PELAKSANAAN PENILAIAN HOLISTIK
Berdasarkan
pengamatan yang pernah dilakukan mengenai pelaksanaan penilaian holistik
pelajaran membaca dan menulis oleh guru kelas awal, berikut ini disajikan
secara ringkas tahapan peristiwanya. Contoh ini hanyalah sebagai salah satu
model yang bila diterapkan harus disesuaikan selaras dengan situasi kelas dan
kemampuan anda.
1.
Pada awal pembelajaran, guru menginformasikan
kepada siswa tujuan dan hasil pembelajaran yang diharapkan selama satu tahun,
dan tata tertib kelas. Siswa diminta untuk menyampaikan pertanyaan dan
komentarnya. Untuk kelas I khususnya, hal ini agak sulit dilakukan karena siswa
masih asing dengan siswa lain atau gurunya. Tetapi sesudah beberapa hari, dan
dengan dibantu oleh guru, murid secara bertahap dapat melakukannya. Selain itu
guru memperkenalkan hal – hal yang ada di kelas dan hubungannya dengan siswa,
termasuk map kumpulan tulisan serta dinding tempat pemanjangan hasil tulisan
siswa.
2.
Guru melakukan tes awal untuk
mengidentifikasi rata – rata kemampuan anak dalam membaca dan menulis. Hasil
tes itu dimanfaatkan guru untuk titik tolak pembelajaran dan pengelompokkan
siswa. Biasanya pengelompokkan itu dilakukan guru dengan mencampurkan anak yang
kurang, sedang, dan baik kemampuan menulisnya. Dengan tujuan, agar anak yang
sudah mahir dapat membantu dan dijadikan model anak yang belum lancar baca -
tulis.
3.
Guru meminta anak untuk menetapkan
tujuan dan hasil belajar baca – tulis yang ingin dicapainya. Bagi kelas I, hal
itu dilakukan dengan wawancara beberapa anak secara individual ketika siswa
lain sedang mengerjakan tugas. Wawancara berlangsung sekitar 4 menit untuk
setiap anak. Kegiatan ini diselesaikan guru sekitar dua minggu. Bagi anak kelas
I, yang sudah agak lancar baca – tulis, kegiatan ini dilakukan secara klasikal.
Hasilnya diperiksa guru dan diberikan komentar. Guru mengembalikan kepada anak
dan memberikan kesempatan untuk memperbaikinya bila dirasakan ada hal yang
kurang. Sesudah itu, anak membawanya pulang untuk dibaca dan dikomentari orang
tuanya. Apakah manfaat penetapan tujuan, hasil belajar, serta usaha yang akan
ditempuh anak? Sangat penting! Bagi guru, ia akan tahu keinginan dan harapan
anak, baik secara individual atau umum.
Bagi
siswa sendiri, mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap rencana dan
keinginannya. Dengan cara ini maka anak – anak yang usaha, sikap, dan hasil
belajarnya kurang baik, akan diingatkan guru dengan rencana anaknya, diharapkan
membantunya mencapai rencana itu. Berikut ini adalah contoh tujuan dan
keinginan belajar yang ditetapkan anak kelas I yang dituliskan gurunya.
Nama
: Bakir
Tanggal
: 28 – 07 – 1977
Cawu
I :
Tujuan belajar
Baca – Tulis
- Saya
ingin bisa baca cerita, baca koran sendiri
- Saya
mau bisa nulis surat untuk kakek di kampung
|
4.
Disela – sela pembelajaran, guru
melakukan pengamatan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menangkap hal – hal yang
berkaitan dengan sikap, tanggapan, usaha, kesulitan, dan kemajuan belajar anak,
baik secara individual atau keseluruhan. Hasilnya dapat dimanfaatkan guru untuk
melakukan perbaikan pembelajaran atau membantu anak yang secara khusus
membutuhkan bimbingan. Perhatikan contoh catatan observasi guru (catatan
anekdot) mengenai perkembangan kemampuan baca tulis anak kelas I sebagai
berikut :
Putri
|
Farid
|
5
– 8 – 1997
Sudah
bisa menuliskan namanya dengan benar, membaca, dan mengejanya. Huruf – huruf
yang sudah diajarkan dia ingat dengan baik dan dapat menuliskannya dengan
benar.
|
5
– 8 – 1997
Dia
berusaha menuliskan namanya dengan benar. Kalau dia lupa hurufnya, dia lihat
daftar huruf pada dinding kelas. Dia dapat membacakan namanya meskipun perlu
waktu agak lama.
|
5.
Guru mengumumkan tiga buah bacaan wajib
dan dua bacaan bebas (didpilih oleh siswa sendidri dengan bantuan gurunya)
selama satu caturwulan, berikut tugas yang harus dilakukannya. Bacaan itu
berupa buku atau kopi tulisan. Sebagian besar bacaan itu dituangkan kedalam
suatu daftar berikut target waktu penyelesaiannya. Banyaknya bacaan dan tugas
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi anak. Tugas bacaan itu adalah sebagai
berikut :
a.
Bagi kelas I : Guru menugaskan untuk
meminta orang tuanya membacakan bacaan pertama dan kedua; bacaan ketiga dan
seterusnya siswa diminta membaca sendiri dengan bantuan orang tuanya. Tegasnya
tugas membaca ini di PR- kan sehingga tidak menyita waktu belajar sekolah.
Setiap minggu, secara berkelompok siswa membacakan bacaan yang telah didengar
atau dibaca di rumah kepada kawan – kawannya sekaligus menjelaskan sendiri.
Mungkin anda bertanya – tanya, “bagaimana mungkin mereka bisa melakukan hal itu
padahal mereka belum bisa membaca? Inilah uniknya! Dengan memorinya siswa
mengingat – ingat bacaan yang telah didengar dan dibacanya itu. Mereka pun
kadang – kadang menggunakan pengetahuan tentang uruf yang sudah dipahaminya.
Jadi pada umumnya mereka berlaku seperti atau seolah – olah membaca. Dari
bacaan itu, siswa diminta memberikan tanggapan atau simpulan atas tiga
bacaannya secara tertulis. Sekali lagi, karena mereka belum dapat menulis maka
tulisan itu hanya dipahami sendiri oleh mereka. Untuk itu, guru meminta orang
tua masing – masing untuk menanyakan kepada anak dibawah tulisan si anak. Lalu,
guru memeriksa tanggapan anak dan memberinya skor. Salah satu bacaan dan
tanggapan anak ditanyakan guru dalam konferensi individual, dan menuliskan apa
yang dimaksudkan anak dibawah tulisan si anak.
b.
Bagi anak kelas II : Guru meminta siswa
untuk membaca tulisan itu dirumah dan membuat tiga tanggapan tertulis atas tiga
bacaan itu. Tanggapan itu diperiksa guru dan diberikan catatan, baik pujian
atau saran perbaikan. Hasil pemeriksaan ini digunakan untuk berkonferensi
dengan setiap siswa. Setiap minggu secara berkelompok, setiap siswa diminta
membacakan bacaan itu di depan teman – temannya. Ketika itu pula, guru
melakukan konferensi secara bertahap dengan beberapa siswa. Kegiatan konferensi
itu diisi dengan kegiatan murid membacakan bacaannya dan mendiskusikan hasil
tanggapan tertulis yang diberikan oleh siswa tersebut. Guru memandu siswa untuk
menemukan hal – hal baik dari tanggapannya, serta kekurangan dan cara
memperbaikinya. Bagi kelas I, karena sudah relatif lancar baca – tulis, mereka
tidak terlalu kesulitan untuk menuliskan tanggapan atas bacaannya. Pada salah
satu konferensi membaca, guru juga melakukan wawancara berkenaan dengan minat,
sikap, dan kegiatan membaca siswa. Panduan wawancara yang digunakan guru
seperti berikut ini :
Nama
:
.................................
Tgl
:
.................................
Kelas
:
.................................
Wawancara Pembaca
dan Penulis Pemula
A. 1. Ceritakan,
apa saja bacaan yang kamu baca!
2.
Apakah kamu membaca sendiri?
Kalau tidak, siapa saja yang
membantumu membaca?
3.
Apakah kamu suka membaca?
Mengapa? Bagaimana caranya?
4.
Apakah kamu suka belajar
membaca? Mengapa? Bagaimana caranya?
5.
Kesulitan apa yang kamu
rasakan ketika membaca (belajar membaca)?
Apasaja yang kamu lakukan untuk
mengatasi kesulitan membacamu?
Bantuan apa yang kamu harapkan dari
Bapak / Ibu gurumu agar kamu cepat pandai membaca?
B. 1. Apa saja yang suka kamu tulis di rumah?
Mengapa?
2.
Apakah kamu menulis sendiri? kalau tidak, siapa saja yang
membantumu?
3.
Apakah kamu suka belajar menulis? Mengapa?
4.
Kesulitan apa yang kamu hadapi ketika menulis (belajar menulis)?
Lalu, apa yang kamu lakukan untuk mengatasi kesulitanmu? Bantuan apa yang
kamu harapkan dari Bapak / Ibu gurumu agar kamu cepat pandai menulis?
|
6. Setiap menyelesaikan satu unit pelajaran
atau sebelum pindah ke materi baru, guru mengadakan tes membaca dan menulis
yang disajikan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Tes itu dibuat oleh guru
atau guru memodifikasi tes – tes yang telah tersedia sesuai kebutuhan. Tes itu
diperiksa oleh guru atau bersama – sama siswa. Khusus untuk tes mengarang maka
perskoran didasarkan atas kesan umum karangan anak dengan mencantumkan
kelebihan dan kekurangannya. Inilah yang disebut perskoran holistik. Dengan
cara ini anak tidak sekedar tahu tulisannya baik atau tidak, tetapi dia juga
dapat melihat kelebihan dan kekurangannya.
Penilaian
karangan dengan perskoran holistik dilakukan dengan tahap – tahap seperti
berikut :
a.
Untuk menjaga keajegan penilaian, guru
terlebih dahulu membuat rambu – rambu penilaian. Perhatikan contoh rambu –
rambu perskoran karangan untuk kelas dua atau kelas yang lebih tinggi berikut
ini!
Skor
|
Penjelasan
|
E
|
Karangan
hanya berupa kata – kata atau kalimat yang tidak jelas ujung pangkalnya.
|
D
|
Karangan
sangat umu, tidak terfokus. Kaitan satu kalimat dengan kalimat lain tidak
jelas.
|
C
|
Karangan
jelas arahnya. Siswa tampaknya berusaha keras untuk menyampaikan idenya,
tetapi dia tidak tahu bagaimana
|
B
|
Ide
– ide karangan terorganisasi dengan relatif baik. Pada umumnya, ide antar
kalimat satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Hanya saja detail dari
setiap gagasan masih kurang.
|
A
|
Karangan
tersusun secara runtut, detail, gagasan lengkap, dan pesan yang ingin
disampaikan jelas. Sangat sedikit kesalahan ejaan, fungtuasi, dan pilihan
kata.
|
b. Membaca secar utuh karangan siswa.
c. Memfokuskan
pada kelebihan atau kekuatan karangan siswa.
d. Memeriksa
secara bertahap, komponen karangan yang jadi fokus penskoran, misalnya,
keterbatasan, tulisan, ejaan, dan fungtuasi dulu, atau struktur kalimat, dan
sebagainya; serta kekurangan – kekurangannya. Mengapa kekurangan siswa harus
ditunjukkan secara bertahap ? pertama, pengajaran unsur menulis juga dilakukan
bertahap. Kedua kemampuan menulis siswa diperoleh secara berproses. Kalau kita
menunjukkan semua kekurangan karangan siswa sekaligus, itu tidak adil dan
membahayakan. Mengapa? Karena akan banyak sekali kekurangannya. Siswa bisa
frustasi dan tidak tahu mana dulu yang harus diperbaiki.
e. Mencantumkan
skor karangan yang diperoleh, berikut komentar
terhadap kebaikannya dan catatan atas kekurangannya beserta saran –
saran perbaikan yang harus dilakukan siswa.
Penilaian
karangan itu dapat juga dilakukan oleh siswa sendiri dengan berbekal rambu –
rambu penilaian yang telah disepakati. Dalam pada itu, ketika menilai karangan,
guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaikinya dua atau
tiga kali sampai mereka sendiri benar – benar merasa puas bahwa karangan yang
dihasilkannya adalah karangan terbaik yang dapat dilakukannya. Bagaimanapun
hampir tidak ada karangan yang baik, yang hanya diselesaikan sekali tulis.
Apalagi mereka, para siswa kelas awal. Untuk itu, sebelum sampai pada penilaian
final, pemeriksaan buram (draft)
karangan pertama dan kedua dapat dilakukan guru bersama siswa untuk menemukan
kelebihan dan kelemahan karangannya serta cara memperbaikinya. Guru juga
menanyakan kepada siswa kesulitan – kesulitan menulis yang dialaminya dan
memberikan jalan keluar. Hasil wawancara itu dicatat sebagi bahan untuk melihat
perkembangan kemajuan setiap siswa dalam menulis. Mintalah siswa untuk membuat
target waktu penyelesaian perbaikan karangannya sampai benar – benar final.
Semua buram (draft) karangan
dimasukkan ke dalam map kumpulan karya siswa. Contoh penilaian karangan
tersebut tampaknya lebih sesuai untuk kelas II atau kelas lainnya yang sudah
lancar baca tulis. Lalu, bagaimana dengan mengarang yang dilakukan oleh kelas I
? kepada mereka pun berikan tugas mengarang. Hanya saja, karangan yang diminta
biasanya membuat gambar dan menuliskan cerita tentang gambar – gambar tersebut.
Setelah selesai, periksa karangan itu melalui wawancara individual. Tanyakanlah
maksud tulisannya itu apa. Dengan memorinya, biasanya siswa dapat mengingat apa
yang ditulisnya. Nah, apa yang dikatakan siswa, tuliskan oleh guru maksud
sebenarnya dibawah tulisan yang disusun oleh siswa. Setelah itu mintalah siswa
untuk memperbaiki karangannya berdasarkan contoh tulisan yang guru berikan
hanya saja fokus penilaian lebih
ditunjukkan kepada simbolisasi huruf, perangkaian huruf menjadi kata, spasi
antar kata, cara menulis, adanya ide yang ingin disampaikan siswa, dan
sebagainya.
7.
Dalam hal ini, guna melatih siswa
menggunakan kemampuan berbahasa untuk berbagai keperluan, sesekali siswa
ditugasi guru untuk melakukan survei atau penelitian kecil – kecilan, baik
secara individual ataupun kelompok, dan melaporkannya secara lisan dan
tertulis. Penelitian yang dilakukan misalnya, mensurjenis permainan, atau jenis
sayuran, ikan, daging, buah – buahan, yang disukai anggota keluarganya atau
teman – teman sekelasnya.
8.
Secara berkala, karangan atau tulisan
siswa yang menurut siswa sendiri baik (pengambilan keputusannya dibantu oleh
guru), dapat dipajang di dinding kelas.
9.
Berdasarkan data hasil observasi dan
wawancara yang dilakukannya, setiap bulan guru meringkas temuannya. Berdasarkan
temuan itu pula, dia melakukan refleksi (perenungan) dan penilaian dari (self – evaluation) dalam mengajar.
Perhatikan contoh panduan penilain diri guru sebagai berikut :
Penilaian
Diri Guru
1.
Hal – hal yang sudah dapat saya
lakukan dengan baik pada bulan ini
2.
Hal – hal yang masih ragu,
belum mantap, dan belum dapat dikerjakan dengan baik.
3.
Saya harus mengatasi masalah atau kesulitan yang saya hadapi
dengan cara .
4.
Suasana pembelajaran, kesan dan
tanggapan siswa atas pembelajaran baca tulis yang dilakukan.
5.
Tanggapan orang tua dalam
pelibatan mereka terhadap tugas sekolah anaknya. Yang harus saya lakukan
agar pembelajaran mendatang lebih baik
|
Hasil evaluasi ini, seperti hasil pengamatan atau wawancara, disimpan dalam dokumen guru.
10.
Menjelang akhir caturwulan, setiap siswa
diminta untuk memilih hal – hal terbaik berkenaan dengan pekerjaan baca
tulisnya yang terdapat dalam kumpulan karyanya dan menuliskan alasannya. Hasil
pilihan inilah yang dimasukkan ke dalam fortofolio siswa. Berdasarkan
pengamatan hasil karyanya, setiap siswa (untuk siswa kelas I dibantu guru) juga
diminta untuk menilai dan menuliskan kemajuannya. Baik alasan pemilihan atapun
hasil penilaian siswa, dimasukkan kedalam portofolionya. Perhatikan contoh
alasan yang dikemukakan siswa kelas I mengenai pilihan karangan untuk
portofolionya. Alasan yang dikemukakan oleh siswa kelas I biasanya masih
bersifat personal. Misalnya, “saya memilih ini karena saya suka“. Tetapi,
ketika ditanyakan kenapa dia meyukainya, biasanya dia diam, tidak tahu harus
menjawab apa, atau dia mengulangi jawaban yang pertama tadi, “ya, karena saya
suka”. Berikut ini adalah contoh alasan pemilihan tanggapan atas bacaan yang
dituliskan oleh siswa kelas II. Perhatikan pula contoh hasil penilaian salah seorang
siswa kelas Iiatas kemajuannya belajar menulis.
Sesuadah
itu, dengan pengantar surat dari guru, portofolio tersebut dibawa murid kepada
orang tuanya. Orang tua diminta mempelajari dan menuliskan hasil penilaian,
komentar, dan saran – saran untuk kemajuan belajar anaknya. Biasanya mereka
diberi waktu sekitar satu minggu.
Perhatikan
contoh panduan penilaian orang tua berikut ini !
Nama Anak
Penilaian Orang
Tua Murid
1.
Kemajuan baca tulis yang telah
dicapai anak saya :
2.
Minat anak saya tampaknya
berkenaan dengan :
3.
Kelebihan atau kekuatan anak
saya terletak pada :
4.
Hal – hal yang perlu diperbaiki
anak saya berkenaan dengan baca tulis :
.......................................
Orang
Tua / Wali Murid
|
Penilaian
atas setiap siswa ini juga diberikan dan dituliskan oleh guru pada secarik
kertas. Hasil penilaian orang tua dan guru, kemudian dibaca dan disimpan anak
di dalam portofolionya. Porfolio itu kemudian dikembalikan lagi ke kelas untuk
dipergunakan selama siswa berada di kelas itu. Kegiatan seperti ini dilakukan
setiap menjelang akhir caturwulan. Setelah satu tahun, dan siswa berpindah
kelas, portofolio ini diberikan guru kepada wali kelas berikutnya. Untuk apa?
Sebagai masukan bagi guru mengenai sikap, perkembangan, kemajuan, dan kemampuan
yang diperoleh siswa. Dengan cara ini, si guru dapat merancang pembelajaran
dengan lebih baik.
11.
Pada akhir caturwulan, guru meringkas
hasil penilaiannya. Untuk penilaian yang bersifat non tes, guru meringkasnya
sebagai bahan laporan. Hasil evaluasi ini dipertimbangkan pula dan
dikombinasikan dengan nilai hasil tes yang dituangkan ke dalam angka untuk
pengisian rapor.
PELAKSANAAN
PENILAIAN HOLISTIK
Dlam
menerapkan sesuatu yang baru, seperti penilaian holistik, di perlukan
ketekunan, kedisiplinan, dan kesabaran. Namanya saja baru, pemahaman dan
pengalaman kita pun masih baru. Anda masih ingat ketika ramai-ramainya
penerapan pendekatan CBSA? Apa yang terjadi? Kegagalan, bukan? Mengapa itu bisa
terjadi? Banyak faktor! Penyebab kegagalan CBSA bukan karna CBSA-nya yang
buruk, tetapi manusia yang menggunakannya. Kita menerapkan CBSA tanpa memahami
dulu dengan baik hakikat dan tujuan pendekatan tersebut. Kita tidak mengerti
persis apa, mengapa, dan bagaimana. Akibatnya, kita hanya berkutat dengan
“wadah atau cangkang”dan mengabaikan isinya. Kita seolah-olah telah menerapkan
CBSA, padahal tidak.
Akhirnya,
muncul berbagai keluhan. Komentar buruk tentang CBSA pun berhamburan:
pendekatan CBSA buang waktu, merepotkan,
hanya melayani anak pandai dan kurang memperhatikan anak yang kurang pintar,
mengganggu kesehatan siswa karna harus selalu duduk berkelompok dan melihat
guru dengan memiringkan kepala, sisawa yang aktip sedangkan gurunya tidak, dan
banyak lagi. Pendekatan CBSA pun di salahkan. Bahkan di beberapa tempat,
CBSA dlarang di gunakan untuk
pembelajaran. Sangat mnyedihkan!
Oleh
karna itu, penerapan sesuatu yang baru itu hendaknya bertahap. Mengapa? Karna
ia tidak berdiri sendiri. Penerapan pendekatan holistic, misalnya, pasti
berkaitan dengan dan akan mempengaruhi aspek-aspek lain dalam pembelajaran,
seperti perencanaan, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas,penilaian, serta
sikap dan hubungan guru dengan murid.
Sebagai
contoh, penilaian holisatik itu hanya dapat di lakukan dan berhasil dengan baik
bila pembelajaran berpusat pada siswa (child-centres).
Siswa adalah subjek dan inti pembelajaran, yang terlibat secara aktip di
dalamnya. Implikasinya, guru dituntut memiliki sikap terbuka, demokratis,
menghormati keberadaan siswa. Guru lebih
berperan pada motivator, fasilitator, dan administrator.
Tetapi
sebagai perancang dan pemimpin pembelajaran, guru harus memahami dan menyiapkan
dengan baik apa yang akan di ajarkan dan bagaimana mengajarkannya.
Pendekatan
penilaian tersebut berpendapat bahwa belajar, mengajar, dan penilaian adalah
rangkaian aktivitas yang sangat terkait erat, bahkan tidak dapat di pisahkan satu
dari yang lainnya. Begitupula aspek2 pelajarannya. Di dalam bahasa Indonesia,
misalnya, penilaian holistic memandang hubungan erat dan saling mempengaruhi di
antara belajar, mengajar, dan evaluasi menyimak, berbicara, membaca, menulis,
kebahasan, dan apresiasi. Dengan demikian maka penilaian harus di lakukan
secara utuh, terus-menerus sepanjang pembelajaran; di tunjukan pada proses dan
hasil; serta mencakup aspek fisik, emosi, social dan intelektual anak secara
seimbang.
Bagaimana
penilaian tersebut. Nah, materi ini sudah terjadi pada Kegiatan Belajar 1. Anda
pun pasti telah mempelajari dan memahaminya dengan baik. Selanjutnya, pada
Kegiatan Belajar 2 ini anda akan mengkaji persiapan dan pelaksanaan penilaian
evaluasi holisik di dalam kelas, khususnya kelas awal.
Dengan
demikian,setelah mepelajari Kegiatan Belajar 2 ini, anda di harapkan dapat:
1. Mempersiapkan
penerapan penilaian holistic;dan
2. Melaksanakan
penilaian tersebut dengan baik.
A.
PERSIAPAN
PENERAPAN PENILAIAN HOLISTIK
Sebelum menerapkan penilaian holistic di
dalam maka prhatikanlah langkah-langkah persiapan berikut terlebih dahulu.
1.
Dengan baik apa, mengapa, dan bagaimana
penilaian holistic (lihat materi Kegiatan Belajar 1).
2. Menentukan
faktor aspek pelajaran yang akan dinilai secara holistic.
Seperti
yang telah di sampaikan di muka. Pemula hendaknya menerapkan Memahami penilaian
ini secara bertahap. Anda
Untuk
itu, anda harus menentukan terlebih dahulu aspek pelajaran yang akan di: apakah
menymak, berbicara, membaca, atau menulis?
Penulis
mengarahkan agar anda memulainya dengan menulis dan membaca. Mengapa? Selain
sebagai salah satu aspek yag di tekankan di dalam kurikulum 1994, keduanya
merupakan kterampilan berbahasa yang rlatif sangat kompleks. Dari aspek
pelajaran akan di hasilkan sejumlah karya siswa yang sangat kaya untuk bahan
penilain holistic. Nah, kalau isi sudah dapat anda lakukan dengan baik, anda
dapat di tambahkan dengan menyimak, berbicara, dan menerpadukannya dengan mata
pelajaran lainnya seperti matemaika.
Menurut
pengakuan seorang guru SD di USA tahap pertama menerapkan penilaian holistic
ini sangat menentukan. Kalau tahap ini sudah terkuasai dengan baik maka
berikutnya tidak terlalu banyak
persoalan, menurutnya, ia membutuhkan waktu sekitar 4 tahun untuk
benar-benar mantap dalam meneraapkan penilaian holistic terhadap menulis dan
membaca sebelum mnambahnya dengan aspek pelajaran bahasa lain.
Kalau
begitu, bagaimna penilaian aspek pelajaran bahasa yang lainnya, seperti
menyimak dan berbicara? Untuk sementara, lakukanlah penilaiannya dulu dengan
cara yang biasa anda kerjakan.
3. Merenungkan
dan memahami kebiasaan pembelajaran yang telah anda lakukan
Pahamilah
bagaimana anda bias mengajar.
Kemudian,lihatlah celah penyesuaian yang dapat dan harus anda lakukan sehubung
dengan penerapan penilaian holistic.penyesuaian itu mungkin berkaitan dengan
sikap mengajar, pengaturan waktu, rencana pembelajaran, strategi pembelajaran,
pengelolaan kelas, atau cara penilaian dan pemanpaatan hasilnya.
4. Memantapkan
tujuan penilailaian holistic yang akan anda lakukan.
5. Menyiapkan
dan mengembangkan rencana pembelajaran dan penilaian.
Pada
tahap ini, hal yang pertama anda lakukan adalah mempelajari dan memahami tujuan
dan materi pembelajaran kelas anda selama satu tahun atau minimal satu
caturwulan, terutama yang berkaitan dengan menulis dan membaca (karna aspek ini
yang di pilih untuk di nilai secara holistik). Berikutnya, butlah rencana
program tahunan,lalu pecah menjadi catruwulan, bulanan, dan mingguan. Untuk
mempermudah anda sajikan rencana itu ke dalam table yang terbagi atas komponen
tujuan, materi, serta strategi pembelajaran dan penilaiannya.
6. Berdasarkan
rencana yang tertuang pada table yang anda buat,tentukan apa yang anda buat,
tentukan apa yang akan dinilai dan kapan melakukannya. Untuk menerapkan penilaian
holistic ini , sebaiknya mulai dari awal catruwulan.
7. Merancacang
alat penilaian tes dan non-tes sesuai dengan tujuan dan aspek yang akan di
nilai (proses dan hasil; perkembangan; kemajuaan; dan hasil belajar).
Penyempurnaan alat penilaian dilakukan
menjelang kegiatan pembelajaran.
8. Menyiapkan
perangkat pendukung kelas untuk penilaian holistic, yang mencakup hal-ini
berikut ini:
a) Map yang
berisi kumpulan semua pekerjaan baca tulis siswa yang belum di pilih. Label map
terserah anda. Anda dapat memahaminya, misalnya ”Kumpulan Karya Budi” atau
mungkin anda punya nama yang lebih baik. Isinya dapat berupa tulisan nama siswa
sendiri, surat, karangan (drapt kasar
atau yang final), daptar bacaan siswa, komentar siswa mengenai suatu
bacaan, gambar, hasil penilaian mengenai siswa
yang bersangkutan yang dilakukan oleh siswa ataupun guru terhadap
kemajuan belajarnya, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan
menulis siswa.
b) Map yang
berisi tulisan-tulisan terpilih dari map di atas, pemilihan tulisan yang dianggap
siswa paling baik dan bermakna dilakukan oleh siswa dan di bantu oleh guru dan
orang tuanya. Map kedua ini dinami,
seperti “protofolio budi”.
c) Tempat
penyimpanan map siswa. Anda dapat menggunakan meja,lemari cabinet, atau apapun,
yang penting rapid an mudah di jangkau siswa.
d) Dinding
kelas tempat penempelan tulisan siswa yang secara perode di ganti.
e) Meja dan
kursi untuk wawancara atau konferensi guru dengan siswa. Letakkan di
samping atau di pojok, sehingga tidak
mengganggu siswa yang lain.
f) Dokumen
guru yang berisi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar