Home

Senin, 14 November 2011

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT KEPALA BERNOMOR STRUKTUR ( NUMBERED HEADS TOGETHER) SEBAGAI INOVASI UNTUK MENGAKTIFKAN SISWA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh seorang guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

 B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.        Sebutkan permasalahan aktual yang layak untuk  di inovasi ?
2.        Jelaskan alasan mengapa permasalahan tersebut layak untuk di inovasi ?
3.        Mengapa metode diskusi kelompok pada umumnya masih kurang dapat mengaktifkan seluruh siswa untuk berpikir dalam memecahkan suatu masalah serta masih kurang bisa menumbuhkan rasa tanggungjawab diantara anggota – anggota kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok ?
4.        Bagaimana cara menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya.

C.      Tujuan Inovasi
Adapun tujuan inovasi yang harus dicapai adalah sebagai berikut :
1.        Menjelaskan permasalahan aktual yang layak untuk  di inovasi.
2.        Menjelaskan alasan mengapa permasalahan tersebut layak untuk di inovasi.
3.        Mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan berbagai penyebab metode diskusi kelompok sebagai metode yang masih kurang dapat mengaktifkan seluruh siswa untuk berpikir dalam memecahkan suatu masalah serta masih kurang bisa menumbuhkan rasa tanggungjawab diantara anggota – anggota kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok.
4.        Menerapkan model pembelajaran NHT Kepala Bernomor Struktur ( Numbered Heads Together) sebagai metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya.
D.      Metode Penulisan
Dalam makalah ini penyusun menggunakan metode kepustakaan yaitu membaca hal – hal yang berkaitan dengan tema dari beberapa sumber baik buku maupun internet.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.      Masalah Aktual yang Layak Di Inovasi
Masalah yang aktual dan layak untuk di inovasi adalah masalah penerapan metode diskusi kelompok yang seharusnya dapat mengaktifkan siswa untuk saling berpikir memecahkan suatu masalah dan siswa bisa saling bekerjasama serta memiliki rasa tanggungjawab dalam kelompoknya ternyata kenyataannya masih kurang berhasil diterapkan dalam  pembelajaran sehingga masih tetap saja tidak seluruh siswa ikut bekerjasama dan terlibat langsung dalam kegiatan diskusi, akibatnya siswa tetap saling mengandalkan satu sama lain dalam diskusi kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi kurang efektif.  

B.       Alasan Masalah Perlu Di Inovasi
Karena dengan menginovasi atau memperbaiki semua aspek – aspek yang dapat mendukung proses pembelajaran ke arah yang lebih baik, maka akan tercipta  situasi pembelajaran yang efektif di antara guru dan siswa serta proses pembelajaran itu sendiri. Diharapkan dengan menginovasi berbagai aspek pembelajaran dapat lebih membangkitkan motivasi  kegiatan belajar siswa di kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan kurikulum. Dengan demikian melalui kegiatan belajar, siswa diharapakn berhasil mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang lebih maju dan positif. siswa akan lebih terkembangkan potensi, bakat dan minatnya manakala guru mampu membimbing dan mengarahkannya dengan baik dan benar.

C.      Alasan Metode Diskusi Kelompok Kurang Dapat Mengaktifkan Siswa Dalam Proses pembelajaran
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979 : 251) manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang – kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai narasumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, diharapkan keaktifan siswa sangat tinggi.
Tetapi pada kenyataannya dalam proses pembelajaran, Penerapan metode diskusi kelompok pada umumnya yang seharusnya dapat mengaktifkan siswa untuk saling berpikir memecahkan suatu masalah dan siswa bisa saling bekerjasama serta memiliki rasa tanggungjawab dalam kelompoknya ternyata kenyataannya masih kurang berhasil diterapkan dalam  pembelajaran sehingga masih tetap saja tidak seluruh siswa ikut bekerjasama dan terlibat langsung dalam kegiatan diskusi, akibatnya siswa tetap saling mengandalkan satu sama lain dalam diskusi kelompoknya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor guru dan siswa itu sendiri, yaitu dari faktor guru salah satunya guru yang  kurang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode pembelajaran atau kemasan pembelajarannya kurang menarik minat siswa sehingga siswa itu menjadi kurang aktif dalam belajar saat berdiskusi kelompok, guru kurang dapat membimbing dan mengawasi siswa pada saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung, kurangnya pemberian motivasi kepada siswa saat akan melakukan diskusi kelompok, serta materi yang diberikan dapat menyulitkan siswa karena tidak sesuai dengan karakteristik dan kemauan siswa itu sendiri. Sedangkan faktor penyebab dari siswa itu sendiri yaitu salah satunya ada sebagian siswa yang merasa dirinya paling bisa dan paling dominan di kelas sehingga ia mampu memecahkan suatu permasalahan dengan individual dan terkesan kurang percaya kepada setiap anggota kelompoknya, sebaliknya ada siswa yang malas untuk ikut berpikir karena ia merasa bahwa dalam diskusi kelompok ada salah satu temannya yang dianggap pintar dapat mengerjakan tugas dalam memecahkan masalahnya.
Selain itu kebanyakan guru itu merasa enggan dan keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi : pertama, diskusi kelompok merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi kelompok sulit ditentukan; kedua, diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari sehingga proses pembelajaran akan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dilihat juga dari pengorganisasian materi pembelajaran, terdapat perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan antara metode diskusi kelompok  dengan metode lain seperti metode ceramah dan demonstrasi. Metode ceramah atau demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikan nya saja, sedangkan ini sangat berbeda dengan metode diskusi kelompok. Pada metode diskusi kelompok bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa secara mandiri, oleh karena itu tujuan utama metode diskusi kelompok bukan hanya sekedar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar yang terjadi pada setiap siswa.       
Dalam kegiatan diskusi kelompok pada umumnya sering terjadi kegiatan diskusi kelompok yang tidak efektif yaitu terkadang ada siswa saat berdiskusi kelompok yang mengambil jalan pintas dengan cara meminta tolong pada teman kelompok lain untuk mencarikan jawabannya. Hal ini tentunya akibat kurangnya bimbingan, petunjuk dan arahan dari guru saat membimbing ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung, maka dari itu guru yang merupakan seseorang yang sangat memegang peranan penting di kelas dalam mengorganisir proses pembelajaran, guru dituntut harus benar – benar kreatif dan inovatif dapat menerapkan setiap metode pembelajaran secara maksimal yang tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa. Sehingga proses pembelajaran akan efektif dan tercapai keberhasilan siswa dalam belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

D.      Menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur ( Numbered Heads Together) sebagai metode diskusi kelompok yang inovatif

 Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur ( Numbered Heads Together) sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dan  Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.        Hasil belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.        Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar belakang yang berbeda.
3.        Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)        Pembentukan kelompok;
b)        Diskusi masalah;
c)        Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000 : 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar yang berbeda. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
  1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  2. Memperbaiki kehadiran
  3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
  4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
  5. Konflik antara pribadi berkurang
  6. Pemahaman yang lebih mendalam
  7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
  8. Hasil belajar lebih tinggi
Jadi, model Number Head Together (NHT) merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.
Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk mengembangkan potensi to live together yaitu melalui model pembelajaran kooperatif. Pada aktivitas pembelajarannya menekankan pada kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. langkah-langkah dalam menerapkan NHT yaitu :
a.        Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b.        Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
c.         Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d.        Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Dengan melihat sintaksnya saja, Anda pasti dapat mengira-ngira apa saja kelebihan dari model ini,sebagaimana dijelaskan oleh Hill (!993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Langkah-langkah :

1.        Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.        Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.        Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.        Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.        Kesimpulan
Singkatnya, NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan 4 tahap kegiatan. Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, dan 4. Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Keempat, guru menyebut nomor (1, 2, 3, atau 4) dan siswa dengan nomor yang bersangkutan yang harus menjawab (Widdiharto, 2004:18).

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur

1)   Kelebihan :
a.       Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b.      Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c.       Melatih tanggung jawab siswa.
d.      Menyenangkan siswa dalam belajar.
e.       Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f.       Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g.      Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h.      Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i.        Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j.        Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
k.      Pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

2)   Kelemahan
a.    Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi).
b.    Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
c.    Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomor selanjutnya.
 
 BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Jadi salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok pada proses pembelajaran guru harus  kreatif dan inovatif dalam memilih setiap metode pembelajarannya serta bisa mengembangkan dalam kegiatan pembelajarannya, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur (Numbered Heads Together) sebagai inovasi yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya.

B.       Saran
Dalam penusunan makalah ini, Penulis tentunya mengalami banyak kekeliruan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, di karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “. Maka dari itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Prestasi Pustaka : Jakarta.
Usman, Moh. Uzer, Drs. 2002. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung. 
Zaini, Hisyam, dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CSTD.    




2 komentar:

  1. maaff mau tanya di model NHT ini tidak ada ya kalo dari awalnya itu menjelaskan materi?? masa langsung penomoran ya

    BalasHapus