIZATION
Pertimbangan yang juga penting dalam hal pengadaan media adalah dukungan organisasi, misalnya pimpinan sekolah atau yayasan sekolah mendukung dan berpartisipasi dalm pengadaan media.
NOVELTY
Media yang lebih baru akan lebih baik dan lebih menarik bagi siswa. diantara media yang relatif baru adalah media yang memanfaatkan ICT atau teknologi informasi dan komunikasi khususnya  penggunaan internet
               
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Media memiliki banyak jenis dan klasifikasinya. Dilihat dari pengadaan media pembelajaran, dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu media yang sudah tersedia di lingkungan sekolah atau tersedia di pasaran, dalam hal ini media dirancang secara khusus oleh perusahaan terrtentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku, diproduksi secara massal, dan biasanya harganya relatif murah sehingga guru dengan mudah dapat memiliki dan menggunakannya karena media ini sudah siap pakai. Jenis media seperti ini disebut dengan media by utilization. Jenis media yang kedua disebut degan media by design. Jenis media yang kedua ini menuntut guru atau ahli media untuk merancang media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran tertentu. Masing – masing jenis media tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasannya. Kelebihan dari media yang siap pakai adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya untuk mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk kebutuhan tertentu memerlukan banyak waktu, tenaga maupun biaya, karena untuk menghasilkan media – media yang baik diperlukan pengujian kesahihan dan keandalannya melalui serangkaian kegiatan validasi prototipnya.
B.       Saran
Dalam penusunan makalah ini, Kami selaku Penyusun tentunya mengalami banyak kekeliruan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, di karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “. Maka dari itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran. UPI PRESS : Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar