BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Salah satu masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah kurang meningkatkan kreativitas
siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara
monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan
kaku dan didominasi oleh seorang guru.
Proses pembelajaran
yang dilakukan oleh tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target
materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada
pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang
selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru
menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan
apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi
pasif. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.
Sebutkan permasalahan aktual yang layak
untuk di inovasi ?
2.
Jelaskan alasan mengapa permasalahan
tersebut layak untuk di inovasi ?
3.
Mengapa metode diskusi kelompok pada
umumnya masih kurang dapat mengaktifkan seluruh siswa untuk berpikir dalam
memecahkan suatu masalah serta masih kurang bisa menumbuhkan rasa tanggungjawab
diantara anggota – anggota kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok ?
4.
Bagaimana cara menerapkan metode diskusi
kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa
itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan
dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain
diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan
behasil dalam aktivitas pembelajarannya.
C.
Tujuan
Inovasi
Adapun
tujuan inovasi yang harus dicapai adalah sebagai berikut :
1.
Menjelaskan permasalahan aktual yang layak
untuk di inovasi.
2.
Menjelaskan alasan mengapa permasalahan
tersebut layak untuk di inovasi.
3.
Mengidentifikasi, memahami, dan
menjelaskan berbagai penyebab metode diskusi kelompok sebagai metode yang masih
kurang dapat mengaktifkan seluruh siswa untuk berpikir dalam memecahkan suatu
masalah serta masih kurang bisa menumbuhkan rasa tanggungjawab diantara anggota
– anggota kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok.
4.
Menerapkan model pembelajaran NHT Kepala
Bernomor Struktur ( Numbered Heads Together) sebagai metode diskusi kelompok
yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa bisa
ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam
kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain
diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan
behasil dalam aktivitas pembelajarannya.
D.
Metode
Penulisan
Dalam makalah
ini penyusun menggunakan metode kepustakaan yaitu membaca hal – hal yang
berkaitan dengan tema dari beberapa sumber baik buku maupun internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah
Aktual yang Layak Di Inovasi
Masalah
yang aktual dan layak untuk di inovasi adalah masalah penerapan metode diskusi
kelompok yang seharusnya dapat mengaktifkan siswa untuk saling berpikir
memecahkan suatu masalah dan siswa bisa saling bekerjasama serta memiliki rasa
tanggungjawab dalam kelompoknya ternyata kenyataannya masih kurang berhasil diterapkan
dalam pembelajaran sehingga masih tetap
saja tidak seluruh siswa ikut bekerjasama dan terlibat langsung dalam kegiatan
diskusi, akibatnya siswa tetap saling mengandalkan satu sama lain dalam diskusi
kelompoknya. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi kurang efektif.
B. Alasan Masalah Perlu Di Inovasi
Karena dengan
menginovasi atau memperbaiki semua aspek – aspek yang dapat mendukung proses
pembelajaran ke arah yang lebih baik, maka akan tercipta situasi pembelajaran yang efektif di antara
guru dan siswa serta proses pembelajaran itu sendiri. Diharapkan dengan
menginovasi berbagai aspek pembelajaran dapat lebih membangkitkan motivasi kegiatan belajar siswa di kelas sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan kurikulum.
Dengan demikian melalui kegiatan belajar, siswa diharapakn berhasil mengubah
tingkah lakunya sendiri kearah yang lebih maju dan positif. siswa akan lebih
terkembangkan potensi, bakat dan minatnya manakala guru mampu membimbing dan
mengarahkannya dengan baik dan benar.
C.
Alasan
Metode Diskusi Kelompok Kurang Dapat Mengaktifkan Siswa Dalam Proses
pembelajaran
Diskusi
sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan
diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan
pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979 : 251) manakala
salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa siswa lain yang menjadi bagian
dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan
begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam
berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau
berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka
kadang – kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai
narasumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi anggota kelompok dapat menetapkan
pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, diharapkan keaktifan
siswa sangat tinggi.
Tetapi
pada kenyataannya dalam proses pembelajaran, Penerapan metode diskusi kelompok
pada umumnya yang seharusnya dapat mengaktifkan siswa untuk saling berpikir
memecahkan suatu masalah dan siswa bisa saling bekerjasama serta memiliki rasa
tanggungjawab dalam kelompoknya ternyata kenyataannya masih kurang berhasil
diterapkan dalam pembelajaran sehingga
masih tetap saja tidak seluruh siswa ikut bekerjasama dan terlibat langsung
dalam kegiatan diskusi, akibatnya siswa tetap saling mengandalkan satu sama
lain dalam diskusi kelompoknya. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor guru dan
siswa itu sendiri, yaitu dari faktor guru salah satunya guru yang kurang kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan metode pembelajaran atau kemasan pembelajarannya kurang menarik
minat siswa sehingga siswa itu menjadi kurang aktif dalam belajar saat
berdiskusi kelompok, guru kurang dapat membimbing dan mengawasi siswa pada saat
kegiatan diskusi kelompok berlangsung, kurangnya pemberian motivasi kepada
siswa saat akan melakukan diskusi kelompok, serta materi yang diberikan dapat
menyulitkan siswa karena tidak sesuai dengan karakteristik dan kemauan siswa
itu sendiri. Sedangkan faktor penyebab dari siswa itu sendiri yaitu salah
satunya ada sebagian siswa yang merasa dirinya paling bisa dan paling dominan
di kelas sehingga ia mampu memecahkan suatu permasalahan dengan individual dan terkesan
kurang percaya kepada setiap anggota kelompoknya, sebaliknya ada siswa yang
malas untuk ikut berpikir karena ia merasa bahwa dalam diskusi kelompok ada
salah satu temannya yang dianggap pintar dapat mengerjakan tugas dalam
memecahkan masalahnya.
Selain
itu kebanyakan guru itu merasa enggan dan keberatan untuk menggunakan metode
diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi : pertama, diskusi kelompok merupakan
metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa secara
spontan, sehingga hasil dan arah diskusi kelompok sulit ditentukan; kedua, diskusi biasanya memerlukan waktu
yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas,
sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara
tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan
perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari
sehingga proses pembelajaran akan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Dilihat
juga dari pengorganisasian materi pembelajaran, terdapat perbedaan yang sangat
prinsip dibandingkan antara metode diskusi kelompok dengan metode lain seperti metode ceramah dan
demonstrasi. Metode ceramah atau demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir
sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikan nya saja, sedangkan ini
sangat berbeda dengan metode diskusi kelompok. Pada metode diskusi kelompok bahan
atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan
secara langsung kepada siswa, materi pembelajaran ditemukan dan diorganisir
oleh siswa secara mandiri, oleh karena itu tujuan utama metode diskusi kelompok
bukan hanya sekedar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses
belajar yang terjadi pada setiap siswa.
Dalam
kegiatan diskusi kelompok pada umumnya sering terjadi kegiatan diskusi kelompok
yang tidak efektif yaitu terkadang ada siswa saat berdiskusi kelompok yang
mengambil jalan pintas dengan cara meminta tolong pada teman kelompok lain untuk
mencarikan jawabannya. Hal ini tentunya akibat kurangnya bimbingan, petunjuk
dan arahan dari guru saat membimbing ketika kegiatan diskusi sedang berlangsung,
maka dari itu guru yang merupakan seseorang yang sangat memegang peranan
penting di kelas dalam mengorganisir proses pembelajaran, guru dituntut harus
benar – benar kreatif dan inovatif dapat menerapkan setiap metode pembelajaran
secara maksimal yang tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik siswa. Sehingga proses pembelajaran akan efektif dan tercapai
keberhasilan siswa dalam belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
D. Menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur ( Numbered Heads Together) sebagai metode diskusi kelompok yang inovatif
Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur ( Numbered Heads Together) sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dan Ibrahim (2000: 28)
dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan
yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.
Hasil belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa
dapat menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar belakang yang
berbeda.
3.
Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara
lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a)
Pembentukan kelompok;
b)
Diskusi masalah;
c)
Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh
Ibrahim (2000 : 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok
disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar yang berbeda.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap
kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa
dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru
membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam
kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau
pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu
nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
- Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
- Memperbaiki kehadiran
- Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
- Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
- Konflik antara pribadi berkurang
- Pemahaman yang lebih mendalam
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
- Hasil belajar lebih tinggi
Jadi, model Number Head Together (NHT) merupakan cara belajar
Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa
kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan
nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.
Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian
pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Untuk mengembangkan potensi to
live together yaitu melalui model pembelajaran kooperatif. Pada
aktivitas pembelajarannya menekankan pada kesadaran bahwa siswa perlu belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang
membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif
dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim,
2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas
kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran
kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model
ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk
kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota
memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama
dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut
Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya
merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu
siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Menurut Kagan (2007) model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi
informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,
sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. langkah-langkah dalam
menerapkan NHT yaitu :
a.
Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam
tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap
siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di
dalam kelompok.
b.
Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil
dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat
pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum
dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
c.
Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru,
siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
d.
Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor
dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih
kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri
untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut. Dengan melihat sintaksnya saja, Anda pasti dapat mengira-ngira apa saja
kelebihan dari model ini,sebagaimana dijelaskan oleh Hill (!993) dalam Tryana
(2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa
dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap
kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa
percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan
keterampilan untuk masa depan.
Langkah-langkah :
1.
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor
2.
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomor terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor
dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya.
3.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar
kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas
yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.
Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.
Kesimpulan
Singkatnya, NHT merupakan
kegiatan belajar kooperatif dengan 4 tahap kegiatan. Pertama, siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang.
Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, dan 4. Kedua, guru
menyampaikan pertanyaan. Ketiga, berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban itu. Keempat, guru menyebut nomor (1, 2, 3, atau 4) dan
siswa dengan nomor yang bersangkutan yang harus menjawab (Widdiharto,
2004:18).
Kelebihan dan kelemahan
model pembelajaran kepala bernomor struktur
1) Kelebihan :
1) Kelebihan :
a. Dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu
memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih
tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan
siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan
rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan
rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan
rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap
siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i.
Menghilangkan kesenjangan antara yang
pintar dengan tidak pintar.
j.
Tercipta suasana gembira dalam belajar.
Dengan demikian meskipun saat
k. Pelajaran
menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2) Kelemahan
a. Ada
siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi).
b. Ada
siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan
dibantu.
c.
Apabila pada satu nomer kurang maximal
mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada
nomor selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok pada proses
pembelajaran guru harus kreatif dan
inovatif dalam memilih setiap metode pembelajarannya serta bisa mengembangkan dalam
kegiatan pembelajarannya, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran NHT kepala
bernomor struktur (Numbered Heads Together) sebagai inovasi yang mengaktifkan
siswa dalam kegiatan diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi
kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir
dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi
saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua
siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya.
B.
Saran
Dalam penusunan makalah ini, Penulis tentunya mengalami
banyak kekeliruan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, di
karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “. Maka dari itu kami selaku
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami bisa
lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya
lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anita Lie. 2007.
Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model – Model
Pembelajaran Inovatif. Prestasi Pustaka : Jakarta.
Usman, Moh. Uzer, Drs. 2002. Menjadi Guru
Profesional. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Zaini, Hisyam,
dkk. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CSTD.
ijin copy ya... thks
BalasHapusmaaff mau tanya di model NHT ini tidak ada ya kalo dari awalnya itu menjelaskan materi?? masa langsung penomoran ya
BalasHapus