Home

Selasa, 01 November 2011

Psikologi Pendidikan

Judul Makalah : Inteligensi

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Inteligensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Inteligensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dalam  keberhasilan, dan kesuksesan. Namun tingkat inteligensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini dikarenakan bahwa inteligensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang membentuk inteligensi itu sendiri.
Sebenarnya inteligensi itu menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat inteligensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat inteligensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya inteligensi yang kita miliki bisa meningkat.

  B.       Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.             Jelaskan pengertian inteligensi?
2.             Jelaskan teori – teori inteligensi?
3.             Jelaskan ciri – ciri perbuatan inteligen?
4.              Jelaskan klasifikasi inteligensi (IQ)?
5.              Jelaskan hubungan inteligensi dengan kreativitas?
6.             Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap perubahan inteligensi?
7.             Jelaskan hubungan inteligensi dengan kehidupan seseorang?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu juga bertujuan agar dapat memahami secara mendalam mengenai :
1.                         Pengertian Inteligensi
2.             Teori – Teori Inteligensi
3.             Ciri – Ciri Perbuatan Inteligen
4.             Klasifikasi Inteligensi (IQ)
5.             Hubungan Inteligensi Dengan Kreativitas
6.             Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terhadap Perubahan Inteligensi
7.             Hubungan Inteligensi Dengan Kehidupan Seseorang

 BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Inteligensi
Inteligensi erat sekali hubungannya dengan intelek. “inteligensi” berasal dari bahasa  latin yaitu intellegere, yang berarti memahami. Intellectus atau intelek adalah bentuk participium perpectum (pasif) dari Intellegere; sedangkan intellegens atau inteligensi adalah bentuk participium praesens (aktif) dari kata yang sama. Bentuk – bentuk kata ini memberikan indikasi kepada kita bahwa intelek lebih bersifat pasif atau statis (being, potensi), sedangkan inteligensi lebih bersifat aktif (becoming, aktualisasi). Berdasarkan pemahaman ini, bisa kita simpulkan bahwa intelek adalah daya atau potensi untuk memahami, sedangkan inteligensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi tersebut.
Sehubungan dengan pengertian ini, ada yang mendefinisikan inteligensi sebagai:  “Kemampuan untuk berfikir secara abstrak” (Terman); “Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Colvin); ada pula yang mendefinisikan inteligensi sebagai “intelek plus pengetahuan” (Henmon); “Teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra” (Hunt).
Inteligensi dibawa secara hereditas atau keturunan dan dipengaruhi oleh lingkungan, inteligensi tidak mungkin akan berkembang dengan optimal tanpa lingkungan. Kecakapan yang dibawa secara hereditas atau pembawaan yaitu disebut dengan kapasitas, sedangkan kecakapan yang dimiliki seseorang berkat usaha belajar yang dilakukannya disebut abilitas.


Pengertian inteligensi dikemukakan menurut beberapa ahli yaitu :
1.        Menurut  S. C. Utami Munandar
Secara umum inteligensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.         Kemampuan untuk berfikir abstrak
b.        Kemampuan untuk menangkap hubungan – hubungan dan untuk belajar
c.         Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi – situasi baru.
Perumusan pertama melihat inteligensi sebagai kemampuan berfikir; perumusan kedua sebagai kemampuan untuk belajar; dan perumusan ketiga sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sekalipun menunjukan aspek – aspek yang berbeda dari inteligensi, ketiga aspek tersebut saling berkaitan.
2.        Menurut  Alfred Binet
Inteligensi mempunyai tiga aspek kemampuan yaitu :
a.         Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan.
b.         Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah.
c.         Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
3.        Menurut  L. L. Thurstone
Ia mengemukakan teori multifaktor yang meliputi 13 faktor. Diantara ketiga belas faktor tersebut, ada 7 faktor yang merupakan faktor dasar (primary abilities), yaitu :
a.       Verbal Comprehension (V), kecakapan untuk memahami pengertian yang diucapkan dengan kata – kata.
b.      Word Fluency (W), kecakapan dan kefasihan menggunakan kata – kata.
c.       Number (N), Kecakapan untuk memecahkan masalah matematika (penggunaan angka/bilangan).
d.      Space (S), kecakapan tilikan ruang, sesuai dengan bentuk hubungan formal,seperti menggambar design from memory.
e.       Memory (M), kecakapan untuk mengingat.
f.       Perceptual (P), kecakapan mengamati dan menafsirkan, mengamati persamaan dan perbedaan suatu objek, tes ini kadang – kadang dihilangkan dalam beberapa bentuk.
g.      Reasoning (R), kecakapan menemukan dan menggunakan prinsip – prinsip.
4.        Menurut Edward Thorndike
Mengemukakan bahwa :
“ intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truthor fact ” (Inteligensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respons yang tepat (baik) terhadap stimulus yang diterimanya).
5.        Menurut George D. Stodard
Stodard mengartikan inteligensi sebagai berikut :
“Inteligensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut” :
a.       mempunyai tingkat kesukaran
b.      kompleks
c.       abstrak
d.      ekonomis
e.       memiliki nilai – nilai social
f.       memiliki daya adaptasi dengan tujuan
g.      menunjukan kemurnian (original)
6.        Menurut William Stern
Stern mengemukakan bahwa  :
“Inteligensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya”.
7.        Menurut Lewis Medison Terman
Menurut Terman, inteligensi terdiri atas dua faktor, yakni :
General ability (faktor G), yaitu kecakapan umum” dan “Special ability (faktor S), yaitu kecakapan khusus “. Faktor G dan factor S bukan merupakan faktor yang terpisah, tetapi bekerjasama sebagai kesatuan yang bulat. Teori dari Terman ini dikenal dengan teori dwi faktor (two factor theory)”.
8.        Menurut Whitherington
Dalam bukunya Educational Psychology, Whitherington mendefinisikan inteligensi sebagai berikut :
excellence of performance as manifested in efficient activity “ (inteligensi adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan – kemampuan / kegiatan – kegiatan) berikut :
a.       Facility in the use of numbers (fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka).
b.      Language efficiency (efisiensi penggunaan bahasa).
c.       Speed of perception (kecepatan pengamatan).
d.      Facility  in memorizing (fasilitas dalam mengingat)
e.       Facility in comprehending relationship (fasilitas dalam memahami hubungan).
f.       Imagination (menghayal atau mencipta) (Effendi & Praja, 1993).
Menurut Whitherington, inteligensi atau kecerdasan sebetulnya kurang tepat, yang lebih tepat adalah “kelakuan cerdas”. Alasannya, kalau disebut inteligensi, seakan – akan inteligensi itu melekat pada badan, sedangkan menurutnya, inteligensi bukan merupakan suatu benda, melainkan suatu pengertian, sebagai “suatu arti umum, yang di abstraksikan (ditarik) dari suatu deret atau kelompok arti khusus dalam keadaan khusus”.
Pengertian itu, menurut Whitherington, mempunyai isi dan luas. Isi pengertian ialah segenap ciri – ciri hakiki (ciri yang harus ada) dari suatu pengertian. dan luas pengertian ialah segenap hal yang ada pada pengertian tersebut. Pengertian inteligensi, Menurut Whitherington, mempunyai ciri – ciri hakiki sebagai berikut :
a.       Cepat ; makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan,makin cerdaslah orang yang menyelesaikan.
b.      Cekatan ; biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan ; dengan mudah dan ringkas menjelaskan sesuatu.
c.       Tepat ; sesuai dengan runtutan keadaan ; misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula. Juga berarti mengukur dengan tepat ; tidak lebih tidak kurang.
Dengan demikian, Whitherington menyimpulkan bahwa inteligensi adalah kesempurnaan perbuatan kecerdasan. Yang dimaksud kecerdasan ialah kecerdasan (activity) yang efisien, apabila memenuhi ketiga ciri – ciri hakiki inteligensi tersebut.
Meskipun terdapat berbagai pendapat menurut para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Selain itu, Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Sedangkan menurut Claparde dan Stern intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
B.       Teori – Teori Inteligensi
Inteligensi sebagai suatu kemampuan dasar yang bersifat umum telah berkembang berbagai teori inteligensi yaitu diantaranya :
1.        Teori Daya (Faculty Theories)
Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang tertua. Teori ini mengungkapkan bahwa jika manusia terdiri dari berbagai daya misalnya seperti ingatan, fantasi, penalaran, deskriminasi, dsb. masing – masing daya pada jiwa manusia terpisah  antara yang satu dengan yang lainnya. Daya – daya tersebut dapat dilatih dengan materi yang sulit. Berdasarkan teori ini maka timbulah teori disiplin mental dalam bidang pendidikan.
2.        Teori Dwi Faktor ( The Two – Faktor Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Charles Spearman seorang ahli psikologi Inggris. Charles Spearman mendasarkan teori pada analisis faktor inteligensi. Menurut pendapat Spearman bahwa kecakapan intelektual terdiri dari dua macam kemampuan mental yaitu inteligensi umum yang disebut dengan general factor (factor g) dan kemampuan khusus (special factor atau factor s). Kedua faktor ini baik faktor g maupun faktor s bekerja bersama – sama sebagai suatu kesatuan. Spearman berpendapat bahwa kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum maupun kemampuan khusus.Jadi setiap faktor baik faktor g maupun faktor s memberi sumbangan pada setiap perilaku yang inteligen.
3.        Teori Multi Faktor
Teori ini dikembangkan oleh E. L. Thorndike. Menurut Thorndike,  inteligensi itu menyatakan pertalian aktual Maupun potensial yang khusus antara stimulus respon. Dia mengemukakan empat atribut inteligensi yaitu : tingkatan, rentang, daerah, dan kecepatan. Dengan demikian Thorndike adalah penentang utama dari teori inteligensi umum.
4.        Teori Primary Mental Abilities
Teori ini dikemukakan oleh Thurstone yang berpendapat bahwa kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer yaitu kemampuan :
a.       Berbahasa (Verbal Comprehension)
b.      Mengingat (Memory)
c.       Berfikir Logis (Reasoning)
d.      Pemahaman ruang (Spatial Faktor)
e.       Bilangan (Numerical Ability)
f.       Menggunakan kata – kata (Wored Fluency)
g.      Mengamati dengan cepat dan cermat (Perceptual Speed)
5.        Teori Triachic Of Intelligence
Teori ini dikemukakan oleh Robert Stan Berg. Dalam teori ini menjelaskan bahwa kemampuan berfikir individu terbagi dalam tiga kemampuan mental, yaitu :
  1. Proses mental (berfikir) dalam proses mental ini terdiri sari tiga bagian, yaitu :
1)      Meta Component, adalah perencanaan, aturan dan pemantauan. Contohnya : mengidentifikasi masalah, alokasi perhatian, dan pemantauan bagaimana strategi dilaksanakan.
2)      Performance Component, adalah melaksanakan strategi yang  terseleksi, melalui komponen ini memungkinkan kita untuk mempersepsi dan menyimpan informasi baru.
3)      Knowledge – Acquisition Component, adalah memperoleh pengetahuan baru seperti memisahkan informasi yang relevan dengan yang tidak relevan dalam rangka memahami konsep – konsep baru.
  1. Coping With New Experience, ialah tingkah laku kognitif yang dibentuk melalui dua karakteristik yaitu insight atau kemampuan untuk menghadapi situasi baru secara efektif. Dan automaticity atau kemampuan untuk berfikir dan memecahkan masalah secara otomatis dan efisien.
  2. Adapting To Environment, adalah kemampuan untuk memilih dan beradaptasi dengan tuntutan normal lingkungan.
6.        Teori Struktur Intelek
Teori struktur intelek dikembangkan oleh Guilford. Dalam teorinya Guilford mengklasifikasikan inteligensi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi operasi, isi dan produk. Masing – masing dimensi terdiri dari kecakapan intelek. Dimensi tersebut diantaranya :
a.       Operasi (proses atau tindakan) yang dilakukan, yaitu :
1)      Kognitif
2)      Memori
3)      Berfikir divergen
4)      Berfikir konvergen
5)      Evaluasi

b.      Dimensi Isi (Materi atau isi kegiatan intelektual)
1)      Figural
2)      Simbolik
3)      Semantik
4)      Behavioral
c.       Dimensi Produk (semacam produk / hasil dari penerapan tindakan – tindakan tertentu pada suatu jenis materi tertentu), yaitu :
1)      Satuan
2)      Kelas
3)      Hubungan
4)      Sistem
5)      Transformasi
6)      Implikasi
C.      Ciri – Ciri Perbuatan Inteligen
Suatu perbuatan dianggap inteligen bila memenuhi beberapa syarat antara lain :
1.        Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. misalnya ada soal : “mengapa api jika ditutup dengan sehelai karung bisa padam? Ditanyakan kepada anak yang baru bersekolah dapat menjawab betul maka jawaban itu inteligen. Tetapi jika pertanyaan itu dijawab oleh anak yang baru saja mendapat pelajaran ilmu alam tentang  api, hal itu tidak dapat dikatakan inteligen.
2.        Perbuatan inteligen sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga. Saudara kehilangan pulpen di suatu lapangan. Bagaimana mencarinya? Bagaimana menebang pohon – pohon di rimba raya, agar dalam waktu singkat dapat merobohkan banyak pohon? Cara mengambil buah kelapa di Lampung dengan memakai galah yang panjang, sedangkan di daerah Jawa pada umumnya dengan memanjat batangnya satu – satu. Mengapa?
3.         Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. Ada suatu masalah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan /menjawabnya, hampir tidak berfikir, sedang bagi anak – anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat. Jawaban anak itu inteligen.
4.         Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat. Apa yang harus anda perbuat jika anda lapar ? kalau jawabnya : saya harus mencuri makanan. Tentu saja jawaban itu tidak inteligen.
5.        Dalam berbuat inteligen seringkali menggunakan daya mengabstraksi. Pada waktu berfikir, tanggapan – tanggapan dan ingatan – ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan. Apakah persamaan antara jendela dan daun ? jawaban yang benar memerlukan daya mengabstraksi.
6.        Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
7.        Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Apa yang akan saudara perbuat jika sekonyong – konyong saudara melihat orang yang bertubruk mobil dan pertolongan saudara sangat diperlukan?
D.      Klasifikasi Inteligensi (IQ)
Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan lkasifikasi inteligensi (IQ) manusia dalam rentangan skala yang dimulai dari 0 (nol) sampai dengan 200, dimana bilangan 100 merupakan titik tengah dinyatakan untuk kelompok average (rata – rata). Menurutnya kalau semua orang di dunia diukur inteligensinya, maka akan terdapat orang – orang yang sangat pandai sama banyaknya dengan orang – orang yang sangat bodoh. Bila test inteligensi yang telah dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat (populasi) termasuk antara IQ 90 – 100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85 dan 115. Diperkirakan ada sekitar 95% mempunyai IQ antara 130 dan 70.
Perhatikan diagram berikut ini :
Diatas                                        140                      Genius
130                                        140                      Sangat Superior (gifted)
120                                        130                      Superior (Rapid learning)
110                                         120                      Cerdas (diatas rata – rata)
90                                          110                      Normal (Average)
80                                           90                        Dull normal (kurang cerdas)
70                                           80                        Borderline (slow learning)
50                                           70                        Debil (educable)
25                                          50                        Imbesil (trainable)
Dibawah 25                                                           Idiot (defendent)
Berdasarkan klasifikasi inteligensi diatas kita dapat mengetahui inteligensi (IQ) seseorang dengan melalui tes, yang disebut dengan tes inteligensi. Tes inteligensi ini banyak jenisnya yang dikembangkan oleh para ahli psikologi, diantaranya :
Wechsler mengembangkan tes inteligensi individual seperti :
1.         Wechsler Bellevue Intelligence Scale (WIBS)
2.         Wechsler Intelligence Scale For Children (WISC)
3.         Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
4.         Wechsler Preschool And Primary Schale Of Intelligence (WPPSI)

Rumus untuk menentukan inteligensi (kecerdasan) seseorang sebagai berikut :
IQ =


Keterangan :
IQ (Intelligence Quotien)                       = Inteligensi (kecerdasan)
MA (Mental Age)                                   = Umar Mental
CA (Cronological Age)                          = Umur Kalender
100                                                          = Bilangan Tetap
MA diperoleh dari skor tes inteligensi.
CA ditentukan berdasarkan bulan dan tahun individu seseorang itu dilahirkan. Tes inteligensi ini biasanya dilakukan oleh para ahli psikologi yang disebut dengan psikolog atau oleh konselor yaitu guru yang bertugas di sekolah – sekolah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada murid – murid atau siswa.
Seandainya kita sebagai guru menghadapi murid yang mengalami kesulitan dalam belajarnya yang sangat berat dibandingkan dengan teman – teman yang lainnya, lalu kita ingin mengetahui penyebab kesulitan yang dialaminya itu apakah faktor intern dan ekstern, faktor intern kemungkinan disebabkan oleh tingkat kecerdasannya, lalu jauh atau tidak ada psikolog (konselor) kita sebagai guru bisa melakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan murid kita dengan cara yang sederhanan yang menggunakan rumus seperti X 100, hanya untuk menentukan usia mental atau MA dilakukan dengan cara sederhana yang berpedoman pada pembelajaran yang disusun berdasarkan rencana pembelajaran bagi tiap – tiap tingkat umur normal atas dasar pembelajaran tingkat kelas itu sebagai berikut :
Untuk umur 7 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 1
Untuk umur 8 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 2
Untuk umur 9 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 3
Untuk umur 10 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 4
Untuk umur 11 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 5
Untuk umur 12 th. Dengan pelajaran kecerdasan kelas 6
Dengan pedoman kasar ini telah dapat memulai dengan pekerjaan kita untuk menetapkan anak mana yang tergolong anak kesulitan belajar, yang perlu mendapat pendidikan setara individual (perorangan). Satu – satunya usaha kita untuk menolong anak yang kurang maju atau anak kesulitan belajar itu ialah dengan melaksanakan penyajian bahan pelajaran setara individual. Sistem individual itu dapat menolong anak, karena merupakan suatu bimbingan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan kemampuan tiap anak.
Untuk mendapatkan gambaran apakah seseorang anak dapat digolongkan kedalam golongan anak kesulitan belajar, sasaran kita adalah sebagai berikut :
·         Kita terimalah, bahwa rencana pelajaran SD itu adalah rencana pelajaran yang telah disesuaikan dengan perkembangan kemampuan anak normal. Anak normal dengan (rata – rata) umur 7 tahun telah dianggap matang untuk menerima pelajaran pada kelas permulaan (kelas 1) SD. Hal itu telah dibuktikan oleh penilaian naik kelas, bahwa anak normal (rata – rata) umur 7 tahun dalam perkembangannya selama satu tahun benar – benar menunjukan dapat menguasai pelajaran kelas satu sampai akhir pelajaran.
·         Anak yang dapat mengikuti rencana pelajaran adalah anak yang termasuk klasifikasi anak normal, yang dianggap memiliki kemampuan atau kepandaian kurang lebih 100% menurut rumus 8/8 X 100 dengan menunjukan IQ 100. Angka 8 atas menunjukan umur kecerdasan, bahwa anak itu selama setahun dapat menguasai pelajaran kelas satu sesuai dengan rencana pelajaran. Angka 8 bawah menunjukan umur kalender anak itu setelah satu tahun mengikuti pelajaran kelas satu.
·         Anak yang tidak naik kelas kita anggap untuk sementara anak yang mempunyai perkembangan kemampuan dibawah normal. Kita anggap sementara, sebab belum kita uji benar – benar kecerdasannya. Ada kemungkinan anak tidak dapat mengikuti pelajaran itu, karena ada hal – hal atau pengaruh lain, padahal inteligensinya normal. Misalnya anak itu tidak pernah belajar dirumah, karena tidak ada pengawasan dan bimbingan dari orang tua / keluarganya, sehingga waktunya itu dipergunakan untuk bermain – main saja.
·         Setelah kita uji dengan pertanyaan – pertanyaan dan percobaan – percobaan, yang memerlukan kecerdasan, maka barulah dapat kita tentukan normal tidaknya anak itu. Dalam memberikan pengujian (tes) itu hendaknya diusahakan situasi yang wajar, situasi yang akrab antara penguji dengan anak itu. Begitu pula kesehatan anak harus berada dalam kondisi yang baik.
·         Bagi anak umur 8 tahun (umur setelah setahun) yang tidak naik kelas (kelas satu) belum dapat kita buat perumusan 7/8 X 100, sebab belum tentu anak itu memiliki perkembangan umur kecerdasan 7 tahun. Barangkali umur kecerdasan dibawah umur 7 tahun. Misalnya anak yang telah dapat menghitung sampai 20 serta dapat menjawab 3 + 2 = 5, yang merupakan hafalan saja, belum tentu dapat menjawab pertanyaan kecerdasan 3 + . . . = 5 ; .....+ 2 = 5 ; .....+ ...... = 5 dsb. Maka untuk menetapkannya perlu di tes dahulu terutama kecerdasannya. Selain dengan berhitung, dapat pula tes itu dilakukan dengan bahasa, seperti menjawab pertanyaan – pertanyaan :
ü  Untuk apa mata?
ü  Untuk apa telinga?
ü  Untuk apa mulut?
Dapat juga anak itu kita suruh membedakan benda – benda  mana yang lebih tinggi, lebih besar, lebih banyak, dsb. Juga dengan menyatukan kembali gambar – gambar yang telah dipotong – potong menjadi beberapa bagian. Disamping itu dapat pula diperhatikan kecakapan lainnya dan tingkah lakunya. Walaupun agar sukar untuk menentukannya, dapat juga kita membandingkan anak itu dengan anak normal pada umur tertentu. Misalnya anak yang berumur 10 tahun dapat kita bedakan tingkah lakunya dengan anak yang berumur 7 tahun, yang kedua – duanya termasuk anak normal.
·           Anak umur 10 tahun dengan melalui tes menunjukan perkembangan umur kecerdasan 8 tahun, maka dengan perumusan 8/10 X100 = IQ 80 anak tersebut telah termasuk kedalam klasifikasi anak kesulitan belajar kelompok debil.
·           Anak yang telah berumur 14 tahun setelah melalui tes menunjukan umur kecerdasan 7 tahun ; maka perumusannya 7 / 14 X 100 = IQ 50, yang menunjukan anak tersebut termasuk klasifikasi kelompok imbesil.
Dengan demikian kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu atau seseorang berbeda – beda tingkatannya. Setiap tingkatan inteligensi yang dimiliki individu itu menunjukan karakteristik atau ciri – ciri berbeda  - beda contohnya :
1.        Tingkat inteligensi diatas 120 yang disebut anak cerdas dan berbakat, ciri – cirinya sebagai berikut :
a.       Membaca pada usia lebih muda.
b.      Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
c.       Memiliki perbendaharaan yang luas.
d.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
e.       Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
f.       Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.
g.      Menunjukan keaslian (orisinilitas) dalam ungkapan verbal.
h.      Memberi jawaban – jawaban yang baik.
i.        Dapat memberikan banyak gagasan.
j.        Luwes dalam berfikir.
k.      Terbuka terhadap stimulasi dari lingkungan.
l.        Mempunyai pengamatan yang tajam.
m.    Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati.
n.      Berfikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
o.      Senang mencoba hal – hal yang baru.
p.      Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintensis yang tinggi.
q.      Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.
r.        Cepat menangkap hubungan sebab akibat.
s.       Berperilaku terarah kepada tujuan.
t.        Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
u.      Mempunyai banyak kegemaran (hobi).
v.      Mempunyai daya ingat yang kuat.
w.    Tidak cepat puas dengan prestasinya.
x.      Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
y.      Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
2.             Tingkat inteligensi dibawah rata- rata seperti yang disebut dengan Slow Leaner dan terbelakang mental. Ciri – ciri slow leaner dan tingkat kecerdasannyaatau IQ nya antara 80 – 90 lambat merespon stimulus dari lingkungan dalam berbagai aspek, beraktivitas dalam berbagai kegiatan juga lambat. Sedangkan tingkat inteligensi dibawah 80 digolongkan kepada terbelakang mental atau disebut dengan tuna grahita.
Tuna grahita ini terbagi menjadi tiga jenis :
a.       Tuna grahita ringan atau debil dengan ciri – ciri fisik tidak ada perbedaan dengan anak normal, masih bisa dididik sampai pelajaran kelas 5 s/d kelas 6 Sekolah Dasar. Bisa bergaul dengan anak – anak lainnya, mampu berkomunikasi dengan lingkungan. Dalam pembelajarannya kecendrungan secara individual.
b.      Tuna grahita sedang yang disebut dengan inbesil dengan ciri -cirinya sebagai berikut : kemampuan untuk dilatih khususnya dilatih keterampilan yang sangat sederhana atau keterampilan merawat dirinya sendiri. Keadaan fisiknya berbeda dengan keadaan fisik anak normal, terutama keadaan wajahnya, semua anak inbesil wajahnya seperti mirip yang disebut dengan kembar dunia. Penyesuaian diri dengan situasi yang sederhana, komunikasi dengan bahasa yang sangat sederhana.
c.       Idiot atau tuna grahita berat, anak idiot ini disebut juga dengan anak mampu rawat. Anak idiot mempunyai tingkat inteligensi yang sangat rendah sekali. Sebagaimana telah dikemukakan, anak idiot mempunyai limit perkembangan mental tidak lebih dari anak umur 3 tahun. Walaupun anak idiot itu dimasukan kedalam klasifikasi anak kesulitan belajar, sebenarnya golongan ini tidak pernah mungkin dilibatkan dalam suatu tes inteligensi. Hanya untuk kepentingan administratiflah kelompok kategori idiot itu diadakan. Dilihat dari sudut inteligensi, anak idiot itu menunjukan tidak mempunyai kemampuan untuk menerima kesan – kesan, pelajaran atau latihan – latihan bagaimanapun juga sederhananya. Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Padanya tidak ada kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
     Bahasa yang demikian pentingnya sebagai alat komunikasi tidak mampu mereka menguasainya. Mereka hanya dapat mengucapkan suara – suara tidak jelas artikulasinya. Kalaupun anak idiot ringan masih bisa mengucapkan beberapa suku kata atau kata yang sederhana sekali dan kurang jelas, maka hal ini tidak berarti bahwa mereka mampu membentuk  kalimat bagaimanapun sederhananya, juga ucapannya tidak jelas. Jika ada anak idiot yang tidak dapat mengucapkan kata – kata atau suka kata seolah – olah ia bisu, maka hal itu belum berarti bahwa alat bicara / atau alat suara anak itu rusak, melainkan kemampuan anak itu untuk bicara tidak ada.
Anak idiot selalu menggantungkan hidupnya kepada lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu mereka sangat memerlukan perawatan dan pengawasan  untuk selama hidupnya. Anak itu tidak akan mampu memelihara atau menolong dirinya sendiri. Begitu pula untuk mempertahankan atau mengelakan dirinya dari bahaya yang mungkin akan menimpanya, mereka tidak akan mampu berbuat apa – apa. Tanpa adanya perawatan dan pengawasan mereka tidak mungkin dapat hidup lebih lama. Mandi harus dimandikan, menggunakan baju harus ditolong dan makanpun harus dibantu. Pertolongan ini diperlukan sampai ia menjadi tua.
Walaupun kita ketahui, bahwa kemampuan belajar anak idiot itu sangat terbatas, namun sebagai pendidik yang memiliki rasa tanggung jawab kita berusaha agar anak itu minimal dapat mencapai kepandaian yang dibutuhkan untuk hidupnya.
Ketekunan, kesabaran yang disertai kasih sayang untuk melatih anak itu sampai akhir hayatnya, merupakan syarat yang harus ada pada pendidik yang akan menghadapi manak – anak jenis ini.


E.       Hubungan Inteligensi Dengan Kreativitas
Apa itu kreativitas? Sebenarnya kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang sulit, yang menimbulkan perbedaan pandangan. Biasanya, perbedaan itu terletak pada definisi kreativitas, kriteria perilaku kreatif, proses kreatif, hubungan kreativitas dengan inteligensi, karakteristik orang kreatif, korelat – korelat kreativitas, dan upaya untuk mengembangkan kreativitas.
Dalam berbagai kajian tentang kreativitas, istilah kreativitas didefinisikan secara berbeda – beda. Yaitu tergantung kepada cara orang mendefinisikannya “creativity is a matter of definition”. Tidak ada satu definisi pun yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan dua alasan. Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis”, kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam. Kedua, definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda – beda, bergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi (Supriadi, 1994 : 6).
Istilah kreativitas atau daya cipta  dari segi penekanannya, kreativitas dapat dibedakan dalam dimensi person, proses, produk, dan press. Rhodes (1961) menyebut keempat dimensi kreativitas tersebut sebagai “the four P’s of creativity”. Definisi kreativitas yang menekankan dimensi person dikemukakan, misalnya, oleh Guilford (1950) : creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people“. Definisi yang menekankan segi proses diajukan oleh Munadar (1977) : “creativity is a process that manifests it self influency, in flexibility as well in originality of thinking”. Definisi yang menekankan segi produk dikemukakan oleh Barron (1976) yaitu “the ability to bring something new into existence”. Segi produk ini juga ditekankan oleh semiawan dan kawan – kawan (1984), yakni : “kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Tidak perlu seluruh produk yang harus baru, mungkin saja gabungannya, kombinasinya, sedangkan unsur – unsurnya sudah ada sebelumnya”. Sementara, Amabile (1983), seperti dikutip Supriadi (1994), mengemukakan, “creativity can be regarded as the quality of products or responses judged to de creative by appropriate observers”.
Dalam suatu penelitian yang telah dilakukan di Indonesia terhadap sejumlah ahli psikologi dalam rangka mengetahui ciri – ciri manakah menurut pendapat mereka, mereka paling mencerminkan kepribadian kreatif, diperoleh urutan ciri – ciri sebagai berikut (Munandar, 1977) :
a.      Mempunyai daya imajinasi yang kuat
b.      Mempunyai inisiatif
c.      Mempunyai minat yang luas
d.     Bebas dalam berfikir (tidak kaku atau terhambat)
e.      Bersifat ingin tahu

1 komentar:

  1. Mudah-mudahan bisa dipraktekan dengan baik sehingga akan terbentuk generasi penerus yang berkwalitas. amiiin.

    BalasHapus