Judul Makalah : Aliran Filsafat Esensialisme
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Esensialisme dikenal sebagai gerakan
pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan.Esensialisme berusaha
mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial,yaitu sesuatu yang bersifat
inti atau hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan
sesuatu.Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada
generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu, karena itu Esensialisme
tergolong tradisionalisme.
Sekalipun pada awalnya tidak
terorganisasi,Esensialisme tumbuh sebagai protes atau perlawanan terhadap
Progresivisme.Esensialisme mempunyai pandangan tentang kebudayaan dan
pendidikan yang berbeda dengan Progresivisme.Esensialisme menolak pandangan
Progresivisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba
berubah,fleksibel,particular,dan bahwa nilai – nilai itu relative.Menurut
Esensialisme landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab dapat
menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah – ubah,pelaksanaan pendidikan yang
tidak stabil dan tidak menentu,bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah
pendidikan.Karena itu menurut Esensialisme pendidikan harus bersendikan nilai –
nilai yang dapat mendatangkan kesetabilan.Untuk itu maka perlu dipilih nilai –
nilai yang mempunyai tata yang jelas atau yang telah teruji.Nilai – nilai yang
dimaksud dasarnya telah diletakan para filsuf pada zaman klasik ( Plato,Aristoteles,dan
Democritos ),juga yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif
selama empat abad belakangan ini dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai
pangkal timbulnya pandangan- pandangan esensialis awal. Puncak refleksi dari
gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke-19.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana prinsip-prinsip
filosofis berdasarkan aliran filsafat Esensialisme?
2.
Bagaimana implikasi pendidikan
berdasarkan aliran filsafat Esensialisme?
3.
Bagaimana tanggapan kelompok
mengenai kaitan aliran filsafat esensialisme dengan undang-undang Sisdiknas No.
20 Tahun 2003 dan aplikasinya di sekolah dasar?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan. Selain itu juga bertujuan agar dapat memahami secara mendalam mengenai:
1.
Prinsip- prisip filosofis yang
meliputi hakikat manusia, hakikat realitas, hakikat pengetahuan, dan hakikat
nilai berdasarkan aliran filsafat esensialisme.
2.
Impilkasi pendidikan yang
meliputi tujuan pendidikan, peranan siswa, peranan guru, kurikulum, dan metode
berdasarkan aliran filsafat esensialisme.
3.
Tanggapan kelompok mengenai
kaitan aliran filsafat esensialisme dengan undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 dan aplikasinya di sekolah dasar.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP FILOSOFIS
Prinsip - Prinsip Filosofis
Berdasarkan Aliran Filsafat Esensialisme
2.1 Hakikat Manusia
Manusia dalam memilih suatu kebenaran
untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa
generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan
sosial.
2.2 Hakikat Realitas
Esensialisme merupakan suatu konsesi
bahwa dunia ini atau realita ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang
mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa
bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan
dengan tata tersebut. Esensialisme mengakui adanya realita
obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal. Konsep tata atau order tersebut menurut Idealisme dan Realisme
sebagai berikut.
Ontologi
Idealisme. Pendukung Esensialisme adalah Idealisme Objektif atau Idealisme
Absolut. Filsuf Idealisme objektif klasik yaitu Plato, Plato meyakini adanya
dunia (realitas) ideal yang abadi dan dunia (realitas) material yang temporal
serta fana. Realitas Ideal yang abadi itulah hakikat akhir dari segala
realitas, sedangkan realitas material yang temporal dan fana hanyalah
penampakan saja atau hanya copy dari realitas ideal. Kelompok Idealisme
Objektif modern (seperti Hegel, dll) berpendapat bahwa hakikat akhir
realitas adalah Pikiran Yang Mutlak
(Absolut Mind; Absolut Reason; Tuhan). Realitas adalah Pikiran Yang Mutlak yang
mengepresikan dirinya dalam dunia luar, karena itu hukum-hukum pikiran adalah
hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara Zat Yang Mutlak menjelma dalam waktu
dan pengalaman manusia (Titus,dkk,1959). Sejarah adalah pikiran Tuhan yang
diekspresikan, sejarah adalah dinamika abadi yang merubah dunia, yang mana ia
secara spiritual adalah realitas (Mohammad Noor Syam, 1984). Dalam hal ini,
maka Tuhan adalah sumber dari segala gerak perubahan tersebut oleh Hegel
disebut hukum dialektika (yaitu: tesis- antitesis- sintesis). Karena itu,
segala sesuatu yang ada dan ysng akan terjadi di dunia ini adalah menurut tata
tertentu, adapun order atau tata tertentu itu bersumber dari yang Absolut.
Ontologi Realisme. Realisme pendukung
Esensialisme adalah Realisme Objektif. Menurut aliran ini hakikat realitas
bersifat eksternal dan objektif, artinya berada di luar subjek atau manusia dan
independen dari pikiran manusia. Selain itu, realitas bersifat teratur
berdasarkan hukum-hukum yang tidak tunduk kepada kehendak manusia. Alam semesta
merupakan kesatuan yang mekanis menurut hukum alam obyektif ( kausalitas).
Manusia begitu juga masyarakat merupak bagian dari alam semesta, maka semuanya
berada dalam antar hubungan, tunduk pada hukum alam obyektif, dan berada dalam
proses evolusi, yaitu perubahan menuju kesempurnaan (Mohammad Noor Syam, 1984).
Seperti dikemukakan di atas, manusia dan masyarakat adalah bagian dari alam
semesta yang bersifat objektif dan eksternal, karena manusia dan masyarakat
berada dalam kesatuan mekanis dan tunduk pada hukum alam obyektif (kausalitas)
alam semesta, maka hukum-hukam dalam kehidupan masyarakat pun sama dengan
hukum-hukum alam. Di samping itu, karena intelegensi adalah produk alam yang
berfungsi sebagai alat adaptasi dalam evolusi kehidupan, maka untuk tetap
“survive” tugas dan tujuan manusia adalah beradaptasi terhadap hukum-hukam
masyarakat atau kebudayaan dan alam lingkungannya. Inilah order atau tata yang
esensial di dalam kehidupan.
2.3 Hakikat
Pengetahuan
Pengetahuan umum disampaikan kepada para
siswa melalui cara yang sistematis dan berdisiplin serta Esensialisme
menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini
penting yang harus diketahui oleh anggota masyarakat yang produktif.
Menurut realisme,
pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi
satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya
hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa
pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji
keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
2.4 Hakikat Nilai
Nilai (kebenaran bersifat korespondensi
).berhubungan antara gagasan dengan fakta secara objektif.
BAB
III
IMPLIKASI
PENDIDIKAN
Impilkasi Pendidikan
Berdasarkan aliran filsafat esensialisme
3.1 Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang
telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua
orang. Pengetahuan ini
diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk
unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan
bertujuan mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelektual atau
kecerdasan.
3.2 Peranan
Siswa
Siswa adalah mahluk rasional dalam
kekuasaan fakta & keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan latihan-latihan
intelektif atau berfikir.Sehingga siswa pergi ke sekolah untuk belajar,dan
bukan untuk mengatur suatu pelajaran.Jadi sekolah bertanggung jawab atas
pemberian materi pengajaran yang logis atau dapat dipercaya.Sekolah memiliki
kuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
3.3 Peranan
Guru
Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi & menguasai kegiatan –kegiatan di kelas. guru
berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan nilai-nilai dan penguasaan
pengetahuan atau gagasan. Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau
“jembatan” antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru
harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan
peranannya sebagai pengarah proses belajar. Adapun secara moral guru haruslah
orang terdidik yang dapat dipercaya (Edward J.Power,1982). Dengan demikian
inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada peserta didik
(g.Kneller, 1971).
3.4 Kurikulum
Kurikulum
(isi pendidikan) direncanakan dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru
sebagai wakil masyarakat,society centered.Hal ini sesuai dengan dasar filsafat
idealisme dan realisme yang menyatakan bahwa masyarakat dan alam (realisme)
atau masyarakat dan yang absolut (idealisme) mempunyai peranan menentukan
bagaimana seharusnya individu (peserta didik) hidup.Kurikulum terdiri atas
berbagai mata pelajaran yang berisi ilmu pengetahuan,”agama”,dan seni,yang
dipandang esensial.Adapun sifat organisasi isi kurikulum adalah berpusat pada
mata pelajaran (subject matter centered).
3.5 Metode
Dalam hal metode pendidikan ,
Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode
tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Metode problem solving
memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam
seluruh kegiatan belajar. Alasannya, bahwa kebanyakan pengetahuan bersifat
abstrak dan tidak dapat dipecahkan ke dalam masalah-masalah diskrit (yang
berlainan). Selain itu, bahwa belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras,
perlu menekankan disiplin. Jadi metode essensialisme memandang Pendidikan
berpusat pada guru (teacher centered) umumnya diyakini bahwa pelajar tidak
betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka harus dipaksa
belajar.Selain itu metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi
dan pemberian tugas, penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian
informasi dan membaca.
BAB IV
TANGGAPAN KELOMPOK
4.1 Kaitan dengan
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang
dimaksud pembelajaran dalamdefinisi pendidikan di atas adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
Pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis,dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4.2 Aplikasi di
Sekolah Dasar
Pendidikan sekolah bersifat praktis dan memberi anak pengajaran
logis yang mempersiapkan mereka untuk hidup. Sekolah seharusnya memelihara dan
menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar melalui
pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Di sekolah tiap siswa
belajar pengetahuan , skill, dan sikap serta nilai yang diperlukan untuk
menjadi manusia sebagai anggota masyarakat.Kurikulum dan lingkungan kelas
disusun oleh guru.Waktu, tenaga, dan dana semuanya ditujukan untuk belajar yang
esensial.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan
konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap
trend-trend progresif di sekolah –sekolah. Esensialisme berusaha mencari dan
mempertahankan hal-hal yang esensial,yaitu sesuatu yang bersifat inti atau
hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan
sesuatu.Menurut Esensialisme, yang esensial tersebut harus diwariskan kepada
generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu, karena itu Esensialisme
tergolong tradisionalisme.
Manusia dalam memilih suatu kebenaran
untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa
generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya dan
kesejahteraan sosial.
Esensialisme merupakan suatu konsesi
bahwa dunia ini atau realita ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang
mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa
bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan
dengan tata tersebut. Esensialisme mengakui adanya realita
obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal.
5.2 Saran
Dalam penusunan makalah ini, Kami selaku Penulis
tentunya mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan – kesalahan baik dala ejaan,
pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa yang kurang di
pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, di karenakan kami
masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “.
Maka dari itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya
sehingga makalah berikutnya lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com.2010. Mazhab – mazhab Filsafat Pendidikan.
Syaripudin, Tatang.2008.Pengantar Filsafat
Pendidikan.Percikan Ilmu:Bandung.
Sadulloh, Uyoh. 2009. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Alvabeta : Bandung.
www.wikipedia.com.2009. Aliran
– aliran Filsafat Pendidikan.Ensiklopedi Bebas: Jakarta.
www. wikepedia. com.2010.
Aliran Filsafat Esensialisme. Ensiklopedi
Bebas: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar