Home

Selasa, 01 November 2011

Filsafat Pendidikan


 Judul Makalah : Aliran Filsafat Esensialisme

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Esensialisme dikenal sebagai gerakan pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan.Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial,yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu.Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu, karena itu Esensialisme tergolong tradisionalisme.
Sekalipun pada awalnya tidak terorganisasi,Esensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap Progresivisme.Esensialisme mempunyai pandangan tentang kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan Progresivisme.Esensialisme menolak pandangan Progresivisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah,fleksibel,particular,dan bahwa nilai – nilai itu relative.Menurut Esensialisme landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab dapat menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah – ubah,pelaksanaan pendidikan yang tidak stabil dan tidak menentu,bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah pendidikan.Karena itu menurut Esensialisme pendidikan harus bersendikan nilai – nilai yang dapat mendatangkan kesetabilan.Untuk itu maka perlu dipilih nilai – nilai yang mempunyai tata yang jelas atau yang telah teruji.Nilai – nilai yang dimaksud dasarnya telah diletakan para filsuf pada zaman klasik ( Plato,Aristoteles,dan Democritos ),juga yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan- pandangan esensialis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke-19.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Bagaimana prinsip-prinsip filosofis berdasarkan aliran filsafat Esensialisme?
2.        Bagaimana implikasi pendidikan berdasarkan aliran filsafat Esensialisme?
3.        Bagaimana tanggapan kelompok mengenai kaitan aliran filsafat esensialisme dengan undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan aplikasinya di sekolah dasar?
1.3     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Selain itu juga bertujuan agar dapat memahami secara mendalam mengenai:
1.         Prinsip- prisip filosofis yang meliputi hakikat manusia, hakikat realitas, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai berdasarkan aliran filsafat esensialisme.
2.         Impilkasi pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan, peranan siswa, peranan guru, kurikulum, dan metode berdasarkan aliran filsafat esensialisme.
3.         Tanggapan kelompok mengenai kaitan aliran filsafat esensialisme dengan undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan aplikasinya di sekolah dasar.
 
BAB II
PRINSIP-PRINSIP FILOSOFIS

Prinsip - Prinsip Filosofis Berdasarkan Aliran Filsafat Esensialisme
2.1 Hakikat Manusia
Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.
2.2 Hakikat Realitas
Esensialisme merupakan suatu konsesi bahwa dunia ini atau realita ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Esensialisme mengakui adanya realita obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal. Konsep tata atau order tersebut menurut Idealisme dan Realisme sebagai berikut.
Ontologi Idealisme. Pendukung Esensialisme adalah Idealisme Objektif atau Idealisme Absolut. Filsuf Idealisme objektif klasik yaitu Plato, Plato meyakini adanya dunia (realitas) ideal yang abadi dan dunia (realitas) material yang temporal serta fana. Realitas Ideal yang abadi itulah hakikat akhir dari segala realitas, sedangkan realitas material yang temporal dan fana hanyalah penampakan saja atau hanya copy dari realitas ideal. Kelompok Idealisme Objektif modern (seperti Hegel, dll) berpendapat bahwa hakikat akhir realitas  adalah Pikiran Yang Mutlak (Absolut Mind; Absolut Reason; Tuhan). Realitas adalah Pikiran Yang Mutlak yang mengepresikan dirinya dalam dunia luar, karena itu hukum-hukum pikiran adalah hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara Zat Yang Mutlak menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia (Titus,dkk,1959). Sejarah adalah pikiran Tuhan yang diekspresikan, sejarah adalah dinamika abadi yang merubah dunia, yang mana ia secara spiritual adalah realitas (Mohammad Noor Syam, 1984). Dalam hal ini, maka Tuhan adalah sumber dari segala gerak perubahan tersebut oleh Hegel disebut hukum dialektika (yaitu: tesis- antitesis- sintesis). Karena itu, segala sesuatu yang ada dan ysng akan terjadi di dunia ini adalah menurut tata tertentu, adapun order atau tata tertentu itu bersumber dari yang Absolut.
Ontologi Realisme. Realisme pendukung Esensialisme adalah Realisme Objektif. Menurut aliran ini hakikat realitas bersifat eksternal dan objektif, artinya berada di luar subjek atau manusia dan independen dari pikiran manusia. Selain itu, realitas bersifat teratur berdasarkan hukum-hukum yang tidak tunduk kepada kehendak manusia. Alam semesta merupakan kesatuan yang mekanis menurut hukum alam obyektif ( kausalitas). Manusia begitu juga masyarakat merupak bagian dari alam semesta, maka semuanya berada dalam antar hubungan, tunduk pada hukum alam obyektif, dan berada dalam proses evolusi, yaitu perubahan menuju kesempurnaan (Mohammad Noor Syam, 1984). Seperti dikemukakan di atas, manusia dan masyarakat adalah bagian dari alam semesta yang bersifat objektif dan eksternal, karena manusia dan masyarakat berada dalam kesatuan mekanis dan tunduk pada hukum alam obyektif (kausalitas) alam semesta, maka hukum-hukam dalam kehidupan masyarakat pun sama dengan hukum-hukum alam. Di samping itu, karena intelegensi adalah produk alam yang berfungsi sebagai alat adaptasi dalam evolusi kehidupan, maka untuk tetap “survive” tugas dan tujuan manusia adalah beradaptasi terhadap hukum-hukam masyarakat atau kebudayaan dan alam lingkungannya. Inilah order atau tata yang esensial di dalam kehidupan.
 
2.3 Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan umum disampaikan kepada para siswa melalui cara yang sistematis dan berdisiplin serta Esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh anggota masyarakat yang produktif.
Menurut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
2.4  Hakikat Nilai
Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan dengan fakta secara objektif.
 
 BAB III
IMPLIKASI PENDIDIKAN

Impilkasi Pendidikan Berdasarkan aliran filsafat esensialisme
3.1  Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan bertujuan mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelektual atau kecerdasan.
3.2  Peranan Siswa
Siswa adalah mahluk rasional dalam kekuasaan fakta & keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berfikir.Sehingga siswa pergi ke sekolah untuk belajar,dan bukan untuk mengatur suatu pelajaran.Jadi sekolah bertanggung jawab atas pemberian materi pengajaran yang logis atau dapat dipercaya.Sekolah memiliki kuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
3.3  Peranan Guru
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi & menguasai kegiatan –kegiatan di kelas. guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau gagasan. Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan peranannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah orang terdidik yang dapat dipercaya (Edward J.Power,1982). Dengan demikian inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik (g.Kneller, 1971).
3.4    Kurikulum
Kurikulum (isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat,society centered.Hal ini sesuai dengan dasar filsafat idealisme dan realisme yang menyatakan bahwa masyarakat dan alam (realisme) atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai peranan menentukan bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup.Kurikulum terdiri atas berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan,”agama”,dan seni,yang dipandang esensial.Adapun sifat organisasi isi kurikulum adalah berpusat pada mata pelajaran (subject matter centered).
3.5   Metode
            Dalam hal metode pendidikan , Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar. Alasannya, bahwa kebanyakan pengetahuan bersifat abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah diskrit (yang berlainan). Selain itu, bahwa belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras, perlu menekankan disiplin. Jadi metode essensialisme memandang Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered) umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar.Selain itu metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas, penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
 
BAB IV
TANGGAPAN KELOMPOK

4.1 Kaitan dengan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang dimaksud pembelajaran dalamdefinisi pendidikan di atas adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis,dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4.2 Aplikasi di Sekolah Dasar
Pendidikan sekolah bersifat praktis dan memberi anak pengajaran logis yang mempersiapkan mereka untuk hidup.  Sekolah seharusnya memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar melalui pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Di sekolah tiap siswa belajar pengetahuan , skill, dan sikap serta nilai yang diperlukan untuk menjadi manusia sebagai anggota masyarakat.Kurikulum dan lingkungan kelas disusun oleh guru.Waktu, tenaga, dan dana semuanya ditujukan untuk belajar yang esensial. 

 BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah –sekolah. Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial,yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu.Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu, karena itu Esensialisme tergolong tradisionalisme.
Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.
Esensialisme merupakan suatu konsesi bahwa dunia ini atau realita ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Esensialisme mengakui adanya realita obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal.
 5.2  Saran
Dalam penusunan makalah ini, Kami selaku Penulis tentunya mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan – kesalahan baik dala ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, di karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “. Maka dari itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.
  
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com.2010. Mazhab – mazhab Filsafat Pendidikan.

Syaripudin, Tatang.2008.Pengantar Filsafat Pendidikan.Percikan Ilmu:Bandung.

Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Alvabeta : Bandung.

www.wikipedia.com.2009. Aliran – aliran Filsafat Pendidikan.Ensiklopedi Bebas: Jakarta.

www. wikepedia. com.2010. Aliran Filsafat Esensialisme. Ensiklopedi Bebas: Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar